6 Cara Untuk Memperbesar Omset Secara Konsisten
6 Cara Untuk Memperbesar Omset Secara Konsisten Sebagai wirausaha tuh kita sering banget fokusnya ke tiga hal aja, yakni : Bagaimana memperbanyak Customer Bagaimana memperbesar
Oleh Khairil Amin Rasyid (Founder BisnisOnlineBertumbuh.com)
Materi hari ini lanjutan dari materi sebelumnya, yakni tentang Produk – Market Fit..
Sebagaimana yang kita ketahui di materi 2 minggu lalu, yang membahas Marketing sebagai proses mengkomunikasikan value produk/ bisnis kita. Maka tentunya dalam proses komunikasi ada si penerima pesan atau yang disebut dengan audiens. Audiens ini dalam marketing disebut dengan Target Market.
Pertanyaannya selama ini kita mulai bisnis, mulai dari produk dulu atau bisnis dulu? sebenarnya boleh mulai dari salah satunya. Namun di kebanyakan kasus, menentukan target market terlebih dahulu jauh lebih efektif untuk memastikan keberlangsungan bisnis kita. Kenapa? karena dengan setelah menentukan target market, kita akan lebih mudah mengetahui akan kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan begitu, tentunya kita akan mengetahui produk yang dibutuhkan mereka, bagaimana produk kita bisa menyelesaikan masalah/ memenuhi kebutuhan mereka, bagaimana mengkomunikasikan value produk kita, dan dimana kita bisa bertemu mereka.
Jika sudah menentukan target market, maka kita akan lebih mudah untuk membuat Product-Market Fit.
Pertanyaannya, apa sih Product-Market Fit?
Product-Market Fit adalah sebuah skenario atau cara dimana target market kita bisa melakukan pembelian, menggunakan produk atau layanan kita, hingga membagikan atau memberitahu orang lain mengenai produk kita dengan jumlah yang cukup besar/ massif. Bayangkan jika ini terjadi, maka akan sangat membantu kita untuk meningkatkan penjualan produk, tentunya akan sangat menopang pertumbuhan dari bisnis kita..
Konsep ini dikembangkan oleh Marc Andreessen dari Amerika Serikat. Konsep ini merupakan kondisi pada saat bisnis sudah ada di pasar dan sudah memilih sasaran pelanggan / target market yang tepat dengan produk yang kita tawarkan.
Salah satu contoh ketika product market fit ini berhasil adalah ketika pelanggan kita secara akan senang hati menjadi menjadi sales person untuk produk kita. Kenapa ini terjadi? Biasanya terjadi karena pelanggan kita sudah mendapatkan dan merasakan value dari produk Kita, sehingga dia dengan senang hati dan penuh percaya diri membagikan kebahagiannya / rasa puasnya terhadap produk Kita, karena bisa menyelesaikan permasalah dia ataupun membantu Kondisi yang Diinginkan (KD).
Sederhananya dengan Product-Market Fit yang baik, maka pelanggan-pelanggan kita mau men-share pengalaman mereka menggunakan produk Kita kepada orang-orang di sekitar mereka dan follower mereka, kalau hari ini biasanya melalui media sosial yang dimiliki pelanggan Kita. Asik yaaa…. Dan itu gratis.. tis.. tis… Dan teman-teman dari pelanggan kita lebih mempercayai apa yang dishare pelanggan kita, ketimbang mereka melihat iklan produk kita, bahkan daripada endorse yang dilakukan oleh influencer. Coba deh tanya ke kita, kalau ada temen deket kita sharing pengalaman menyenangkan dia ketika memakai krim pencerah wajah, kira-kira perasaan kita bagaimana? penasaran? atau langsung skip, “ah ini mah iklan…”. Tentunya umumnya penasaran? dari interaksi itulah proses marketing secara gratis ini dan powerfull ini berjalan.
Produk-Market Fit ini pada akhirnya berdampak kepada proses marketing produk kita dengan dua hal yang menguntungkan :
Pertama, Lebih efesien, pelanggan dengan senang hati membagikan pengalamannya menggunakan produk kita (baca : promosi gratis)
Kedua, Lebih powerfull, umumnya orang akan lebih percaya orang yang menjadi teman/ kenalan dekatnya ketimbang konten dari iklan yang berbayar.
Selanjutnya bagaimana cara membuat / melaksanakan Produk-Market Fit yang baik?
Pertama, tentukan target market yang tepat!
Kita harus tahu kepada siapa kita akan mengkomunikasikan bisnis kita / produk kita. Coba tanya ke diri kita, “Kira-kira, siapakah yang menjadi target pelanggan dari produk kita?” Jika jawabannya adalah siapa saja, kalau perlu semua orang, pokoknya kalau ada nafasnya, “nah itu pelanggan saya!” 😄. Kira-kira akan lebih mudah menjual produk kita atau sebaliknya?
Pertanyaannya, caranya gimana?
1. Tentukan kira-kira siapa yang membutuhkan produk kita, yang dengan adanya produk kita problem/ kebutuhan/ keinginan mereka bisa terpenuhi. Ini penting sekali, karena kita tidak bisa menawarkan produk kita kepada orang yang tidak membutuhkannya. Dalam mempertimbangkan hal ini, kita harus pastikan populasinya banyak. Misalnya ketika kita menjual produk pelangsing tubuh, ya tentunya kita hanya bisa tawarkan pada orang yang punya masalah dengan berat badan/ bentuk tubuhnya. Tips terbaik di tahapan ini adalah tentukan target market yang dengan spesifik masalah dan bisa diselesaikan dengan solusi yang spesifik juga. Misalnya, kita menjual mukena premium. Maka coba fokuskan ke orang-orang yang kalau dikasih mukena biasa saja merasa ga puas, kurang elegan, kurang berkelas atau kurang nyaman. Ini adalah problem yang lebih spesifik, karena umumnya adalah orang pakai mukena hanya untuk shalat saja, tetapi ketika sudah pada hal yang spesifik tadi seperti ingin yang lebih elegan atau berkelas, maka tidak bisa diselesaikan dengan mukena biasa. Cari problem spesifik mereka yang bisa diselesaikan dengan mukena premium (solusi yang spesifik, bukan mukena yang biasa saja).
2. Tentukan, siapa yang mampu mengeluarkan uangnya untuk membeli produk kita sesuai harga yang telah kita tentukan. Pernah jualan menghadapi orang-orang yang tawar dengan harga yang rendah sekali, dan ujung-ujungnya bilang produk kita mahal? Kalau mereka bilang mahal, tanyakan dibandingkan dengan apa? dengan produk kompetitorkah? ataupun dibandingkan dengan isi kantong mereka? kalau dibandingkan dengan isi kantong mereka, maka itu bisa dipastikan, salah target market. Dalam mencari target market orang yang mampu mengeluarkan uangnya untuk membeli produk kita, maka perlu dipertimbangkan faktor demografi (jenis kelamin, usia, kota domisili, tingkat pendidikan, tingkat ekonominya) dan psikografi (kebutuhan psikisnya). Dari pengalaman saya ketika iklan di Facebook Ads, kalau orang yang masuk chat CS saya yang tadi mau membeli ternyata ga jadi karena faktor harga, biasanya saya ubah rentang umurnya, misalnya saya naikkan dari usia 25 – 45 tahun, maka saya geser ke usia 30 – 45 tahun, dengan pertimbangan semakin tua, maka kemungkinan jenjang karirnya lebih tinggi, tentunya gajinya berbeda. Untuk faktor psikografis, bisa dilihat dari gambar hirarki kebutuhan psikologis oleh Abraham Maslow, semakin level atas, biasanya semakin banyak uangnya.
Orang yang sudah selesai kebutuhan dasarnya, kemungkinan daya belinya lebih tinggi.
3. Tentukan orang yang familiar kita kenali kebutuhan dan perilakunya. Akan lebih mudah bagi kita untuk merumuskan cara promosinya, penggunaan copy writing-nya, lewat media apa, dan sebagainya. Kalau belum mengenalnya, maka ajak ngobrol mereka, tanyakan harapan mereka terhadap produk kita yang mereka pakai.
Kedua, Tentukan value proposition produk kita
Value proposition merupakan sebuah bagaimana produk kita bisa membantu memenuhi kebutuhan pelanggan kita secara lebih baik dibandingkan dengan produk yang sudah ada atau kompetitor. Hal ini guna memberikan ciri khas yang bisa jadikan branding dari produk kita
agar lebih mudah diingat oleh pelanggan kita. Fokus saja pada beberapa hal saja dimana hanya kita yang bisa memenuhinya dan memberikan dampak besar untuk pelanggan produk kita.
Ketiga, uji coba, jika diterima target market, gas!
Penting sekali untuk test dahulu produk kita, tidak langsung menyetok banyak atau produksi banyak. Tes dahulu, apakah diterima oleh target market kita atau tidak dan apakah terjadi pembelian ulang (repeat order). Jika kedua hal ini tercapai, maka kita bisa besarkan usaha marketing kita dan stok ataupun produksi lebih banyak. Jika proses ini berulang, maka gas! Maksudnya? Anggarkan biaya marketing yang lebih besar, seperti budget iklan di facebook Ads ataupun media lainnya, meng-endorse melalui micro influencer dengan jumlah yang banyak, dan sebagainya. Kenapa? Ada kemungkinan kompetitor melihat trend ini lalu mengekor, ketika mereka mengekor, kita sudah maksimalkan penjualannya dan mempunyai budget untuk menguji membuat varian produk baru yang sejenis. Jadilah market leader!
Demikian materi ini saya sampaikan. Semoga bermanfaat…
Terima kasih sahabat sudah membersamai proses belajar ini.
Barakallahufiikum 🤲🤲🤲
Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !
6 Cara Untuk Memperbesar Omset Secara Konsisten Sebagai wirausaha tuh kita sering banget fokusnya ke tiga hal aja, yakni : Bagaimana memperbanyak Customer Bagaimana memperbesar
Menjadi Bahagia Dengan Hadir Seutuhnya Oleh Khairil Amin Rasyid Materi hari ini kita akan membahas tentang hasil sebuah riset tentang kebahagiaan. Namun sebelum dimulai, disclaimer,
Menjadi Lebih Produktif Dengan Teknik Deep Work Dan Pomodoro Oleh Khairil Amin Rasyid Kita semuanya tentu menginginkan untuk menjadi lebih produktif, lebih bisa menuntaskan semua
Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu Oleh Khairil Amin Rasyid Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy
Menata Pikiran Untuk Memudahkan Dalam Mengeksekusi Rencana Oleh Khairil Amin Rasyid Seperti biasa, setiap hari senin kita akan membahas materi pengembangan diri ya. Nah, setelah
Optimasi WhatsApp Part 2 : “Bagaimana Meningkatkan Penjualan dengan WhatsApp” Oleh Khairil Amin Rasyid Untuk menjalankan penjualan via WhatsApp, kita perlu setting mindset atau memiliki