Menjadi Bahagia Dengan Hadir Seutuhnya
Oleh Khairil Amin Rasyid
Materi hari ini kita akan membahas tentang hasil sebuah riset tentang kebahagiaan. Namun sebelum dimulai, disclaimer, bahwa materi hari ini sifatnya kasuistik, tergantung dari apa yang kita hadapi ya, bisa jadi konteksnya berbeda.
Coba kita ingat-ingat lagi, sering ga dalam perjalanan Kita sampai hari ini, pikiran kita sibuk memikirkan hal-hal di luar diri kita, yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan apa yang Kita hadapi sebenarnya.
Misalnya, Kita membayangkan, sepertinya indah sekali jika pasangan Kita bisa semenarik artis-artis Korea yang ada di Drakor, membayangkan betapa indahnya kalau kita punya ini punya itu, membayangkan betapa bahagianya Kita bisa punya kendaraan seperti yang tetangga beli kemarin. Pernah?
Oke pertanyaannya adalah bagaimana rasanya?
Benar-benar menyenangkan?
Apa hanya sesaat, lalu setelah terbang tinggi, kita melihat realita yang jauh dari kenyataan, sehingga yang awalnya ketika dalam keadaan membayangkan hal itu tadi kita begitu bahagia, kini 180 derajat berubah total.
Nah, ada yang menarik nih, dari riset Matthew Killingsworth, Ph.D, beliau mengumpulkan 650.000 laporan atas 150.000 responden di 80 negara. Respondennya terdiri dari beragam profesi, umur, dan status pernikahan. Dia mengajukan tiga pertanyaan :
- Apa yang Anda rasakan saat ini?
- Apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
- Apakah Anda memikirkan hal lain selain apa yang sedang Anda lakukan saat ini?
a. Tidak.
b. Ya, hal yang tidak menyenangkan.
c. Ya, hal yang menyenangkan.
Ternyata, Hasilnya sangat mengejutkan. Kita cenderung kurang bahagia saat pikiran kita mengembara. Saat pikiran kita memikirkan hal lain di luar hal yang sedang kita lakukan saat ini. Baik pikiran itu berdampak menyenangkan, tidak menyenangkan, atau cenderung netral. Pikiran ini yang disebut dengan Mind Wandering atau Pikiran yang Mengembara, ternyata menjadi penyebab ketidakbahagiaan, bukan sebaliknya.
Yang lebih mengejutkan lagi, Ternyata Mind Wandering ini memakan 47% waktu Kita. Mind Wandering ini terjadi entah itu kita lagi ngobrol sama pasangan, sama anak, lagi cuci piring, lari pagi, makan, minum, bahkan maaf sedang intim dengan pasangan. Tidak heran, ini yang umumnya yang membuat orang-orang kurang bahagia. Pertanyaannya, Kita gitu ga?
Pertanyaannya adalah bagaimana mengadapinya?
Pernah dengar istilah “Hadir Seutuhnya” atau Presence?
Ternyata ini yang bisa menjadi solusinya.
Kira-kira maksudnya apa? ada yang mau / bisa jawab?
Hadir seutuhnya adalah ternyata sebuah keahlian lho, bagaimana kita bisa memfokuskan seluruh pikiran Kita pada apa yang sedang Kita lakukan saat ini, kepada siapa kita berinteraksi. Kita terlibat sepenuhnya dengan apa yang kita kerjakan, dengan siapa yang ada dihadapan Kita.
Ketika kita sedang makan, maka nikmatilah setiap makanan yang masuk ke mulut kita, Ulama Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa Kita bisa merasakan syukur, ketika kita menyadari apa yang kita nikmati di saat itu. Sulit rasanya ketika kita makan seenak apapun, tetapi kita memikirkan keinginan untuk mendapatkan kehidupan seperti orang lain. Sulit rasanya untuk mensyukuri pasangan atau anak Kita, ketika kita membandingkannya dengan orang lain, yang “tampak lebih sempurna”.
Yuk Kita bahas manfaat Hadir Seutuhnya atau Presence :
- Hadir seutuhnya membuat kita semakin mudah bersyukur, tentunya berbahagia.
Karena kita meletakkan kebahagiaan dengan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, bukan nikmat yang dikaruniakan tetangga Kita, artis idola kita, bos kita, ataupun orang lainnya yang “kita anggap lebih bahagia dari diri Kita”. Meletakkan kebahagiaan Kita pada standar orang lain atau yang orang lihat, sebenarnya membuat Kita menjadi tidak bahagia. Maka syukuri apa yang kita nikmati hari ini.
Faktanya setiap dari kita diberikan “area bertumbuh berbeda-beda (baca: Ujian)”, Kita bertumbuh karena bisa melalui ujian yang ditetapkan Allah SWT. Kita bisa menjadi orang yang lebih bersabar, karena kita dikenalkan dengan rasa marah, kurang puas, ataupun tergoda dari apa yang kita hadapi. Kita tidak tahu ujian apa yang sebenarnya dihadapi orang yang kita anggap lebih bahagia dari diri Kita atau kehidupan yang kita inginkan. Kita tercipta dengan unikan tersendiri, kemampuan berbeda, kecenderungan berbeda, tentunya ujian dan nikmat yang diterima juga berbeda.
- Hadir seutuhnya membuat hubungan Kita dengan orang yang kita cintai atau di sekitar kita lebih harmonis atau hangat. Tentunya ketika Kita berinteraksi dengan hadir seutuhnya dengan mensyukuri apa yang ada di diri kita ataupun orang yang di hadapan kita (baik itu pasangan, anak, orang tua, mertua, saudara, sahabat, dsb), membuat kita lebih menikmati hubungan Kita dengan orang-orang disekitar kita. Bisa jadi pasangan yang dititipkan kepada Kita tidak memenuhi apa yang Kita inginkan, tetapi dialah satu-satunya orang yang bersabar atas segala kekurangan yang ada pada diri kita. Ketika Kita melihat ada yang Kita kurang pada anak Kita, bisa jadi karena Kita sibuk melihat anak orang lain, namun gagal melihat betapa anak sebenarnya adalah karunia yang besar yang dititipkan pada kita, mungkin yang sebenarnya terjadi, Kita yang jarang atau tidak pernah hadir seutuhnya untuknya, untuk menemani serta membimbing pertumbuhannya.
Bagaimana melatih Kemampuan untuk Hadir Seutuhnya?
- Fokus pada apa yang kita lakukan. Ketika kita sedang makan, maka syukuri makanan yang kita lihat, syukuri setiap rasa yang dikecap lidah kita. Ketika Kita sedang melakukan posting atau iklan produk Kita, fokuslah dengan apa yang Kita lakukan, nikmati prosesnya.
- Berlatih untuk mengenali apa yang Kita rasakan dengan tidak melabelinya. Ketika Kita sedang marah atau tidak puas, maka kenalilah oh ini saya lagi marah, lalu tanyakan, apakah ini membuat kita lebih baik? Jika tidak maka pilihlah rasa yang seharusnya kita rasakan agar rasa kita membaik. Bisa dengan mengubah gerak, dari berdiri jadi duduk, dari duduk menjadi rabahan, jika tidak bisa kita berwudhu lalu shalat sunnah. Atau sekedar mundur 3 langkah ke belakang, lalu mengayun-ayunkan tangan kita sambil menarik nafas panjang.
- Berfokus pada orang ada di depan Kita, ketika Kita sedang asik mengobrol, simpan gadget kita, dengarkan apa yang dia katakan dengan pendengaran aktif (mengamati apa yang dikatakan dan bahasa norverbal/ mimik/ gestur tubuhnya. Bukan melayang kemana pikiran Kita), lalu beri tanggapan positif yang menumbuhkan suasana positif. Jadilah pendengar yang baik, bukan pembicara yang hebat. Kita hadir untuk mereka.
- Berlatih untuk insecure pada apa yang akan Kita pertanggung jawabkan di hari akhir, bukan pada yang Kita miliki dibandingkan dengan orang lain miliki.
- Filter mana informasi yang menumbuhkan, filter mana lingkungan yang menumbuhkan. Kita hari ini bisa jadi adalah apa yang kita pikirkan berdasarkan atas informasi dan lingkungan yang kita berada.
Kurang lebih itu dulu materi hari ini, semoga bermanfaat dan membuat Sabahat BOBers di sini bisa terus bertumbuh juga semakin bermanfaat. Barakallahufiikum..
Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !