Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy Managing A Business yang ditulis oleh Coach Cahyadi Kurniawan. Materi ini penting karena 3 hal, pertama adalah untuk mengetahui sebenarnya bisnis kita di fase apa, kedua adalah sampai kita bisa mengetahui sampai fase mana bisnis kita bertumbuh, ketiga, langkah apa saja yang diperlukan untuk mencapai fase bisnis yang diharapkan.
- Fase Existence alias Cari Makan
Di fase ini, masalah terbesar yang dihadapi tentu saja kecukupan cash flow / dana/ modal untuk menjalankan bisnis sehari-hari sehingga kita harus segera mengatasi fase ini secepat mungkin. Di fase ini banyak anggapan bahwa bisnis merupakan solusi untuk menyelesaikan keuangan kebutuhan keluarga, bisa jadi benar, bisa jadi sebaliknya. Kenapa? karena di fase ini banyak yang berhasil akhirnya keuangan keluarga menjadi terbantu, ada juga yang sebaliknya, hanya menyisakan utang yang besar, yang membebani keluarga.
Status kita pada fase ini merupakan self employee sebenarnya, tugas utama kita adalah CEO, Chief Everything Officer. Semua kerjaan kita yang beresin, dari branding, pemasaran/ marketing, penjualan/ sales, operasional, packing, urus resi, urus pelanggan komplain, mengupayakan repeat order, dll. Ngacung! siapa yang di fase ini?
Ga apa-apa, bismillah semoga Allah SWT mudahkan ya.
Di fase ini ada tugas-tugas yang perlu kita selesaikan, yakni :
a. Alokasikan waktu yang tepat dan fleksibel, kapan kita mau mengerjakan bisnis, kapan kita mau urus keluarga. Kita perlu mengkomunikasikan hal ini dengan pasangan dan anak–anak. Dengan begitu gesekan dalam keluarga yang tidak diperlukan bisa diminimalisir. Tujuan kita berbisnis untuk melayani keluarga kita, bukan keluarga kita untuk melayani bisnis kita (tanam dalam-dalam pemahaman ini)
b. Usahakan modal awal diminimalisir, karena diperlukan pengetahuan, praktik, pemahaman, dan pengalaman untuk terus bertumbuh. Kita tidak perlu produksi, bisa dropship produk orang lain. Banyak pilihan sebenarnya bisa jadi marketer brand orang lain, dropship barang dari marketplace, menjadi micro influencer, dsb. Step awalnya tentu kita sudah harus menetapkan target market yang tepat dan juga memahami problem serta kebutuhan mereka.
c. Fokus belajar marketing, sales, dan customer relation management. Ini basic yang menjadi mesing uang/ cash flow bisnis kita. Fokus pada platform-platform yang menghasilkan, satu per satu yah. Lakukan sampai level mastery. Fokus ke satu barang, sampai kita memahami benar kebutuhan dan problem mereka, tidak hanya itu pelajari gaya hidup mereka, buat konten-konten atau pelayanan yang relevan dengan hal-hal tersebut.
d. Jika kita ingin terus bertumbuh, maka mulai pisahkan uang bisnis dan pribadi, catat setiap transaksi, hitung laba rugi. Perlu dipahami, Keuangan itu bahasa bisnis, kita mengetahui sebenarnya bisnis kita bertumbuh atau sebaliknya dari laporan keuangan. Strategi bisnis pun bisa mudah dibuat dengan perhitungan keuangan yang ada. Level bisnis yang tinggi, pada akhirnya bukan hanya masalah branding saja, tetapi lebih pada strategi keuangan. Bisa satu bisnis tapi bisa menghasilkan beberapa sumber keuangan. Contoh, Mc Donald, sebenarnya selain bisnis kuliner ada bisnis property di baliknya, setiap investor yang ingin membuka cabang Mc Donald, harus setuju dengan lokasi yang ditentukan pihak perusahaan, biasnya sewa, dan lokasi tersebut dimiliki oleh Mc Donald.
e. Jaga hubungan baik dengan customer / pelanggan yang sudah ada, karena bisnis kita pada akhirnya ditopang salah satunya oleh mereka. Ketika mereka loyal, maka mereka bisa menjadi sumber cash flow kita sekaligus marketer efektif dari produk / jasa yang kita jual.
Product Market Fit harus diusahakan di fase ini. (baca materi WhatsApp lalu ya, klik : https://bisnisonlinebertumbuh.com/sharing-grup-wa-bob/product-market-fit/ )
Banyak tantangan yang harus kita selesaikan sendiri sebagai pemilik bisnis dengan cepat dan tepat.
Krisis yang dihadapi di fase ini adalah pengujian komitmen Kita sebagai pemilik usaha, apakah masih kuat untuk menghadapi segala tantangan yang ada, ataukah ada pilihan lain yang lebih menarik? Bila ternyata ada pilihan yang lebih menarik maka perusahaan tersebut pasti bubar.
2. Fase Menemukan Diri alias Cari Duit
Pada fase ini, bisnis kita sudah menemukan celah pasar (produk market fit) yang bisa bisnis kita layani, maka omset bisnispun harus secepatnya didongkrak (boost) setinggi mungkin. Pada momen setelah menemukan celah yang tepat, order pun dengan mudah berdatangan dan kegiatan Perusahaan bun menjadi sangat sibuk.
Ciri-cirinya :
- Bisnis akan sibuk sekali menerima orderan.
- Kalau kita tanya pelanggan, kalau bisnis kita tutup hari ini, 40 % mereka menjawab jangan, karena sudah ketergantungan.
- Repeat order dari pelanggan yang sama terus berdatangan.
- Pelanggan baru selalu ada setiap harinya.
- Pelanggan lama, dengan senang hati mengajak orang di sekitar (circle) mereka untuk membeli produk atau jasa kita.
Apa yang perlu kita lakukan ?
- Mapping/ petakan, mana kerjaan yang bisa kita alokasikan ke orang lain. Fokuslah untuk mempelajari trend branding-marketing-sales terbaru dan buat strategi yang tepat.
- Kelola keuangan sebijaksana mungkin, sebagai owner kita menerima uang dari gaji (hitung kebutuhan dan keinginan kita, fokus pada kebutuhan, dari situ keluar angkanya), bukan dari keuntungan apalagi dari omset.
- Mulailah bangun tim. Di sini isu mengenai break-even point dan besaran gaji maupun komisi harus sudah diperhatikan.
- Fokus pada bagaimana mengelola dan mengontrol perkembangan bisnis sebaik mungkin.
Krisis yang mungkin kita hadapi adalah exhausted atau kecapaian, energi habis. Maka olahraga, jaga makan, atur waktu dengan keluarga, bahkan healing harus diperhatikan. Jika fisik dan hubungan dengan keluarga tidak dijaga dengan baik, bisa-bisa malah jatuh sakit, keluarga tidak harmonis bahkan hilang arah, dan tentunya bisnispun tidak terkontrol lagi.
3. Fase Perkembangan alias Leverage
Supaya bisnis kita bisa terus berkembang secara cepat, maka kita harus mulai menerapkan sistem sehingga setiap proses mudah diduplikasi dan bisa dibagikan untuk dilakukan tim kita.
Di fase ini, umumnya kita sering merasa bisnis “ga kepegang”, sampai-sampai bisnis dibiarkan berjalan sendiri, alias auto pilot, seperti hal yang keren, tetapi tidak jelas mau ke mana arahnya. Inilah yang disebut perkembangan pasif atau disebut abdikasi (membiarkan terserah apa yang terjadi). Bisnis kita asal jalan saja, tanpa target maupun visi yang jelas.
Kalau keadaan ini dibiarkan maka bisnis kita bisa terjerumus dalam krisis over expanding. Kalau fondasi (mastery-nya) tidak kuat, akan cepat terperangkap ke dalam kesulitan likuiditas/ keuangan. Ini yang sering disebut: bisnis semakin besar dan semakin sibuk, tetapi malah butuh duit terus.
Tugas kita di fase ini adalah :
- Ingat tujuan kita berbisnis, fokus pada visi hidup setelah kematian kita, gunakan sumber daya yang ada sebijak mungkin. Pisahkan kebutuhan dan keinginan, jangan sampai terjebak pada cash yang berlimpah, gaya hiduppun melesat.
- Buat target per tahun, per tiga bulan, dan per bulan.
- Delegasi ke tim dilakukan dengan kontrol yang baik, mulai dibuat SOP, KPI, dan Target per tim disesuaikan dengan target yang sudah dibuat.
- Gunakan cash perusahaan sebijaksana mungkin, fokuskan pada yang berdampak bagi bisnis baik jangka panjang maupun jangka pendek.
4. Fase Pembentukan Tim
Kalau kita sadar, kita akan berusaha melewati keadaan di atas, dengan cara segera membentuk tim yang solid. Dari sini, mulailah kepemimpinan kita diuji, jika kita tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Segalanya bisa serba-autokratis. Semuanya harus di-acc dulu oleh kita sebagai pemimpin bisnis, apakah boleh jalan atau tidaknya. Di fase ini, umumnya kita berpikir sebagai superman, bukan superteam, ini bisa menyebabkan tim kurang bisa berkembang. Seringkali kita merasa yang mengetahui segalanya, dan bisa semuanya.
Tantangan di fase ini adalah bagaimana menarik talenta yang terbaik dan cocok dengan budaya dan visi bisnis kita untuk bergabung. Karena sebenarnya diri terbatas, terutama di masalah waktu, kalau kita tidak mempercayai tim kita, maka sumber daya yang ada di bisnis kitapun merasa tidak bertumbuh, kitapun bisa kehilangan orang-orang terbaik di bisnis kita.
Di fase ini yang perlu dilakukan adalah :
- Tentukan visi, target dan budaya organisasi bisnis kita. Lalu kita lakukan sebagai tauladan.
- Didik tim kita untuk bisa menyelesaikan tugasnya dan mengeksekusi target-target yang sudah ditetapkan. Jika kita tidak mampu, maka kita menyekolahkan tim kita kepada training-training yang dibutuhkan untuk mencapai visi dan target tersebut.
- Rekrut tim dengan prinsip orang yang tepat, di tempat yang tepat, yang kinerja yang tepat.
- Ingat, aset terbesar perusahaan bukan SDM, tetapi SDM yang berkontribusi maksimal bagi bisnis dan memiliki keinginan untuk bertumbuh.
5. Fase Mengembangkan Sistem untuk Kontrol
Dalam fase pembentukan tim, sudah pasti harus dibuatkan sistem yang menjelaskan koridor tanggung jawab di setiap jabatan yang disebut job description. Semua pekerjaan tersebut harus terukur dengan menerapkan tolok ukur kinerja (KPI = Key Performance Indicators), juga manual standar operasi yang disebut SOP.
Tugas kita di fase ini adalah :
- Minimal punya capaian dalam 3 bulan, ini harus disiplin dibuat, dimonitoring, dikontrol, evaluasi dan perbaiki.
- Dalam membuat target 3 bulan kita bisa menggunakan metode OKR (Objective Key Result). Sederhanaya : Objective merupakan target tertinggi kita, Key Result adalah ukuran pencapaian yang jelas. Misalnya Objective : mencapai distributor tertinggi di brand A, Key Result : Omset 500 Juta di bulan ke tiga, 300 Juta di bulan kedua, dan 100 Juta di bulan pertama.
- Setelah dibuat OKR untuk 3 bulan, maka buat perilaku apa saja yang mendorong agar target tersebut tercapai, ini disebut dengan Initiative / Inisiatif. Ini bisa dituangkan ke bentuk KPI. Misalnya, sehari harus masuk 100 leads baru dengan tingkat konversi sales 30%.
- SOP ini dibuat dengan mengamati aktivitas yang berdampak pada tujuan. Misalnya pada chat CS selalu diakhiri pertanyaan (materi optimasi WA lalu, baca : https://bisnisonlinebertumbuh.com/sharing-grup-wa-bob/tips-optimasi-whatsapp-untuk-meningkatkan-repet-order/ ). Jika sudah mendapatkan aktivitas apa saja yang berdampak, catat dan dokumentasikan (kalau perlu dibuat video tutorialnya), ini yang dijadikan SOPnya).
6. Fase Birokrasi/Red Tape
Bila kita tidak sadar dengan rutinitas dan komunikasi organisasi yang tidak lancar, Bisnis kita pun memasuki fase birokrasi. Birokrasi sebenarnya bertujuan untuk memperlancar bisnis dalam melayani pelanggannya, tetapi biasanya justru menjadi alat business owner untuk mengontrol dalam arti kata negatif, yaitu mencegah kemungkinan kebocoran ataupun manipulasi yang bisa terjadi di bisnis kita karena skala organisasinya yang sudah besar.
Dan, dalam fase ini, biasanya CEO yang dipilih untuk memimpin perusahaan tersebut adalah orang yang teliti dalam hal finansial, di mana kehati-hatian adalah kredo utama, bukan lagi kreativitas dalam mengembangkan pasaran baru. Dengan sendirinya, perusahaan memasuki fase melambatnya pertumbuhan, bahkan sampai mandek alias stagnate, karena kreativitas yang ada di fase awal saat mendirikan bisnis sudah tidak dihargai lagi.
Bila birokrasi tidak dijalankan dengan benar maka birokrasi yang semestinya untuk melayani justru menjadi alat penghambat jalannya bisnis. Bila ini terjadi, perusahaan yang tadinya simpel dan transparan sehingga bisa cepat berkembang, telah berubah menjadi perusahaan yang ruwet, kompleks, dan banyak prosedur yang tidak jelas. Mulai terjadi tabu ini tabu itu. Transparansi menjadi isu yang tabu dibicarakan. Perusahaan memasuki era serba rahasia dan grup politik kantor (office politics) pun berkembang pesat!
Dan, bila kita sebagai business owner tidak sadar, dia semakin banyak dikelilingi anggota tim yang “asal bapak senang”. Lebih banyak pujian dilontarkan daripada ajakan menghadapi kenyataan agar terus berkembang. Dia pun terisolasi dan menjadi “tuli dan buta”’, tidak sadar akan kenyataan sehari-hari.
Ini catatan penting!
Penting sekali di Hari ini untuk lebih agile / lincah, karena perubahan begitu cepat, kalau kita terlalu nyaman dengan kondisi organisasi bisnis yang kaku, umumnya akan punah. Kita melihat di perusahaan sebesar Nokia-pun bisa tumbang karena tidak bisa berubah menghadapi perubahan yang besar di industri telekomunikasi.
7. Fase Entrepreneurship/Kewiraswastaan
Biasanya, setelah melihat angka KPI finansial yang menurun, sebagai business owner, kita baru menyadari keadaan bahwa orang-orang yang proaktif mulai meninggalkan bisnis kita dan yang pasif lebih banyak memegang posisi kunci. Untuk memperbaiki keadaan ini, Kita harus merevitalisasi Visi, Misi, dan Budaya perusahaan. Menegaskan kembali apa tujuan bisnis kita di awal dan apa kontribusi produk atau jasa perusahaan bagi pelanggannya bisnis kita.
Tantangan kita sebagai pemimpin adalah menghidupkan budaya perusahaan dan mendorong semua tim untuk berinovasi lagi sekaligus fleksibel / agile / lincah dalam mengejar pertumbuhan.
Bisa saja karyawan yang tersisa sudah terlalu tua dan tidak memiliki hasrat maupun gairah untuk berubah. Tiba saatnya bisnis harus kembali ke siklus awal, sebagai perusahaan yang baru lahir. Kalau Kita sebagai business owner sadar, maka kita bahkan mengganti diri kita sendiri yang berada di posisi puncak dengan pemimpin muda (anak, kalau perusahaan keluarga) yang lebih energik dan penuh ide baru.
Demikianlah siklus / fase bisnis yang umumnya terjadi di hampir semua bisnis, dan itu berbanding lurus dengan siklus kehidupan manusia. Oleh sebab itu, bisnis juga disamakan dengan makhluk hidup, ada masa lahir, remaja, dewasa, tua, dan bahkan mati—kalau tidak dirombak dan diremajakan. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa pada setiap fase, fokus utamanya berbeda-beda.
So, perusahaan Kamu sekarang di fase apa?
Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah menyimak.
Jazakumullah khair.
Barakallahufiikum.
Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !