Bagaimana Membawa Perubahan Bagi Diri (dengan NLP Change Model)

Setiap dari kita pastinya memiliki keinginan untuk mengalami perubahan, baik pada diri maupun lingkungan (keluarga ataupun bisnis), misalnya ingin berubah dari malas menuju rajin, dari omset 10 juta per bulan menuju 100 juta perbulan, dari kondisi keluarga yang cuek menuju keluarga yang hangat, dari kondisi hubungan dengan mertua yang kurang baik menuju hubungan yang hangat, dll…

 

Kira-kira, pola apa yang bisa di lihat di atas?

yup, yaitu ada pergerakan dari Kondisi Saat Ini (KS) → Menuju → Kondisi Yang Diharapkan (KD), dari kondisi A menuju kondisi B. 

Maksudnya gimana?

Maksudnya adalah setiap perubahan yang kita harapkan adalah perjalan dari Kondisi Saat ini (KS) menuju Kondisi yang Diharapkan (KD). Untuk menjelaskan hal ini kita memakai konsep NLP Change Model.

 

KS –> KD

 

Kalau kita ambil salah satu contoh di atas :

KS : dari omset 10 Juta / bulan

Menuju

KD : omset 100 Juta/ bulan. 

 

Jika kita mau ada perubahan, maka yang perlu disadari adalah Kondisi Saat ini (KS) dahulu, baru Kondisi yang Diharapkan (KD). Kenapa? Karena dengan itu kita mengetahui sejauhmana jaraknya dari KS menuju KD. Kalau lihat contoh di atas dengan KS : omset 10 Juta/ bulan dan KD : omset 100 Juta/ bulan. Berarti jaraknya adalah 90 Juta/ bulan. Hal ini pun sama dengan perubahan yang kita inginkan dalam diri, atau hubungan kita dengan orang lain. Kita perlu menyadari kondisi sekarang itu seperti apa, dan kondisi yang diharapkan seperti apa. Misalnya dari Malas Posting menuju Rajin Posting. Tinggal dijabarkan Kondisi malas posting itu seperti apa? Contoh, dalam seminggu saya hanya posting 1 kali. Lalu kondisi rajin posting itu contohnya dalam seminggu saya posting 7 kali. Berarti jaraknya adalah 6 kali seminggu ☺️🙏🏻

 

Jika digambarkan proses KS –> KD seperti berikut

Untuk mencapai kondisi yang kita inginkan, maka diperlukan Sumber Daya / Resources yang menjembatani prosesnya.

Sumber daya ini bisa berupa Ide, Opsi/ pilihan,, cara perencanaan, ataupun pendekatan. Pertanyaan sumbernya dari mana?

 

Sumbernya bisa dari :

  1. Pengalaman masa lalu
  2. Membayangkan masa depan
  3. Orang lain.

 

Kita bahas satu per satu ya.

 

  1. Pengalaman Masa Lalu

Ini diambil dari pengalaman di masa lalu kita yang relevan dengan kondisi yang inginkan…

 

Misalnya:

Kita ambil contoh tadi, kita ingin bisa posting sebanyak 7 kali dalam seminggu.

 

Kita mengalami kesulitan karena adanya rasa malas. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kita perlu perasaan semangat. Karena dengan rasa semangat ini, kita mempunyai energi untuk memposting lebih banyak. Rasa semangat ini bisa diambil dari pengalaman masa lalu. 

Untuk mempraktekkan-nya, kita bisa memejamkan mata lalu mengakses (membayangkan/ mengingat-ingat) pengalaman kita di masa lalu, kejadian apa dimana kita sangat bersemangat, ingat-ingat lagi kenapa? Misalnya saat bisa bangkit dari kondisi bangkrut. Lalu ingat-ingat lagi kenapa bisa memiliki semangat yang kuat untuk bangkit dari kebangkrutan. Misalnya karena Ingin membahagiakan keluarga. 

Lalu bayangkan/ ingat-ingat/ coba dengarkan ada kalimat apa saja yang kita dengar saat itu. Kuatkan ingatan itu. Lalu hadirkan di kondisi saat ini. Rasakan semangat itu lalu, kerjakan sejumlah postingan yang kita tetapkan.

 

Kebiasaan Ini bisa dilatih, ketika semangat kita sedang drop. Kita bisa hadirkan pengalaman di masa lalu dimana kita sangat bergelora, kita rasakan semangatnya, lalu diperkuat. Lalu kerjakan apa yang sudah kita tetapkan (Kondisi yang Diinginkan)

 

  1. Membayangkan Masa Depan

Membayangkan masa depan ini merupakan sumber daya yang bisa kita gunakan untuk mencapai Kondisi yang Diinginkan (KD). Dalam pembahasan ini, untuk mendorong diri kita agar bisa melakukan apa yang rencanakan, maka kita membayangkan di masa depan saat kita mencapai Kondisi yang kita inginkan (KD), bayangkan apa yang kita lihat saat itu, bersama siapa? Kalimat apa saja yang kita dengarkan, rasakan perubahan pada tubuh kita (misalnya rasa ringan, rasa semakin ingin bergerak, mengepalkan tangan dsb). Rasakan apa rasanya! Senang? bahagia? Lebih Tenang?

Oke, rasakan perasaan itu… Lalu amplify / kuatkan! 

Lalu gunakan rasa itu untuk melakukan rencana kita!

 

Membayangkan masa depanpun sebenarnya bisa kita gunakan ketika kita ngerasa ga punya ide.

Lho kok bisa?

 

Coba lakukan yang tadi…

Bayangkan saat kita sudah mencapai Kondisi yang kita Inginkan dan rasakan perasaannya…. Bayangkan, dengarkan, dan rasakan secara detail. Hadirkan…

 

Bayangkan kita berada di masa depan itu di kondisi yang kita inginkan (KD).

 

Lalu kita lihat ke belakang, lalu tanya ke kita, apa saja yang kita lakukan sehingga kita bisa mencapai ke kondisi yang kita inginkan itu. Maka umumnya, ide itu akan keluar, kita melakukan A, B, C, D.. dan seterusnya….

 

Dan ini pun bisa dilatih, untuk mengeluarkan ide-ide agar kita bisa mencapai keadaan yang kita inginkan.

 

  1. Orang Lain

Ini adalah sumber daya di luar diri kita. Dalam bisnis sering dilakukan, yakni ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Yang perlu kita lakukan adalah menentukan siapa atau bisnis apa yang akan kita amati dan tiru. Tentunya adalah orang/ bisnis yang relevan dengan bisnis kita. Maka apa yang bisa kita amati :

  1. Lingkungan: Kondisi orang / bisnis yang ingin kita tiru. Misalnya kita ingin meniru Kang Dewa ( ga apa-apa ya nyebut nama 😅. Contoh aja ini). Kita amati, omsetnya berapa? Berapa banyak bisnisnya? Bikin semangat? 😅.
  2. Perilaku apa saja yang orang/ bisnis itu lakukan  Cek kebiasaan yang dilakukannya. Misalnya, posting rutin, posting yang relevan dengan target market, ngiklan berbayar (FB Ads), dsb. Amati dan catat.
  3. Kemampuan apa yang dimiliki. Kita bisa riset kemampuan apa yang orang itu miliki, misalnya Kang Dewa yang memiliki skill copywriting, cari polanya di copywritingnya.
  4. Nilai dan Belief yang dimilikinya. Nilai/ value di sini adalah apa yang dianggap penting/ berharga, sementara Belief adalah apa yang dianggap benar. Misalnya kita ingin mengamati orang yang sukses bisnisnya, ternyata dia gemar sedekah, maka kita riset belief apa yang ada pada dirinya. Misalnya sedekah memperlancar doa kita, karena dengan sedekah, dosa-dosa yang menghalangi doa kita diampuni Allah SWT.
  5. Identitas yang melekat pada diri orang/ bisnis yang kita ingin tiru. Kita sendiri suka melakukan ini lho. Buktinya? Kita suka bilang saya mah orangnya… Ini…. Itu… Nah itu namanya melabeli diri dengan identitas tertentu. Maka perlu kita riset, orang/ bisnis yang ingin kita tiru identitasnya seperti apa? Misalnya, Orang yang bermanfaat untuk ummat.
  6. Spiritualitas atau Tujuan Hidupnya. Umumnya orang-orang/ bisnis yang sukses memiliki tujuan/ kebermaknaan tertinggi yang ingin dicapainya. Misalnya orang yang ingin kita tiru adalah orang yang ingin bermanfaat untuk ummat, maka cek lagi apa tujuan tertingginya. Misalnya ingin bertemu Allah SWT dengan bekal yang cukup atau ingin beribah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya ibadah. Ini adalah lapisan-lapisan ketika kita ingin menjadikan orang lain sebagai sumber daya yang kita gunakan untuk mencapai kondisi yang kita inginkan.
  • Acuity / Kepekaan

Kita perlu lebih peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pencapaian kondisi yang kita inginkan (KD).

Perubahan bisnis yang terjadi hari ini terutama di bidang branding, marketing, dan sales via online sangat cepat berubahnya. Dulu pemasaran bisa via twitter dan BBM (BlackBerry Messager), lalu trend bergeser dengan hadirnya Instagram dan WhatsApp, lalu hadir Marketplace (Shopee/ Tokopedia/ Lazada/ Buka Lapak), lalu hadir TikTok, dan pandemi. Ini tentu menyebabkan banyak perubahan peta permainan bisnis.

Maka di sini, kita perlu peka terhadap perubahan yang ada. Kebayangkan kalau kita masih kekeuh jualan pakai BBM 😅. BBM sendiri juga sudah ga ada. Begitu cepat Perubahan yang ada, maka kepekaan (acuity) bisnis kita harus selalu diasah.

 

Begitupun dengan perubahan diri, ketika kondisinya berubah, maka bisa jadi perencanaan pun perlu diubah.

  • Flexibility/ Fleksibel

Tentunya tidak semua dan selalu rencana yang kita buat, bisa berjalan dengan lancar terlaksana sehingga kita bisa mencapai kondisi yang kita inginkan (KD) yang telah kita tetapkan. Terkadang kita gagal, baik yang bersumber pada diri kita ataupun di luar diri kita. Maka solusinya adalah fleksibel. Ketika rencana kita gagal, evaluasi, cari akar masalahnya apa? Lalu perbaiki. Jika rencana kita sudah tidak relevan/ menjawab/ membantu pencapaian KD kita, maka ubahlah.

 

Hari kita bisa melihat jelas bagaimana perusahaan Meta, yang membuat platform Facebook dan Instagram, merespon Tiktok yang menjadi platform distribusi konten video pendek, apakah mereka tetap dengan cara lama mereka? Instagram tetap berfokus pada gambar/ foto yang bagus-bagus, dan Facebook tetap menjadi sosial media yang menghubungkan teman-teman lama si usernya?

 

Begitupun kita/ bisnis kita. Ketika peta permainan berubah, ya fleksibel, ganti cara main kita. Hari ini kita mengenal istilah, berubah atau punah? Kira-kira kita pilih mana?

  • Ekologis/ Kongruen/ Selaras

Setiap perubahan yang kita tetapkan haruslah disesuaikan dengan kondisi yang berlaku juga aspek-aspek kehidupan kita yang lainnya. Jangan sampai ketika kondisi yang kita inginkan tercapai tetapi aspek kehidupan kita yang lainnya rusak. Bayangkan, koruptor ga menjadi korupsi kalau dia mempertimbangkan aspek agama dia, yang mengharamkan pencurian/ memakan hak orang lain. Bisa jadi tujuannya (menurut dirinya) baik, ingin menyenangkan keluarganya. Dia mencapai tujuannya, yakni memperbanyak kekayaannya agar keluarga senang, tapi tidak ekologis/ kongruen/ selaras. Hukum agama yang dianutnya, hukum negara, bahkan kode etik profesinya dia langgar semua. Tentu akan merusak pencapaian kondisi yang diinginkan-nya.

Contoh lainnya adalah ketika kita bisnis kita ingin maju, kita tetapkan harus kerja keras. Kita kerja siang dan malam, bahkan bagai kuda/ lebih dari kuda, karena tanpa istirahat 😁. Kira-kira apakah kongruen/ selaras? Kira-kira apa yang akan terjadi jika kondisi ini terus dipertahankan? Bagaimana jika kita sudah punya keluarga? Apakah akan bernilai bisnis yang maju, tetapi kita sakit-sakitan dan keluarga kita bubar? Tentu tidak yah

 

So, kalau mau berubah, maka kita perlu :

  1. Memahami kondisi kita saat ini (KS).
  2. Menetapkan tujuan kita/ Kondisi yang Diinginkan (KD).
  3. Carilah dan buat jembatannya dengan Sumberdaya/ Resources yang kita miliki.
  4. Pekalah terhadap perubahan yang ada.
  5. Fleksibel jika tujuan/ KD kita gagal tercapai, cari cara/ ide/ pendekatan yang lain.
  6. Capai-lah tujuan kita dengan Ekologis/ Kongruen/ Selaras dengan aspek-aspek kehidupan yang lainnya.

 

Semoga ini bisa membantu sahabat BOB di sini dalam membuat perencanaan perubahan baik dalam bisnis sahabat semuanya ☺️🙏🏻.



Btw, ini adalah pembahasan di kajian NLP. Next, InsyaAllah nanti kita bahas ya NLP untuk Bisnis dan Pengembangan Diri.

 

Demikian materi ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan dalam menyampaikan materi ini.

Saya masih uji coba dan melakukan perbaikan, untuk mencari pola yang efektif untuk menyampaikan/ sharing materi yang dibutuhkan agar sahabat BOB di sini bisa terus bertumbuh baiknya dirinya maupun bisnisnya.

Barakallahufiikum ☺🤲🏻

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *