6 Cara Untuk Memperbesar Omset Secara Konsisten

6 Cara Untuk Memperbesar Omset Secara Konsisten

Sebagai wirausaha tuh kita sering banget fokusnya ke tiga hal aja, yakni :

  1. Bagaimana memperbanyak Customer
  2. Bagaimana memperbesar Omset, dan
  3. Bagaimana meningkatkan/ memaksimalkan Profit

Ketiga hal di atas adalah hasil akhir saja.

Ada 6 cara / usaha yang bisa kita lakukan untuk menumbuhkan bisnis kita, yang tentunya akan bermuara tercapainya 3 hal di atas, terutama pada Omset kita. 

Kenapa omset itu penting? Karena dari omset ini akan berdampak pada :

  1. Lancarnya cash flow/ arus kas bisnis kita
  2. Memperbesar potensi profit kita
  3. Memperbesar potensi bertumbuhnya bisnis kita.
  4. Semakin bisnis kiga bertumbuh pada akhirnya  berdampak pada kebermanfaatan bisnis kita baik untuk diri kita maupun orang lain.

Nah, berikut 6 cara agar bisnis kita terus bertumbuh, terutama omset kita :

1.Perbesar prospek ke toko online kita.

Ada yang tahu prospek? Prospek adalah calon customer kita.

Untuk yang punya olshop gimana caranya?

Sederhana, perbesar reach/ jangkauan dari promo atau info produk/ reseller yang kita buat. Caranya? Nah, kalau ini tergantung dari algoritma masing-masing platform yang kita gunakan. 

Untuk saat ini yang paling berdampak pada reach ini melalui video vertikal dalam bentuk Reels untuk IG dan Facebook, ataupun di Tiktok, maupun di YouTube Short.

Saya kemarin sempat riset pengaruh video vertikal pada jangkauan postingan yang kita buat. NB / Catatan: ini bukan postingan promo produk ya, lebih ke konten.. 

Ini hasilnya.

Ini beda-beda ya jenis kontennya…

Saya coba testing 48x posting reels dalam sehari.

Jangkauan –> Interaksi –> Minat/ ketertarikan –> Konversi

 

Pada tahap ini market/ calon prospek kita masih level Cold/ dingin. Perlu usaha lebih yang perlu kita lakukan untuk mengkonversi calon prospek kita menjadi customer/ pelanggan. Customer datangnya dari prospek yang datang ke toko online kita. 

Jangkauan ini berdampak pada jumlah visitor olshop kita (baik fanpage, Facebook, IG, TikTok shop). Ketika ada interaksi kita arahkan menjadi lead (list calon customer), level ini ditahapan Warm Market (sudah menghangat, mau beli).

Setelah itu, yang diperlukan adalah berpikir bagaimana meningkatkan konversi agar visitor menjadi lead, Lead menjadi Customer.

2. onversi dari prospek menjadi customer, gunakan metode chat/ script yang baik dan tempatkan cs yang tepat.

Ini yang sangat kritis, adalah bagaimana caranya agar usaha kita untuk mendatangkan visitor ke olshop kita benar-benar mau mengeluarkan uangnya ditukar dengan barang/ produk/ sistem kereseleran/ jasa yang kita jual.

Tugasnya adalah menggeser dari Warm Market ke Hot Market. Tentunya ini ga sekedar chit-chat biasa. Perlu teknik khusus baik dari segi sales script yanb tepat, kemampuan menggali kebutuhan juga keinginan calon customer, sampai membantu pencapaian kebutuhan dan keinginan customer dengan membeli produk yang kita tawarkan.

3. Bangun loyalitas pelanggan kita. Ini merupakan cara agar repeat order bisa terus terjadi.

Ini penting sekali, jangan sampai bisnis kita menjadi bisnis yang hit and run, sekali transaksi langsung ditinggal. Bisnis hanya bisa bertumbuh secara konsisten karena kemampuan mempertahankan konsumen yang jumlahnya terus bertumbuh/ bergulung.

Pertanyaannya, bagaimana cara meningkatkan loyalitas customer/ pelanggan kita agar repeat order produk kita bisa terus terjadi.

a. Pastikan produk yang kita tawarkan memenuhi harapan mereka. Bisa dari kualitas produknya, pelayanannya, maupun service after salesnya/ pelayanan purna jual (misal kalau ada komplain, pelayanannya tetap ramah dan maksimal).

b. Dokumentasikan database customer kita dengan rapih. Jika memungkinkan pakai Excel ataupun google sheet.

c. Sambungkan Medsos kita dengan customer kita.

d. Bangun kedekatan dengan berinteraksi dengan mereka, misalnya ketika mereka posting kita komentar, like, beri emoticon. Sehingga tertanam di pikiran mereka bahwa kita hadir di kehidupan mereka. Ketika kita manawarkan produk, kemungkinan mereka untuk beli lagi sampai merekomendasikan produk kita semakin besar.

e. Dengan membangun interaksi dengan sosial media mereka, kemungkinan kita membangun interaksi dengan teman/ followers dari customer semakin besar.

4. Fokus pada bagaimana customer mereferensikan produk / sistem reseller kita.

Pada tahap ini bisa dilakukan dengan cara :

a. Buat promo member get member.

b. Ajak sebagai reseller

c. Adakan promo untuk share produk terbaru kita.

5. Fokus bagaimana customer spendingnya/ belanjanya lebih banyak.

Pernah belanja di Indomaret/ Alfamart lalu ditawarkan beragam promo, “beli sabunnya bu? Beli 2 gratis 1?” Atau di kasir penuh dengan produk-produk promo, sehingga kita tergoda untuk bertanya, “Lagi promo ya?”, Lalu si kasir jawab, “kalau Ibu belanja minimal belanja Rp 50.000, sudah bisa dapat promonya lho bu…” 😍🥰

 

Nah, kalau satu atau dua yang laku terkesan sedikit, tapi kalau yang beli banyak, maka profitpun terus menggulung.

Berikut tips-tips nya :

a. Bundling, misalnya beli 2 free 1, beli 2 diskon 20.000.

b. Tawakan di akhir setelah mau transfer, atau setelah transfer.

c. Tawarkan produk yang sifatnya komplementer (saling melengkapi), misalnya mukena, tawarkan sajadahnya.

6. Fokus pada maksimalkan profit, cari yang profitnya tinggi atau costnya yang rendah. Atau yang memang dicari banyak orang.

Kalau ada produk yang potensinya lebih mudah terjual, kita bisa fokuskan di sana, sementara yang sulit terjual, jadikan bundling atau bonus. ☺️🙏🏻

Demikian materi ini saya sampaikan, atas perhatiannya terima kasih banyak..

Semoga bermanfaat 🙏

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Menjadi Bahagia Dengan Hadir Seutuhnya

Menjadi Bahagia Dengan Hadir Seutuhnya

Oleh Khairil Amin Rasyid

Materi hari ini kita akan membahas tentang hasil sebuah riset tentang kebahagiaan. Namun sebelum dimulai, disclaimer, bahwa materi hari ini sifatnya kasuistik, tergantung dari apa yang kita hadapi ya, bisa jadi konteksnya berbeda.

Coba kita ingat-ingat lagi, sering ga dalam perjalanan Kita sampai hari ini, pikiran kita sibuk memikirkan hal-hal di luar diri kita, yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan apa yang Kita hadapi sebenarnya. 

Misalnya, Kita membayangkan, sepertinya indah sekali jika pasangan Kita bisa semenarik artis-artis Korea yang ada di Drakor, membayangkan betapa indahnya kalau kita punya ini punya itu, membayangkan betapa bahagianya Kita bisa punya kendaraan seperti yang tetangga beli kemarin. Pernah?

Oke pertanyaannya adalah bagaimana rasanya?

Benar-benar menyenangkan?

Apa hanya sesaat, lalu setelah terbang tinggi, kita melihat realita yang jauh dari kenyataan, sehingga yang awalnya ketika dalam keadaan membayangkan hal itu tadi kita begitu bahagia, kini 180 derajat berubah total.

Nah, ada yang menarik nih, dari riset Matthew Killingsworth, Ph.D, beliau mengumpulkan 650.000 laporan atas 150.000 responden di 80 negara. Respondennya terdiri dari beragam profesi, umur, dan status pernikahan. Dia mengajukan tiga pertanyaan : 

  1. Apa yang Anda rasakan saat ini? 
  2. Apa yang sedang Anda lakukan saat ini? 
  3. Apakah Anda memikirkan hal lain selain apa yang sedang Anda lakukan saat ini? 

a. Tidak.

b. Ya, hal yang tidak menyenangkan.

c. Ya, hal yang menyenangkan.

Ternyata, Hasilnya sangat mengejutkan. Kita cenderung kurang bahagia saat pikiran kita mengembara. Saat pikiran kita memikirkan hal lain di luar hal yang sedang kita lakukan saat ini. Baik pikiran itu berdampak menyenangkan, tidak menyenangkan, atau cenderung netral. Pikiran ini yang disebut dengan Mind Wandering atau Pikiran yang Mengembara, ternyata menjadi penyebab ketidakbahagiaan, bukan sebaliknya.

Yang lebih mengejutkan lagi, Ternyata Mind Wandering ini memakan 47% waktu Kita. Mind Wandering ini terjadi entah itu kita lagi ngobrol sama pasangan, sama anak, lagi cuci piring, lari pagi, makan, minum, bahkan maaf sedang intim dengan pasangan. Tidak heran, ini yang umumnya yang membuat orang-orang kurang bahagia. Pertanyaannya, Kita gitu ga?

Pertanyaannya adalah bagaimana mengadapinya? 

Pernah dengar istilah “Hadir Seutuhnya” atau Presence

Ternyata ini yang bisa menjadi solusinya.

Kira-kira maksudnya apa? ada yang mau / bisa jawab?

Hadir seutuhnya adalah ternyata sebuah keahlian lho, bagaimana kita bisa memfokuskan seluruh pikiran Kita pada apa yang sedang Kita lakukan saat ini, kepada siapa kita berinteraksi. Kita terlibat sepenuhnya dengan apa yang kita kerjakan, dengan siapa yang ada dihadapan Kita. 

Ketika kita sedang makan, maka nikmatilah setiap makanan yang masuk ke mulut kita, Ulama Ibnu Qoyyim mengatakan bahwa Kita bisa merasakan syukur, ketika kita menyadari apa yang kita nikmati di saat itu. Sulit rasanya ketika kita makan seenak apapun, tetapi kita memikirkan keinginan untuk mendapatkan kehidupan seperti orang lain. Sulit rasanya untuk mensyukuri pasangan atau anak Kita, ketika kita membandingkannya dengan orang lain, yang “tampak lebih sempurna”.

 

Yuk Kita bahas manfaat Hadir Seutuhnya atau Presence :  

  1. Hadir seutuhnya membuat kita semakin mudah bersyukur, tentunya berbahagia.

Karena kita meletakkan kebahagiaan dengan nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, bukan nikmat yang dikaruniakan tetangga Kita, artis idola kita, bos kita, ataupun orang lainnya yang “kita anggap lebih bahagia dari diri Kita”. Meletakkan kebahagiaan Kita pada standar orang lain atau yang orang lihat, sebenarnya membuat Kita menjadi tidak bahagia. Maka syukuri apa yang kita nikmati hari ini.

Faktanya setiap dari kita diberikan “area bertumbuh berbeda-beda (baca: Ujian)”, Kita bertumbuh karena bisa melalui ujian yang ditetapkan Allah SWT. Kita bisa menjadi orang yang lebih bersabar, karena kita dikenalkan dengan rasa marah, kurang puas, ataupun tergoda dari apa yang kita hadapi. Kita tidak tahu ujian apa yang sebenarnya dihadapi orang yang kita anggap lebih bahagia dari diri Kita atau kehidupan yang kita inginkan. Kita tercipta dengan unikan tersendiri, kemampuan berbeda, kecenderungan berbeda, tentunya ujian dan nikmat yang diterima juga berbeda.

  1. Hadir seutuhnya membuat hubungan Kita dengan orang yang kita cintai atau di sekitar kita lebih harmonis atau hangat. Tentunya ketika Kita berinteraksi dengan hadir seutuhnya dengan mensyukuri apa yang ada di diri kita ataupun orang yang di hadapan kita (baik itu pasangan, anak, orang tua, mertua, saudara, sahabat, dsb), membuat kita lebih menikmati hubungan Kita dengan orang-orang disekitar kita. Bisa jadi pasangan yang dititipkan kepada Kita tidak memenuhi apa yang Kita inginkan, tetapi dialah satu-satunya orang yang bersabar atas segala kekurangan yang ada pada diri kita. Ketika Kita melihat ada yang Kita kurang pada anak Kita, bisa jadi karena Kita sibuk melihat anak orang lain, namun gagal melihat betapa anak sebenarnya adalah karunia yang besar yang dititipkan pada kita, mungkin yang sebenarnya terjadi, Kita yang jarang atau tidak pernah hadir seutuhnya untuknya, untuk menemani serta membimbing pertumbuhannya.

 

Bagaimana melatih Kemampuan untuk Hadir Seutuhnya?

  1. Fokus pada apa yang kita lakukan. Ketika kita sedang makan, maka syukuri makanan yang kita lihat, syukuri setiap rasa yang dikecap lidah kita. Ketika Kita sedang melakukan posting atau iklan produk Kita, fokuslah dengan apa yang Kita lakukan, nikmati prosesnya.
  2. Berlatih untuk mengenali apa yang Kita rasakan dengan tidak melabelinya. Ketika Kita sedang marah atau tidak puas, maka kenalilah oh ini saya lagi marah, lalu tanyakan, apakah ini membuat kita lebih baik? Jika tidak maka pilihlah rasa yang seharusnya kita rasakan agar rasa kita membaik. Bisa dengan mengubah gerak, dari berdiri jadi duduk, dari duduk menjadi rabahan, jika tidak bisa kita berwudhu lalu shalat sunnah. Atau sekedar mundur 3 langkah ke belakang, lalu mengayun-ayunkan tangan kita sambil menarik nafas panjang.
  3. Berfokus pada orang ada di depan Kita, ketika Kita sedang asik mengobrol, simpan gadget kita, dengarkan apa yang dia katakan dengan pendengaran aktif (mengamati apa yang dikatakan dan bahasa norverbal/ mimik/ gestur tubuhnya. Bukan melayang kemana pikiran Kita), lalu beri tanggapan positif yang menumbuhkan suasana positif. Jadilah pendengar yang baik, bukan pembicara yang hebat. Kita hadir untuk mereka.
  4. Berlatih untuk insecure pada apa yang akan Kita pertanggung jawabkan di hari akhir, bukan pada yang Kita miliki dibandingkan dengan orang lain miliki.
  5. Filter mana informasi yang menumbuhkan, filter mana lingkungan yang menumbuhkan. Kita hari ini bisa jadi adalah apa yang kita pikirkan berdasarkan atas informasi dan lingkungan yang kita berada.

 

Kurang lebih itu dulu materi hari ini, semoga bermanfaat dan membuat Sabahat BOBers di sini bisa terus bertumbuh juga semakin bermanfaat. Barakallahufiikum..

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Menjadi Lebih Produktif Dengan Teknik Deep Work Dan Pomodoro

Menjadi Lebih Produktif Dengan Teknik Deep Work Dan Pomodoro

Oleh Khairil Amin Rasyid

Kita semuanya tentu menginginkan untuk menjadi lebih produktif, lebih bisa menuntaskan semua perencanaan, dan mendapatkan hasil atau pencapaian yang kita inginkan bukan? Pertanyaannya adalah seberapa banyak itu terjadi? Sering? Cukup Sering? Pernah? atau Tidak pernah tercapai?. Jika seringkali kita mengalami kegagalan dan tidak pernah tercapai apa yang kita tetapkan, bisa berdampak sangat buruk, salah satunya adalah kepada kondisi kesehatan jiwa kita. Kegagalan demi kegagalan bisa membuat Kita tidak mempercayai diri sendiri, yang terberatnya adalah membenci diri sendiri. Tentunya kita tidak menginginkannya bukan? Jika sudah terjadi, ada baiknya dilepaskan perasaan tersebut, terima diri Kita apa adanya, terima kondisi yang terjadi, ridha atas ketetapan yang sudah terjadi. Karena hanya dengan menerima kondisi yang sudah terjadi, memudahkan diri kita untuk melangkah maju ke depan.

Untuk mencapai tujuan ataupun target yang sudah kita tetapkan kita membutuhkan diri kita untuk lebih produktif, definisi produktif di sini bukan melakukan banyak hal dalam satu waktu, bukan semakin banyak aktivitas bukan berarti Kita semakin produktif. Menjadi produktif yang saya maksud dalam artikel ini ketika Kita bisa atau berhasil menyelesaikan tugas/ kegiatan/ perilaku yang mendorong diri kita pada tujuan / target yang sudah kita tetapkan.

Kita ambil contoh ya, Misalnya kita ingin mencapai omset 20 Juta di minggu pertama, Kita menetapkan bahwa harus posting minimal 5 post di 3 platform soal media (Instagram dan Facebook) dan 2 platform distribusi konten (Youtube dan Tiktok); lalu kita tetapkan akan mengerjakannya di waktu pagi hari pukul 08.00 – 10.00 WIB. Jika kita berhasil melakukannya, maka itu dikatakan produktif, tetapi jika kita gagal karena kita sibuk mencuci piring, membuka email yang masuk, membalas chat yang masuk, dan scrolling mencari ide, maka hal itu tidak produktif; karena aktivitas buka email, balas chat, scrolling sama sekali tidak mendekatkan pada tujuan/ target yang sudah kita tetapkan. Lalu kita beralibi, loh kan aktivitas itu penting karena juga harus dilakukan. Jawabannya sederhana, pertahankan kebiasaan tersebut! Lihat sebulan ke depan, apakah tujuan kita bisa tercapai?

Setelah Kita memahami definisi produktif yang tepat, maka kita perlu paham Seperti yang kita tahu, musuh dari menjadi produktif adalah distraksi. Sederhananya ada 2 distraksi yang sering kita hadapi :

Distraksi Internal 

Distraksi internal ini berupa lintasan-lintasan pikiran, yang sama sekali tidak relevan dengan tujuan kita.

  1. Distraksi Eksternal

Distraksi eksternal ini bisa berupa notifikasi chat WhatsApp, email, maupun sosial media kita.

Jika kita “mengizinkan” diri kita untuk menerima distraksi di waktu yang penting apalagi di waktu yang sudah kita tetapkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting terkait pencapaian tujuan yang sudah kita buat, kita akan kesulitan untuk mencapai tujuan kita.

 

Dalam artikel ini saya akan membahas 2 teknik bagaimana bisa tetap fokus untuk menyelesaikan tujuan yang kita tetapkan, yang diambil dari buku Productivity Hack yang ditulis oleh guru saya, Coach Darmawan Aji. Yuk, Kita bahas :

Pertama, Deep Work

Kampanye Deep Work ini pertama kali disampaikan oleh Carl Newport, ini bisa menjadi solusi kita semua untuk berfokus menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang membantu Kita mencapai tujuan kita. Deep work adalah bekerja (atau berlatih) dengan  sangat fokus, tanpa distraksi pada rentang waktu yang panjang secara teratur. Tujuannya adalah menghasilkan karya yang bernilai atau meningkatkan skill kita ke level berikutnya. Kondisi fokus yang intens seperti ini akan mendorong kapasitas kognitif kita mendekati potensi maksimalnya.

Bagaimana Caranya? menurut Carl Newport sebagai berikut : 

 

  1. Tetapkan kapan, di mana, dan berapa lama Kita akan melakukannya. 

Deep work membutuhkan konsentrasi penuh. Kita perlu melakukannya di tempat khusus dan di waktu khusus. Kita dapat menjadwalkan deep work selama 7 hari berturut-turut, 2 hari per minggu, atau 2 jam per hari.Tetapkan mana yang paling memungkinkan bagi Kita.  Setelah menetapkan, komunikasikan dengan orang-orang sekitar kita, misalnya pasangan, anak, ataupun tim. Sampaikan bahwa kita membutuhkan fokus untuk menyelesaikan tujuan yang sudah dibuat. Sampaikan dampak positifnya untuk diri kita dan mereka jika tujuan ini tercapai.

Hilangkan semua hal yang berpotensi mendistraksi dan menginterupsi Kita. Matikan internet dan telepon Kita. Fokus, singkirkan semua jika diperlukan, bisanya distraksi dimulai dari godaan yang muncul ketika terdengar notifikasi ataupun merasa bosan, “scrolling sebentar aja, ngecek hasil badminton tadi malam. Tiba-tiba hilang 30 menit, bahkan 1 jam”. Ingat, sebenarnya cukup 2 jam saja. Tahan sekuat tenaga.

Siapkan aktivitas dan fasilitas pendukung. 

Melakukan deep work membutuhkan energi mental yang cukup. Ini tidak bisa diselekan, di poin kedua di atas, bagaimana kita bisa menghadapi godaan, Kita butuh energi yang cukup besar. Pastikan Kita mengimbanginya dengan olahraga ringan dan break secara teratur. Kita juga dapat memulai ritual Kita dengan secangkir kopi untuk membantu Kita fokus. Makanan ringan berserat tinggi pun bagus untuk mempertahankan energi Kita, namun jangan terlalu banyak makan, apalagi yang bergula.

Teknik Deep work Ini pulalah rahasia mengapa J.K. Rowling menjadi salah satu novelis terkaya dij dunia. Inilah sebabnya para pemimpin dunia mampu mengubah dunia, Mereka menyempatkan, waktu untuk melakukan deep work dalam hidupnya. Saya juga pernah mendengar di podcast kang Dewa Prayoga, dimana beliau melakukan Deep work ketika menyelesaikan buku-bukunya.

Lakukan teknik ini secara konsisten, setiap hari misalnya cukum 2 – 3 jam. Lihat hasilnya dalam 1, 3, dan 6 bulan ke depan. Bandingkan dengan pencapaian kita di tahun sebelumnya.

Kedua, Pomodoro

Teknik ini dicetuskan oleh Francesco Cirillo yang terinspirasi menggunakan timer untuk membantu dirinya menuntaskan tugasnya. Dari sinilah, ia lalu merancang teknik mengoptimalkan produktivitas yang ia namakan dengan teknik Pomodoro. Pomodoro adalah timer 25 menit yang digunakan di dapur berbentuk tomat (dalam bahasa Italia, Pomodoro bermakna tomat). Kini teknik Pomodoro menjadi teknik yang sangat populer untuk membantu meningkatkan produktivitas di tempat kerja. Kitapun bisa mencobanya di rumah. Kita bisa dibantu dengan menggunakan aplikasi di handphone (ingat ketika dipakai, matikan sinyal internetnya, agar tidak muncul notifikasi yang mengganggu).

Contoh aplikasinya :

Saya sendiri biasanya menggunakan Brain Focus. Sangat mudah dan nyaman. 

 

Inti dari teknik ini sangat sederhana. Kita pecah sebuah pekerjaan besar menjadi beberapa potongan tugas yang lebih kecil, sehingga lebih mudah bagi kita untuk mengelolanya. Lalu kita atur timer 25 menit dan fokus mengerjakan tugas tersebut tanpa gangguan. Setelah 25 menit berlalu, lakukan break selama 5 menit. Satu potongan ini disebut dengan satu sesi Pomodoro. Ini contohnya pada aplikasi Brain Focus :

Saat kita berpikir, toh hanya mengerjakannya selama 25 menit, kita menjadi termotivasi untuk melakukannya. Alih Alih memikirkan besarnya tugas tersebut, kita berpikir singkatnya waktu untuk mengerjakannya. Perjalanan 1.000 langkah dimulai dari langkah pertama, maka 25 menit ini adalah langkah pertama kita.

Setelah menuntaskannya, kita akan mengalami perasaan sukses. Rasakan nikmatnya kesuksesan ini, hargai sebagai pencapaian. Kesuksesan kecil ini akan mengantarkan kita kekesuksesan kecil berikutnya. Bukankah sebuah kesuksesan besar adalah rangkaian dari kesuksesan-kesuksesan kecil? Yuk kita mulai.

Kunci keberhasilan di sini adalah fokus pada satu aktivitas tanpa gangguan. Jika pekerjaan kita membuat konten jualan dan membuat jadwal mempostingnya ataupun langsung mempostingnya, maka buatlah konten, setelah akan menjadwalkan posting ataupun mempostingnya, hidupkan internetnya hanya untuk hal tersebut. Lakukan selama 25 menit, jangan melakukan aktivitas apa pun selain menulis, jangan coba-coba membuka aplikasi di luar yang kita butuhkan, jangan coba-coba scrolling. Artinya, kita perlu mengatur agar kita benar-benar bebas dari distraksi maupun distraksi atau interupsi. Baik secara internal maupun eksternal. Lakukan dengan menjaga energi kita di 25 menit pertama, istirahat 5 menit, lalu mulai lagi di 25 menit selanjutnya. Jika kita setting 2 jam, maka kita lakukan teknik ini dalam 4 sesi. Sangat mudah bukan?

Jadi kapan kapan Kamu mau mulai kedua teknik di atas?

Lakukan dengan konsisten, jadikan kebiasaan, caranya? kerjakan minimal selama 62 hari. Ini sangat membantu Kita semuanya untuk mencapai tujuan ataupun target dengan lebih mudah. 

 

Semoga bermanfaat. Barakallahufiikum

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu

Oleh Khairil Amin Rasyid

Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy Managing A Business yang ditulis oleh Coach Cahyadi Kurniawan. Materi ini penting karena 3 hal, pertama adalah untuk mengetahui sebenarnya bisnis kita di fase apa, kedua adalah sampai kita bisa mengetahui sampai fase mana bisnis kita bertumbuh, ketiga, langkah apa saja yang diperlukan untuk mencapai fase bisnis yang diharapkan.

  1. Fase Existence alias Cari Makan 

Di fase ini, masalah terbesar yang dihadapi tentu saja kecukupan cash flow / dana/ modal untuk menjalankan bisnis sehari-hari sehingga kita harus segera mengatasi fase ini secepat mungkin. Di fase ini banyak anggapan bahwa bisnis merupakan solusi untuk menyelesaikan keuangan kebutuhan keluarga, bisa jadi benar, bisa jadi sebaliknya. Kenapa? karena di fase ini banyak yang berhasil akhirnya keuangan keluarga menjadi terbantu, ada juga yang sebaliknya, hanya menyisakan utang yang besar, yang membebani keluarga.

Status kita pada fase ini merupakan self employee sebenarnya, tugas utama kita adalah CEO, Chief Everything Officer. Semua kerjaan kita yang beresin, dari branding, pemasaran/ marketing, penjualan/ sales, operasional, packing, urus resi, urus pelanggan komplain, mengupayakan repeat order, dll. Ngacung! siapa yang di fase ini? 

Ga apa-apa, bismillah semoga Allah SWT mudahkan ya.

Di fase ini ada tugas-tugas yang perlu kita selesaikan, yakni :

a. Alokasikan waktu yang tepat dan fleksibel, kapan kita mau mengerjakan bisnis, kapan kita mau urus keluarga. Kita perlu mengkomunikasikan hal ini dengan pasangan dan anak–anak. Dengan begitu gesekan dalam keluarga yang tidak diperlukan bisa diminimalisir. Tujuan kita berbisnis untuk melayani keluarga kita, bukan keluarga kita untuk melayani bisnis kita (tanam dalam-dalam pemahaman ini)

b. Usahakan modal awal diminimalisir, karena diperlukan pengetahuan, praktik, pemahaman, dan pengalaman untuk terus bertumbuh. Kita tidak perlu produksi, bisa dropship produk orang lain. Banyak pilihan sebenarnya bisa jadi marketer brand orang lain, dropship barang dari marketplace, menjadi micro influencer, dsb. Step awalnya tentu kita sudah harus menetapkan target market yang tepat dan juga memahami problem serta kebutuhan mereka.

c. Fokus belajar marketing, sales, dan customer relation management. Ini basic yang menjadi mesing uang/ cash flow bisnis kita. Fokus pada platform-platform yang menghasilkan, satu per satu yah. Lakukan sampai level mastery. Fokus ke satu barang, sampai kita memahami benar kebutuhan dan problem mereka, tidak hanya itu pelajari gaya hidup mereka, buat konten-konten atau pelayanan yang relevan dengan hal-hal tersebut.

d. Jika kita ingin terus bertumbuh, maka mulai pisahkan uang bisnis dan pribadi, catat setiap transaksi, hitung laba rugi. Perlu dipahami, Keuangan itu bahasa bisnis, kita mengetahui sebenarnya bisnis kita bertumbuh atau sebaliknya dari laporan keuangan. Strategi bisnis pun bisa mudah dibuat dengan perhitungan keuangan yang ada. Level bisnis yang tinggi, pada akhirnya bukan hanya masalah branding saja, tetapi lebih pada strategi keuangan. Bisa satu bisnis tapi bisa menghasilkan beberapa sumber keuangan. Contoh, Mc Donald, sebenarnya selain bisnis kuliner ada bisnis property di baliknya, setiap investor yang ingin membuka cabang Mc Donald, harus setuju dengan lokasi yang ditentukan pihak perusahaan, biasnya sewa, dan lokasi tersebut dimiliki oleh Mc Donald.

e. Jaga hubungan baik dengan customer / pelanggan yang sudah ada, karena bisnis kita pada akhirnya ditopang salah satunya oleh mereka. Ketika mereka loyal, maka mereka bisa menjadi sumber cash flow kita sekaligus marketer efektif dari produk / jasa yang kita jual.

Product Market Fit harus diusahakan di fase ini. (baca materi WhatsApp lalu ya, klik : https://bisnisonlinebertumbuh.com/sharing-grup-wa-bob/product-market-fit/ )

Banyak tantangan yang harus kita selesaikan sendiri sebagai pemilik bisnis dengan cepat dan tepat. 

Krisis yang dihadapi di fase ini adalah pengujian komitmen Kita sebagai pemilik usaha, apakah masih kuat untuk menghadapi segala tantangan yang ada, ataukah ada pilihan lain yang lebih menarik? Bila ternyata ada pilihan yang lebih menarik maka perusahaan tersebut pasti bubar.

2. Fase Menemukan Diri alias Cari Duit

Pada fase ini, bisnis kita sudah menemukan celah pasar (produk market fit) yang bisa bisnis kita layani, maka omset bisnispun harus secepatnya didongkrak (boost) setinggi mungkin. Pada momen setelah menemukan celah yang tepat, order pun dengan mudah berdatangan dan kegiatan Perusahaan bun menjadi sangat sibuk.

Ciri-cirinya : 

  1. Bisnis akan sibuk sekali menerima orderan.
  2. Kalau kita tanya pelanggan, kalau bisnis kita tutup hari ini, 40 % mereka menjawab jangan, karena sudah ketergantungan.
  3. Repeat order dari pelanggan yang sama terus berdatangan.
  4. Pelanggan baru selalu ada setiap harinya.
  5. Pelanggan lama, dengan senang hati mengajak orang di sekitar (circle) mereka untuk membeli produk atau jasa kita.

Apa yang perlu kita lakukan ?

  1. Mapping/ petakan, mana kerjaan yang bisa kita alokasikan ke orang lain. Fokuslah untuk mempelajari trend branding-marketing-sales terbaru dan buat strategi yang tepat.
  2. Kelola keuangan sebijaksana mungkin, sebagai owner kita menerima uang dari gaji (hitung kebutuhan dan keinginan kita, fokus pada kebutuhan, dari situ keluar angkanya), bukan dari keuntungan apalagi dari omset.
  3. Mulailah bangun tim. Di sini isu mengenai break-even point dan besaran gaji maupun komisi harus sudah diperhatikan. 
  4. Fokus pada bagaimana mengelola dan mengontrol perkembangan bisnis sebaik mungkin. 

Krisis yang mungkin kita hadapi adalah exhausted atau kecapaian, energi habis. Maka olahraga, jaga makan, atur waktu dengan keluarga, bahkan healing harus diperhatikan. Jika fisik dan hubungan dengan keluarga tidak dijaga dengan baik, bisa-bisa malah jatuh sakit, keluarga tidak harmonis bahkan hilang arah, dan tentunya bisnispun tidak terkontrol lagi.

3. Fase Perkembangan alias Leverage 

Supaya bisnis kita bisa terus berkembang secara cepat, maka kita harus mulai menerapkan sistem sehingga setiap proses mudah diduplikasi dan bisa dibagikan untuk dilakukan tim kita.

Di fase ini, umumnya kita sering merasa bisnis “ga kepegang”, sampai-sampai bisnis dibiarkan berjalan sendiri, alias auto pilot, seperti hal yang keren, tetapi tidak jelas mau ke mana arahnya. Inilah yang disebut perkembangan pasif atau disebut abdikasi (membiarkan terserah apa yang terjadi). Bisnis kita asal jalan saja, tanpa target maupun visi yang jelas.

Kalau keadaan ini dibiarkan maka bisnis kita bisa terjerumus dalam krisis over expanding. Kalau fondasi (mastery-nya) tidak kuat, akan cepat terperangkap ke dalam kesulitan likuiditas/ keuangan. Ini yang sering  disebut: bisnis semakin besar dan semakin sibuk, tetapi malah butuh duit terus. 

Tugas kita di fase ini adalah : 

  1. Ingat tujuan kita berbisnis, fokus pada visi hidup setelah kematian kita, gunakan sumber daya yang ada sebijak mungkin. Pisahkan kebutuhan dan keinginan, jangan sampai terjebak pada cash yang berlimpah, gaya hiduppun melesat.
  2. Buat target per tahun, per tiga bulan, dan per bulan.
  3. Delegasi ke tim dilakukan dengan kontrol yang baik, mulai dibuat SOP, KPI, dan Target per tim disesuaikan dengan target yang sudah dibuat.
  4. Gunakan cash perusahaan sebijaksana mungkin, fokuskan pada yang berdampak bagi bisnis baik jangka panjang maupun jangka pendek.

4. Fase Pembentukan Tim 

Kalau kita sadar, kita akan berusaha melewati keadaan di atas, dengan cara segera membentuk tim yang solid. Dari sini, mulailah kepemimpinan kita diuji, jika kita tidak memiliki kepemimpinan yang baik. Segalanya bisa serba-autokratis. Semuanya harus di-acc dulu oleh kita sebagai pemimpin bisnis, apakah boleh jalan atau tidaknya. Di fase ini, umumnya kita berpikir sebagai superman, bukan superteam, ini bisa menyebabkan tim kurang bisa berkembang. Seringkali kita merasa yang mengetahui segalanya, dan bisa semuanya.

Tantangan di fase ini adalah bagaimana menarik talenta yang terbaik dan cocok dengan budaya dan visi bisnis kita untuk bergabung. Karena sebenarnya diri terbatas, terutama di masalah waktu, kalau kita tidak mempercayai tim kita, maka sumber daya yang ada di bisnis kitapun merasa tidak bertumbuh, kitapun bisa kehilangan orang-orang terbaik di bisnis kita.

Di fase ini yang perlu dilakukan adalah : 

  1. Tentukan visi, target dan budaya organisasi bisnis kita. Lalu kita lakukan sebagai tauladan. 
  2. Didik tim kita untuk bisa menyelesaikan tugasnya dan mengeksekusi target-target yang sudah ditetapkan. Jika kita tidak mampu, maka kita menyekolahkan tim kita kepada training-training yang dibutuhkan untuk mencapai visi dan target tersebut.
  3. Rekrut tim dengan prinsip orang yang tepat, di tempat yang tepat, yang kinerja yang tepat.
  4. Ingat, aset terbesar perusahaan bukan SDM, tetapi SDM yang berkontribusi maksimal bagi bisnis dan memiliki keinginan untuk bertumbuh.

5. Fase Mengembangkan Sistem untuk Kontrol 

Dalam fase pembentukan tim, sudah pasti harus dibuatkan sistem yang menjelaskan koridor tanggung jawab di setiap jabatan yang disebut job description. Semua pekerjaan tersebut harus terukur dengan menerapkan tolok ukur kinerja (KPI = Key Performance Indicators), juga manual standar operasi yang disebut SOP.

Tugas kita di fase ini adalah : 

  1. Minimal punya capaian dalam 3 bulan, ini harus disiplin dibuat, dimonitoring, dikontrol, evaluasi dan perbaiki.
  2. Dalam membuat target 3 bulan kita bisa menggunakan metode OKR (Objective Key Result). Sederhanaya : Objective merupakan target tertinggi kita, Key Result adalah ukuran pencapaian yang jelas. Misalnya Objective : mencapai distributor tertinggi di brand A, Key Result : Omset 500 Juta di bulan ke tiga, 300 Juta di bulan kedua, dan 100 Juta di bulan pertama. 
  3. Setelah dibuat OKR untuk 3 bulan, maka buat perilaku apa saja yang mendorong agar target tersebut tercapai, ini disebut dengan Initiative / Inisiatif. Ini bisa dituangkan ke bentuk KPI. Misalnya, sehari harus masuk 100 leads baru dengan tingkat konversi sales 30%.
  4. SOP ini dibuat dengan mengamati aktivitas yang berdampak pada tujuan. Misalnya pada chat CS selalu diakhiri pertanyaan (materi optimasi WA lalu, baca : https://bisnisonlinebertumbuh.com/sharing-grup-wa-bob/tips-optimasi-whatsapp-untuk-meningkatkan-repet-order/ ). Jika sudah mendapatkan aktivitas apa saja yang berdampak, catat dan dokumentasikan (kalau perlu dibuat video tutorialnya), ini yang dijadikan SOPnya).

6.  Fase Birokrasi/Red Tape 

Bila kita tidak sadar dengan rutinitas dan komunikasi organisasi yang tidak lancar, Bisnis kita pun memasuki fase birokrasi. Birokrasi sebenarnya bertujuan untuk memperlancar bisnis dalam melayani pelanggannya, tetapi biasanya justru menjadi alat business owner untuk mengontrol dalam arti kata negatif, yaitu mencegah kemungkinan kebocoran ataupun manipulasi yang bisa terjadi di bisnis kita karena skala organisasinya yang sudah besar.

Dan, dalam fase ini, biasanya CEO yang dipilih untuk memimpin perusahaan tersebut adalah orang yang teliti dalam hal finansial, di mana kehati-hatian adalah kredo utama, bukan lagi kreativitas dalam mengembangkan pasaran baru. Dengan sendirinya, perusahaan memasuki fase melambatnya pertumbuhan, bahkan sampai mandek alias stagnate, karena kreativitas yang ada di fase awal saat mendirikan bisnis sudah tidak dihargai lagi. 

Bila birokrasi tidak dijalankan dengan benar maka birokrasi yang semestinya untuk melayani justru menjadi alat penghambat jalannya bisnis. Bila ini terjadi, perusahaan yang tadinya simpel dan transparan sehingga bisa cepat berkembang, telah berubah menjadi perusahaan yang ruwet, kompleks, dan banyak prosedur yang tidak jelas. Mulai terjadi tabu ini tabu itu. Transparansi menjadi isu yang tabu dibicarakan. Perusahaan memasuki era serba rahasia dan grup politik kantor (office politics) pun berkembang pesat!

Dan, bila kita sebagai business owner tidak sadar, dia semakin banyak dikelilingi anggota tim yang “asal bapak senang”. Lebih banyak pujian dilontarkan daripada ajakan menghadapi kenyataan agar terus berkembang. Dia pun terisolasi dan menjadi “tuli dan buta”’, tidak sadar akan kenyataan sehari-hari.

Ini catatan penting!

Penting sekali di Hari ini untuk lebih agile  / lincah, karena perubahan begitu cepat, kalau kita terlalu nyaman dengan kondisi organisasi bisnis yang kaku, umumnya akan punah. Kita melihat di perusahaan sebesar Nokia-pun bisa tumbang karena tidak bisa berubah menghadapi perubahan yang besar di industri telekomunikasi.

7. Fase Entrepreneurship/Kewiraswastaan 

Biasanya, setelah melihat angka KPI finansial yang menurun, sebagai business owner, kita  baru menyadari keadaan bahwa orang-orang yang proaktif mulai meninggalkan bisnis kita dan yang pasif lebih banyak memegang posisi kunci. Untuk memperbaiki keadaan ini, Kita harus merevitalisasi Visi, Misi, dan Budaya perusahaan. Menegaskan kembali apa tujuan bisnis kita di awal dan apa kontribusi produk atau jasa perusahaan bagi pelanggannya bisnis kita.

Tantangan kita sebagai pemimpin adalah menghidupkan budaya perusahaan dan mendorong semua tim untuk berinovasi lagi sekaligus fleksibel / agile / lincah dalam mengejar pertumbuhan. 

Bisa saja karyawan yang tersisa sudah terlalu tua dan tidak memiliki hasrat maupun gairah untuk berubah. Tiba saatnya bisnis harus kembali ke siklus awal, sebagai perusahaan yang baru lahir. Kalau Kita sebagai business owner sadar, maka kita bahkan mengganti diri kita sendiri yang berada di posisi puncak dengan pemimpin muda (anak, kalau perusahaan keluarga) yang lebih energik dan penuh ide baru.

Demikianlah siklus / fase bisnis yang umumnya terjadi di hampir semua bisnis, dan itu berbanding lurus dengan siklus kehidupan manusia. Oleh sebab itu, bisnis juga disamakan dengan makhluk hidup, ada masa lahir, remaja, dewasa, tua, dan bahkan mati—kalau tidak dirombak dan diremajakan. Hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa pada setiap fase, fokus utamanya berbeda-beda. 

So, perusahaan Kamu sekarang di fase apa?

Semoga bermanfaat. Terima kasih sudah menyimak.

Jazakumullah khair.

Barakallahufiikum.

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Menata Pikiran Untuk Memudahkan Dalam Mengeksekusi Rencana

Menata Pikiran Untuk Memudahkan Dalam Mengeksekusi Rencana

Oleh Khairil Amin Rasyid

Seperti biasa, setiap hari senin kita akan membahas materi pengembangan diri ya. Nah, setelah kemarin kita membahas bagaimana mempertahankan atensi dan fokus atas banjirnya informasi yang terus memborbardir kita melalui gadget yang sehari-hari ada di tangan kita. Hari ini Kita akan membahas tentang bagaimana menata pikiran kita dalam mengekseskusi rencana yang Kita buat.

Kenapa materi ini menarik ? karena sering kali kita tidak menyadarinya, namun faktanya sangat berpengaruh dalam langkah kita. Apa itu? Self talk, yang merupakan kegiatan dialog di internal diri kita. Kalau kita pernah nonton sinetron-sinetron, seringkali pemeran antagonis (yang menjadi penjahatnya) berdialog pada dirinya mengenai niat jahatnya terhadap pemeran utama di sinetron tersebut. Misalnya, “mmhh, rasakan Kamu! Akhirnya Kamu merasakan kepedihan yang Saya rasakan!”. Dialog-dialog dalam diri ini yang sebenarnya mengisi pikiran kita, pada akhirnya mendorong perasaan, dan akhirnya membuat kita melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu. Coba ingat-ingat deh, ketika kita mau belanja, lalu larut dalam pertimbangan-pertimbangan yang dalam akhirnya baru bisa memutuskan mau beli yang mana setelah sekian lama, “duh, yang ini mahal, tapi bagus banget!!! Yang ini murah, tapi modelnya biasa banget. Duh, pilih yang mana ya?”

Self talk ini yang sering kali tidak kita sadari, atau mungkin kita menyadarinya namun cenderung mengabaikannya. Coba diingat-ingat lagi, perkataan-perkataan yang terjadi di pikiran kita pagi ini, kira-kira lebih banyak yang membuat kita lebih berdaya atau sebaliknya, cenderung melemahkan, menyakiti diri sendiri, dan memandang rendah diri?

Ingat ya rumus bagaimana sebuah perilaku bisa terjadi di materi lalu ya, sebagai berikut :

Jika kita melihat gambar di atas, dalam teori Human Model of The Wolrd, Pikiran mempengaruhi Perasaan, Perasaan Mempengaruhi Perilaku, Perilaku mempengaruhi Hasil. So, jika pikiran kita membuat kita berdaya, maka perasaan kitapun semakin berdaya (misalnya menjadi lebih semangat, menjadi lebih fokus, dan menghargai diri kita dengan apa adanya). Ada beberapa teknik bagaimana menata pikiran kita agar lebih baik dalam membantu kita untuk tetap memutuskan yang terbaik untuk kita, untuk membantu kita dalam mengeksekusi perencanaan kita dari hari ke hari.

Step Pertama, Tentukan Target 3 bulan ke depan

Target itu seperti peta dan kompas dalam berlayar. Gerak itu ada perubahan dari keadaan sebelumnya/ saat ini menuju keadaan yang diharapkan. Ketika kita tidak mempunyai target, maka kita akan mengalir tanpa arah. Kenapa 3 bulan, ini adalah batasan waktu yang realistis, sekitar 90 – 100 hari yah. Termasuk di dalamnya membuat kebiasaanpun, secara rata-rata membutuhkan waktu sekitar 62 hari. 3 bulan adalah waktu yang ideal, tidak terlalu cepat sehingga target menjadi berat diekseskusi; tidak terlalu mengawang-ngawang karena jaraknya jelas 3 bulan.

Step Kedua, Lakukan Brain Dump / Menumpahkan Pikiran Kita

Menurut Buku Productivity Hack yang ditulis oleh Coach Darmawan Aji. Brain Dump adalah Mengeluarkan semua yang Kita pikirkan di dalam otak Kita ke media penyimpanan lainnya, misalnya Kertas atau Komputer. Melakukan Brain Dump ini membuat semua hal baik yang penting maupun sebaliknya keluar dari otak kita. Dengan begitu kita menyadari “apa yang kita pikirkan”, sehingga kita bisa memilahnya mana yang memberdayakan mana yang sebaliknya, Kitapun menjadi memiliki ruang untuk bersantai, berpikir dan berkreasi.

Caranya bagaimana ?

  1. Tuliskan apapun yang ada di pikiran kita. Baik yang penting maupun tidak, misalnya target kita, ingin membuat SOP, ingin postingan, anter sekolah si adik, keinginan membahagiakan orang tua, gosip hari tentang Lesti Kejora, yah bebas ya. Kita keluarkan semuanya ya….
  2. Pisahkan berdasarkan kategori : Mana yang termasuk Ide Baru? Tugas? Pekerjaan? Tugas? Penghambat? 
  3. Petakan mana yang berdasarkan target kita, harus Kita tuntaskan, mana yang bisa didelegasikan, dan mana yang bisa Kita buang. 
  4. Buat To Do List atau Things To Be Done (Hal-hal yang harus selesai). Perhatikan tulisan Kita, apakah ada yang benar-benar penting atau actionable (bisa dikerjakan)? Buat To Do List untuk menyelesaikannya.

Luangkan waktu 10 menit setiap harinya untuk melakukan hal ini. Wkatu terbaik adalah sebelum tidur ataupun setelah bangun tidur. Boleh juga dilakukan di kedua waktu tersebut yah.

Step Ketiga, Lakukan GROW

GROW ini merupakan singkatan dari Goal, Realities, Options, dan Will. Saya jabarkan ya :

  1. Goal, kondisi yang kita inginkan / capai di hari itu. Cukup 1 – 3 goal saja di setiap harinya. Jangan terlalu banyak.
  2. Realities, merupakan kondisi kita saat ini. Misalnya ketika kita ingin mencapai omset Rp 150.000.000 per bulan, maka per harinya adalah 5.000.000. Coba cek di hari ini kita sudah mencapai akumulai berapa? Ini membantu kita SADAR akan jarak kondisi saat ini dengan target/ goal kita. Contoh lainnya, misalnya ketika kita menginginkan punya kebiasaan posting 3 kali sehari, cek per hari ini apakah kebiasaan itu sudah terlaksana, jika kita baru mencapai 2 kali sehari, berarti perlu 1 kali lagi.
  3. Options, merupakan sumberdaya atau pilihan-pilihan yang kita punya dalam mewujudkan rencana yang kita buat. Misalnya, minta bantuan karyawan, atau pasang alarm, tempel target sebesar-besarnya di kamar kita, atau pasang foto orang tua di latar belakang HP kita, atau kita tempel foto-foto orang yang kita sayangi di meja kita, atau meminta support pasangan. Intinya, bagaimana kita memaksimalkan sumber daya eksternal / di luar diri kita untuk kita gunakan untuk membantu eksekusi rencana kita, bisa membantu mood kita, bisa menambah semangat kita.
  4. Will, merupakan Langkah pertama, komitmen tindakan. Misalnya, Saya komitmen olahraga 10 menit ba’da shubuh, agar bisa semangat di hari itu. Atau saya akan memandangi foto orang tua saya agar saya mengingat bahwa saya ingin sekali membahagiakan orang tua saya. Ini bisa dimulai dengan hal termudah dahulu. Misalnya, kalau kita ingin langsing, kita putuskan untuk olah raga, kita bisa memulainya dengan memakai pakaian dan sepatu olah raga setiap pagi, lalu jalan di depan rumah. Jadi ketika tetangga bertanya, mau olahraga Bu/ Pak? kita jawab, IYA.. Lalu pastinya minimal kita berjalan beberapa langkah. Sederhana lho…

Step Empat, Lakukan Inner Game

Dikutip dari buku Self Coacing karya Coach Darmawan Aji. Menurut Tim Galley, rumus Performance adalah Potential – Interference. Kita kembali ke pembahasan Self Talk. Menurut Tim Galley, pada diri kita adalah dua self, yakni :

  1. Self 1 (pengamat) yang merupakan kesadaran saat kita menjadi pengamat dari diri kita. Yang membuat kita berpikir, menganalisis, dan mengkritisi perilaku kita. Bagian ini punya kebiasaan membuat mengkritik, menilai, mengajari dan mengevaluasi diri kita, pernah kepikiran, “coba dari dulu, saya lakukan ini”, “duh, gimana sih, saya bodoh banget di depan klien”. 
  2. Self 2 (pelaku) adalah kesadaran saat kita melakukan sesuatu secara All Out. Tanpa berpikir, hanya melakukan. Bagian diri kita yang belajar, bekerja, dan melakukan sesuatu.

Sayangnya seringkali ketika mengeksekusi rencana kita Self 1 yang sering mendominasi pikiran kita, misalnya, mengatakan ke diri kita untuk bekerja lebih keras alih-alih mengizinkan diri kita bekerja dengan kadar yang “PAS”, mengkritik pekerjaan kita, memberitahu betapa buruknya perkejaan kiya, lalu mengingat masa lalu yang kurang memberdayakan. Ini yang dimaksud dengan Interferensi.

Lalu yang perlu dilakukan adalah memperkecil interferensi ini, dengan berfokus menyelesaikan pekerjaan / eksekusi perencanaan kita sebaik yang kita bisa.  Tenangkan Self 1, dengan menghargai apa yang kita lakukan, dengan perubahan sekecil apapun. Lakukan Trusting Mindset yakni kita percaya penuh pada kemampuan kita!

Lakukan ini ya, agar Sahabat BOBers di sini bisa semakin berdaya dalam mengeksekusi/ melaksanakan rencana yang telah kita buat, pada akhirnya akan membuat kita percaya diri, dan mencintai diri, tentunya lebih bahagia lagi.

 

Semoga bermanfaat. Jangan lupa dishare jika bermanfaat, agar ini menjadi pahala untuk Sahabat BOBers semuanya..

Barakallahufiikum.

Terima kasih sudah membersamai proses belajar hari ini. Jazakumullah khair…

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya!

Optimasi WhatsApp Part 2 : “Bagaimana Meningkatkan Penjualan dengan WhatsApp”

Optimasi WhatsApp Part 2 : “Bagaimana Meningkatkan Penjualan dengan WhatsApp”

Oleh Khairil Amin Rasyid

Untuk menjalankan penjualan via WhatsApp, kita perlu setting mindset atau memiliki cara pikir yang tepat dulu nih, agar tidak salah dalam prakteknya yah.. Kita bahas yuk :

Mindset Menjual dengan WhatsApp:

  1. Orang membeli karena dipengaruhi perasaan 

Ingat materi Struktur Pikiran / Human Model of The World di materi lalu?  (link materi : https://bisnisonlinebertumbuh.com/sharing-grup-wa-bob/memahami-diri-sendiri-dan-orang-lain-dengan-memahami-struktur-pikiran/ )

Ingat bahwa perilaku dipengaruhi oleh tindakan. Secara umum penjualan terjadii karena dipengaruhi oleh 80% karena emosi/ perasaan (pembelian karena emosi/ perasaan yang impulsif), 20% karena logika (pertimbangan matang)

Apa yang menjadi pencetus Emosi / Perasaan untuk membeli :

– Kenal Kita atau Akrab

– Mendekati : Harga Murah / Promo

– Menjauhi : Scarcity/ Takut

  1. Transaksi karena mereka tahu kenapa mereka harus membeli produk kita. Ini pentingnya kita mengenal siapa target market atau buyer persona dari produk kita. Cari tahu kebutuhan mereka yang relevan dengan produk kita. Untuk selanjutnya kebutuhan mereka ini yang kita jadikan copywriting pada promo / campaign kita, dan juga dijadikan sales script di whatsApp kita.
  2. Jangan Suka Menyebar Spamming, 

Orang membeli bukan karena barang yang kita tawarkan saja. Tetapi yang terpenting siapa yang berjualan. Kalau kita spam ke nomor yang tidak kita kenal/ tidak pernah komunikasi dengan WA kita, maka orang akan tidak nyaman, tidak sampai itu saja, bahkan mereka bisa mereport akun WA kita.

  1. Perbanyak Kontak. Bisa dilakukan dengan meminta referensi ke konsumen tetap kita (existing customer) orang-orang yang bisa direkomendasikan untuk menggunakan produk kita. Ini bisa dilakukan dengan memberi reward, misalnya dengan hadiah tertentu atau voucher diskon di pembelian selanjutnya. Bisa juga dengan beriklan ataupun berjejaring di grup-grup whatsApp. Atau yang paling gampang di Iklan di Facebook atau Instagram.
  2. Gunakan Social Media Lainnya.

yakni Facebook, Instagram, Tiktok, dan Youtube. Ini yang dinamakan Funneling.

  1. Gunakan Copywriting yang menarik.

Ketika kita membuat status atau konten di FB, IG, Tiktok, ataupun Youtube, kita perlu sesuatu yang memancing mereka untuk kontak kita, Yakni copywriting yang membuat calon customer atau reseller mau kontak WA kita.

  1. Jangan Jualan Sendiri.

Kita bisa membangun tim reseller yang mensupport penjualan kita. Karena setiap orang umumnya punya banyak kontak, yang berasal dari teman sekolah baik SD, SMP, SMA, Kuliah, Tempat Kerja, Tetangga, Organisasi, ataupun Komunitas. Dengan merekrut tim reseller, maka ini memperluas jangkauan bisnis kita.

Pertanyaannya gimana Cara closing / menjualnya gimana? Nah, ini dia tekniknya yah…

9 Teknik Closing di WhatsApp :

  1. Harus Kuasai Percakapan. Caranya dengan membuat pertanyaan, siapa yang bertanya itu yang memegang kendali pada percakapan.
  2. Puji setiap pilihan jawaban dari pertanyaan kita. Misalnya, pilihan Kakak Tepat Sekali. Agar calon konsumen semakin yakin.
  3. Jangan Memberikan Pertanyaan Tertutup, Kasih pilihan. Contoh pertanyaan yang tidak boleh: Kakak jadi beli?, Mau transfer kapan?. Contoh yang baik : Kakak mau transfernya pagi ini atau siang ini?
  4. Buat dia merasa butuh produk kita. Pahami dahulu kebutuhan mereka, lalu buat produk kita relevan dengan kebutuhan mereka.
  5. Kasih surprise atau reward, bangun kedekatan. Misalnya memberi ucapan selamat ulang tahun, beri kartu ucapan terima kasih di paket yang dikirim, atau beri hadiah tambahan yang mereka tidak tahu.
  6. Kasih Rumus Jika – Maka, Misalnya : Jika kakak ga beli sekarang, Maka saya tidak bisa keep barangnya, ini rebutan lho Kak, nanti kehabisan.
  7. Harus kita yang menutup percakapan, Misalnya : dengan ucapan terima kasih atau emoticon.
  8. Buat penawaran terbatas. Umumnya di 2 area, yakni Masa Berlaku Promo Produk dan Ketersediaan Barang.
  9. Lead Magnet, Misalnya dengan Promo 2 x sebulan, contoh : Promo Beli 1 Gratis 1, Promo Free Ongkir, atau “New Arrival, Stok Terbatas!”, bisa juga dengan memberikan harga coret.

Untuk selanjutnya, kita perlu melakukan Migrasi ke WhatsApp Business agar kita bisa membuat kita lebih mudah mengoptimasi whatsApp kita untuk keperluan bisnis. So, apa aja fiturnya?

8 Fitur dalam WhatsApp Business yang bisa membantu bisnis kita yuk simak:

  1. Fitur Informasi Bisnis
  2. Fitur Katalog
  3. Fitur jawab otomatis
  4. Fitur Salam
  5. FItur Balas Cepat.
  6. Fitur Label
  7. Tautan Pendek
  8. Fitur Bisnis Facebook dan Instagram

 

  1. Fitur Informasi Bisnis :

a. Nama : Brand kita

b. Deskripsi : Deskripsikan Bisnis Kamu

c. Kategori Bisnis : Pilih bisnis Kamu bergerak di bidang apa

d. Alamat Bisnis : Alamat domisili bisnis, bahkan sampai titik google mapnya.

e. Jam Kerja : waktu pelayanan untuk customer

f. Email : alamat email kita

g. Situs Website : Boleh website/ landingpage, Intagram atau Marketplace kita

menariknya, di fitur ini kita bisa memberikan informasi lokasi bisnis kita, ini sangat membantu untuk memberikan petunjuk ke customer lokasi toko kita (jika offline), selain itu kita bisa sisipkan website kita bahkan landingpage bisnis kita sehingga bisa mempengaruhi calon customer untuk membeli produk kita.

  1. Fitur Katalog :

Untuk menampilkan produk kita, lengkap dengan harga dan deskripsi kita. Hebatnya lagi kita bisa memberikan Link atau Tautan, yang diarahkan pada landing page pada katalog kita agar calon customer semakin yakin akan produk kita, jadi kita bisa giring calon customer kita untuk membeli dengan Landingpage yang sudah ada informasi kebutuhan mereka yang relevan dengan produk kita, penjelasan detail produk kita, harga dan penawarannya, social proof (testimoni) dan Promo terbatasnya! SERU YAH…

ini contohnya :

Contoh landing page nya :

https://kelas.bisnisonlinebertumbuh.com/optimasi-google-drive-1/

Kitapun bisa melampirkan/ share katalog kita secara langsung… Contohnya :

Kita juga bisa menambahkan Info tambahan untuk menginformasikan aturan belanja, misalnya dikirim H+ berapa, dsb.

Fitur Katalog ini bisa dimaksimalkan dengan membagikannya di chat WhatsApp Kita.

  1. Fitur jawab otomatis di luar jam kerja :

Fitur perpesanan di luar jam kerja ini untuk di saat calon/ customer menghubungi kita, fitur ini membantu kita untuk memberitahukan bahwa saat itu kita tidak aktif/ di luar jam kerja kita, dan kita memberitahu kapan kita aktifnya. Kita bisa mengisinya dengan informasi jam kerja kita, misalnya : ”Assalamualaikum. selamat datang di toko Bambang, mohon maaf saat ini pelayanan Kami sedang tidak aktif, InsyaAllah Kami akan melayani Anda di jam kerja Kami, esok hari di Jam 09.00 – 17.00 WIB. Terima kasih”

  1. Kira bisa set pesannya, 2. Kita bisa schedule berdasarkan jam kerja kita.
  2. Fitur Salam/ Greeting Message

Fitur salam ini untuk memberikan jawaban otomatis untuk calon pelanggan baru kita (no wa yang belum pernah kontak dengan kita) ataupun kontak yang sudah lebih dari 14 hari tidak ada komunikasi dengan kita via WhatsApp. Kita bisa membuat pesan salam pembuka dan menginfokan akan segera melayani mereka. Misalnya : Assalamualaikum. Selamat datang di Toko Icha. Mohon tunggu ya, sebentar lagi Icha akan membalas pesan Kamu. Terima Kasih”

  1. Fitur Balas Cepat/  Quick Reply

Fitur ini membantu Kita untuk membuat pesan auto text dimana kita cukup mengisi kata kunci, maka otomatis WA Bisnis akan menjawab kalimat panjang sesuai kata kunci kita. Ini sangat membantu kita untuk menjawab pertanyaan customer dengan lebih efesien. Cocok sekali untuk pesan yang panjang, misalnya : alamat toko, ketentuan reseller, ketentuan order, no rekening, dsb.

Misalnya  :  

Pintasan : “Alamat”

Pesan : “Jl Lari Pagi 4X Kelurahan Sehat Kecamatan Wal’afiat.”

Untuk menjawabnya cukup diawali tanda garis miring “/” lalu pilih kata kunci atau pintasan yang sudah kita buat sebelumnya.

  1. Fitur Label

Fitur ini digunakan untuk mengkategorikan kontak di WhatsApp kita, pengkategorian ini dengan melabeli kontak WA dengan memberikan warna. Misalnya, Baru tanya Warna Kuning, Baru Sekali Beli Warna Hijau, Sudah Beberapa Kali membeli Warna Biru, Tidak jadi beli warna merah. Nantinya ini akan memudahkan kita ketika ingin memfollow up ataupun ingin mengadakan promo-promo tertentu. Kategori yang bisa dibuat :

– Calon pelanggan

– Pelanggan

– Pelanggan Repeat

– Batal beli

– Reseller

– Supplier

  1. Fitur Tautan Pendek / Short Link

Fitur ini kita gunakan untuk memudahkan Kita untuk memberikan link WhatsApp Kita, selain itu juga fitur ini bisa digunakan untuk menampilkan pesan redirect dari calon customer kita ketika mereka ingin bertanya produk kita. Link / Tautan ini cocok sekali untuk kita tampilkan di Bio Instagram kita. Contoh : Assalamualaikum. Halo Saya tertarik dengan produk Kamu. Apakah masih tersedia? Mohon bantuannya. Terima kasih.

Fitur Short Link atau Tautan Pendek, berguna untuk membantu kita menyebarkan link maupun barcode dari Akun WhatsApp Bisnis kita.

  1. Fitur Bisnis Facebook dan Instagram

Fitur ini membantu agar no whatsApp kita muncul atau terhubung di profil Fanpage pada Facebook dan Instagram Kita.

Tinggal di tambahkan saja Fanpage dan Instagram kita yah…

Terakhir, apakah kita bisa beriklan di facebook lewat whatsApp bisnis?

jawabannya bisa..

Di Fitur ke 9 yah…

Kita bisa pilih apakah katalog kita yang diiklankan atau profil WhatsApp Business kita…

  1. Kita bisa munculkan iklan di Facebook
  2. Iklan selanjutnya akan berujung di WhatsApp Business kita
  3. Kita bisa atur budgetnya
  4. Atur budget per harinya 
  5. Atur metode pembayarannya. Biasanya kartu ATM yang ada Visa (Mandiri, Genius) bisa.
  6. Rencana anggaran dalam 5 hari (tergantung budget per harinya).

 

Selamat praktek ya Sahabat BOBers…

Semoga bermanfaat..

 

Barakallahufiikum..

Sampai Jumpa di Artikel selanjutnya !

Mempermudah Pencapaian Tujuan Dengan Menyederhanakan Hidup

Mempermudah Pencapaian Tujuan Dengan Menyederhanakan Hidup

Oleh Khairil Amin Rasyid

Setelah minggu lalu kita membahas mengenai bagaimana mencapai tujuan dengan menjaga atensi dan menjauhi distraksi.  Hari ini kita akan membahas materi pengembangan diri ya tentang Mempermudah Pencapaian Tujuan dengan Menyederhanakan Hidup.

Tentunya kita tahu bahwa di era banjir informasi seperti hari ini,  hal membuat kita mengalami kesulitan untuk berfokus menyelesaikan target atau tujuan-tujuan yang kita tetapkan, baik dalam pencapaian bisnis, keluarga, maupun pribadi.

Hari ini kita akan mencoba membahas bagaimana tetap berjalan di atas tujuan yang sudah kita buat dengan menyederhanakan hidup. Tujuan di sini bisa tujuan hidup, tujuan bisnis, tujuan keluarga, dan tujuan pribadi yah.

Dengan bejibunnya konten-konten / informasi hari ini baik di media sosial seperti FB, IG dan media distribusi konten seperti TikTok dan Youtube, seringkali merangsang kita untuk ingin tahu banyak hal, bermimpi banyak hal, sering cemas pada hal-hal di luar kendali kita, sering mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tanpa dipilah-pilah, sering belajar ke sana-sini tanpa praktik, sering ingin mengerjakan banyak hal di satu waktu, sering mengoleksi barang-barang di keranjang market place padahal yang mau dibeli satu saja, sering menumpuk barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar kita butuhkan. Pertanyaannya adalah apakah itu membuat kita bahagia? apakah hal tersebut membantu kita dalam mencapai tujuan kita dengan sesuai dengan waktu yang ditentukan, bahkan lebih cepat atau lebih besar lagi?

Faktanya hal-hal di atas alih-alih membantu pencapaian tujuan kita, malah sebaliknya seringkali malah menghabiskan sumber daya yang paling mahal, apa itu? yakni waktu. Sumber daya yang ketika hilang, kita tidak bisa menggantinya lagi. Sementara setiap kegiatan yang mendekatkan kita pada tujuan membutuhkan waktu. Ketika kita tidak mampu melakukan apa seharusnya dilakukan dalam rangka mencapai tujuan kita, umumnya membuat kita semakin merasa gagal, yang ujungnya membuat kita merasa tidak berdaya, tidak percaya diri, bahkan puncaknya adalah membenci diri kita sendiri. 

Untuk menghindari hal tersebut ada baiknya kita menyederhanakan hidup? maksudnya? membuat langkah kita lebih ringan dengan berfokus pada hal-hal penting dan berdampak, dan menyisihkan hal-hal yang tidak relevan dengan tujuan yang sudah kita buat.

Saya akan bahas langkah-langkahnya berdasarkan Buku yang ditulis guru saya Coach Darmawan Aji, yang bertajuk Productivity Hack dikombinasikan dengan apa yang saya pahami.

So, Ada beberapa kiat-kiat untuk mencapai tujuan kita dengan cara menyederhanakan hidup, yuk kita simak :

Pertama, Pisahkan Mana yang Ada di dalam Kendali Kita, Mana yang TIdak

Kira-kira informasi tentang kisruh rumah tangga dan KDRT artis atau public figure menarik untuk diikuti? Atau informasi tentang jendral di salah satu lembaga penegak hukum yang memanipulasi kasus pembunuhan menarik untuk diikuti? Atau informasi tentang prediksi Krisis Ekonomi di tahun 2023 menarik untuk diikuti?

Katakanlah menarik untuk diikuti, pertanyaannya? sejauh mana hal tersebut berdampak pada tujuan kita? atau sekedar relevan dengan kehidupan kita?
Apakah bermanfaat?
Sayangnya, informasi-informasi seperti di atas yang seringkali menghiasi beranda kita (terutama yang memang suka mengkonsumsi informasi tersebut yah/ akun gosip).
Katakanlah bermanfaat untuk hiburan. Coba tanyakan, berapa banyak informasi seperti di atas kita konsumsi? Berapa lama kita scrolling informasi tersebut?

Bandingkan dengan mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhan kita.

Bandingkan dengan produktivitas kita sehari-hari, misalnya dengan membuat postingan yang bermanfaat dengan target market, mengupload produk, dan berinteraksi dengan audiens media sosial bisnis kita.

Contoh kasus ketika kita sibuk dengan Issue kenaikan harga BBM, kadang kita tenggelam di issue tersebut. Pertanyaannya adalah apakah kalau kita komen, scrolling berita-beritanya, bahkan mensharenya, berdampak pada issue tersebut? Karena kita melakukan hal-hal tersebut, membuat pemerintah merubah keputusannya gitu?

Ketika kita fokus pada hal-hal di luar kendali kita, sebenarnya kita tidak melakukan apa-apa selain membuang waktu kita. Maka pilah lagi baik informasi ataupun aktivitas yang memang berada dalam kendali kita, yang membantu pencapaian tujuan kita. Itupun tidak bisa sebanyak-banyaknya, karena keterbatasan waktu dan energi yang kita miliki.

Kedua, Buat Batasan 

Ini adalah kunci utama. Batasi apa yang masuk ke dalam kepala kita, batasi apa yang kita kerjakan, batasi apa yang kita pikirkan, dan batasi apa yang kita inginkan untuk miliki. Dengan membatasi hal-hal ini, kita akan dipaksa untuk berfokus pada hal-hal yang penting dan esensial. Perilaku ini akan membuat kita befokus pada hal-hal yang berdampak dan menyingkirkan hal-hal yang hanya menyibukkan kita dan tidak bernilai.

Seringkali kita tergoda untuk mencari informasi yang tidak berdampak pada hidup kita, bahkan di luar kendali kita. Contohnya gosip artis, yang kehidupan mereka tidak relevan sekali dengan hidup kita. Seringkali kita menerima bahkan tergoda untuk menerima peranan, tugas, jabatan baru yang sebenarnya tidak berkaitan dengan tujuan hidup kita, tujuan bisnis kita, bahkan diri kita sendiri.

Yuk sederhanakan, tentukan apa yang *penting atau essensial* dan *berdampak pada tujuan* hidup kita, keluarga kita, dan bisnis kita. Waktu kita sangat singkat. Jangan disia-siakan.

Ketiga, Memilih Hal-hal yang Esensial dan Mengeliminasi Hal-Hal Non Esensial

Setelah membuat batasan, selanjutnya adalah memilih hal-hal yang esensial dan menyingkirkan yang non esensial. Kriteria esensial adalah hal yang penting untuk diperhatikan dan berdampak pada tujuan kita jika dilakukan. Tentunya disesuaikan dengan tujuan besar hidup kita dan peranan yang melekat pada kita.

Fokuskan pikiran, tenaga, dan waktu kita hanya hal-hal yang esensial, maka ini akan memberikan dampak besar bagi pencapaian kita. Ingat! Informasih di hari ini MURAH, yang mahal adala Aksi atau ekseskusi tujuan atau target yang kita buat. 

Jika kita telalu banyak menyibukkan diri untuk scrolling, mengumpulkan informasi dari banyak sumber, walaupun itu ilmu, waktu kita akan habis dan akhirnya membuat kita lelah dan merasa berat untuk melanjutkan tujuan kita, dan pada akhirnya menjadi tidak percaya diri. Ujungnya adalah membuat pikiran kita semakin kompleks dan menjauhi eksekusi.

Keempat, berlatihlah untuk Fokus

Fokuskan diri kita pada hal-hal yang memiliki dampak besar pada tujuan kita. Jauhkan dari keinginan untuk mencapai semuanya di waktu yang sama atau berdekatan. Lakukan satu per satu sampai tuntas.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (QS. Al Insyirah : 7)

Dewasa ini kita merasa bisa melaksanakan banyak hal di satu waktu, akhirnya justru malah tidak mencapai apapun. Terutama untuk hal-hal yang membutuhkan bantuan gadget, misalnya untuk membuat postingan konten, promosi ataupun upload produk di Sosial media maupun di Marketplace. Lakukan satu dahulu sampai tuntas, lalu lanjutkan ke hal lainnya satu per satu.

Untuk hal-hal yang kurang esensial namun berdampak, seperti pembukuan ataupun posting rutin, yang sifatnya bisa didelegasikan, lakukan. Mungkin di awal hasilnya tidak seperti yang kita harapkan, bimbing orang yang kita kasih delegasi, perbaiki secara bertahap. InsyaAllah ke depan hasilnya akan membaik.

Kelima, Menciptakan Kebiasaan Baru

Langkah terakhir adalah memulai kebiasaan baru terkait hal-hal esensial. Mulailah dengan membuat kebiasaan baru. Lakukan dari yang termudah, jika tercapai, beri diri kita reward. Misalnya ingin membuat tulisan, maka bisa kita buat kebiasaan menulis ba’da Isya di kamar, mulai dari 10 menit atau 1 paragraf saja. Lakukan rutin, ketika berhasil hadiahi diri kita dengan yang simple namun membahagiakan, misalnya minum secangkir coklat hangat.

Agar menjadi sebuah kebiasaan biasanya perlu dilakukan secara konsisten, berbeda tiap orang, umumnya 62 hari, paling cepat 14 hari, paling lambat sekitar 260 harian.  

Agar mudah lakukan dari yang terkecil atau termudah, misal kalau kita ingin membangun kebiasaan untuk berolah raga, kita bisa mulai dari berjalan cukup 10 menit, setelah itu tiap minggunya bisa ditambah menjadi 15 menit dan seterusnya.

Selamat mencoba, semoga bermanfaat

Barakallahu Fiikum

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Tips Optimasi WhatsApp Untuk Meningkatkan Repet Order

Tips Optimasi WhatsApp Untuk Meningkatkan Repet Order

Oleh Khairil Amin Rasyid

Di bagian pertama kita akan membahas bagaimana membangun basis customer yang handal dalam mensupport bisnis kita. Materi ini sama sekali dengan product market fit di Artikel sebelumnya yah. 

Sebelumnya saya mau sharing frame worknya dahulu yaaah….

Di fase awal, Yuk kita bangun 100 Pelanggan yang Hepi pertama terlebih dahulu. 

Ini penting sebagai benih awal yang baik untuk bertumbuhnya bisnis kita ke depannya.

 

Yup, Kita harus Ciptakan Benih Audiens / Customer yang tepat.

Benih Audiens dari 100 pelanggan yang bahagia ini membantu brand kita terus bertumbuh lebih baik. 

Kenapa?

karena hal ini membantu kita untuk menciptakan strategi marketing yang tepat, membantu kita untuk menetapkan target market yang tepat, membuat produk yang lebih baik sesuai apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan, membuat konten-konten yang pas untuk mereka.

Dan selanjutnya, Fokus ke Customer Journey atau Perjalanan Pelanggan Kita.

Bayangkan proses dimana mereke memulai perjalananan dalam membeli produk kita (online) sampai menjadi marketer yang setia dari produk kita.

Nah, ini framework atau cara kerjanya… Ini mirip sekali dengan prinsip AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action)  namun dengan pedekatan yang berbeda.

Layer Pertama :

Traffic : 

Pada proses ini bagaimana agar produk / jasa/ bisnis kita bisa Terkomunikasikan (tabligh) dengan baik. Bisa melalui iklan berbayar (paid traffic), ataupun dengan organik melalui sosial media (facebook, IG, dan Fanpage) dan content distribution media (Youtube dan Tiktok). Cari Highly Value Audience yakni target market yang kemungkinan lebih tinggi untuk membeli produk kita. Ingatnya prinsipnya 2 hal, mereka mau dan mampu untuk membeli produk kita.

Pada proses ini ingat ya KUNCINYA ADALAH  Highly Value Audience. Kita harus menetapkan terlebih dahulu SIAPA YANG MAU KITA LAYANI dan APA PROBLEM MEREKA YANG BISA KITA SELESAIKAN. Ini sangat menentukan strategi marketing yang akan kita gunakan. Ingat! Marketing di sini adalah bagaimana mengkomunikasikan value/ pentingnya produk kita untuk mereka. 

Tentunya kalau kita jual hijab, market kita adalah perempuan. Cek lagi, produk hijab seperti apa? misalnya Gamis Premium Harga 500K, maka kita tidak bisa menarget ke semua perempuan muslimah. Bayangkan siapa yang yang mau dan mampu beli, juga masalah apa yang dimiliki mereka, yang bisa diselesaikan dengan Gamis Premium Harga 500K kita.

Gagal menentukan target market atau  Highly Value Audience siap-siap gagal di step selanjutnya. Tentunya biaya untuk memperbaiki kegagalan tetap keluar kalau kita gagal di bagian ini ya. Kendati begitu, hal ini membutuhkan testing. Dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) kita bisa menggunakan teknik Chunking Down, yakni mengecilkan atau menspesifikkan lagi target market kita. 

Misalnya 

– Dari Perempuan ➡ Perempuan Muslimah

– Dari Perempuan Muslimah ➡ Perempuan Muslimah yang Bekerja

– Dari Perempuan Muslimah yang Bekerja ➡ Perempuan Muslimah yang Bekerja yang ingin tampil percaya diri dalam bekerja dan presentasi di depan calon klien.

Contoh pada FB Ads, ini lebih memudahkan dalam menarget marketnya yah :

Ini kasus pada penjualan kemeja batik yang harganya di rata-rata 370.000 ya. 

Coba kalau kita lihat gambar, kita akan melihat :

  1. range umurnya di angka 27+ tahun, 
  2. gender laki-laki, 
  3. Tinggal di Indonesia. 
  4. Memiliki kesukaan pada barang-barang berharga dan belanja
  5. Tingkat pendidikannya : S1 ke atas
  6. Kerja di bank, ASN / PNS dsb.

Dengan begitu harapannya kita menemukan orang yang mau dan mampu membeli kemeja batik yang harganya 370.000 itu yah..

 

Apakah ini sudah tepat? bisa jadi belum, perlu kita testing dahulu. Bisa jadi nanti fit atau cocoknya di umur 33 tahun ke atas misalnya. Dengan hal ini berdampak pada bagaimana bagaimana kita memanggil mereka, kita mendefinisikan masalah mereka dan apa yang kita tawarkan untuk menyelesaikan masalah mereka.

Kalau kita sedang mencari tim reseller, bayangkan siapa yang mau dan merasa butuh terhadap sistem kereselleran kita, produk yang kita tawarkan, yang di sekitar mereka terdapat target market produk kita, masalah apa yang bisa kita bantu dari bisnis reseller kita, dsb.

Oke Selanjutnya 

Consideration

Ini terjadi dimana calon customer menghubungi atau mencoba mencari tahu tentang produk kita, melalui Chat dengan CS, buka MP, mereka mempertimbangkan untuk membeli produk dari brand kita. Ingat, pada chat, pelayanan CS menjadi ujung tombak, kalau tidak bisa membuat mereka nyaman, maka kita akan kehilangan kesempatan terjadinya penjualan. Untuk kasus melalui marketplace atau medsos, maka kuncinya ada di gambar, deskripsi, dan copy writing pada postingan kita, setelah itu masuk ke chat. Di level ini database harus dikumpulkan. Kenapa? ketika mereka cancel, kita bisa follow up di kemudian hari, atau ketika ada produk terbaru, kita bisa menawarkan mereka kembali. Kalau kita menggunakan Paid Traffic atau Iklan berbayar, kita tidak perlu mengeluarkan budget/ uang untuk beriklan lagi, kita tinggal chat mereka melalu WhatsApp misalnya.

Layer selanjutnya :

Pemesanan :

Di level ini calon customer memutuskan apakah mereka membela, maka menjadi customer kita; ataupun Mencancelnya, jika ini terjadi maka kita harus meng-counter objection/ menghadapi penolakan mereka dengan menanyakan dimana keberatan mereka lalu bantu mereka untuk menyelesaikan keberatan mereka. Layani sepenuh hati. Ingat, kalau ga jadi beli, simpan databasenya, kita bisa hubungi lagi di lain waktu.

Jika mereka membeli. Ingat, ini belum akhir segalanya. Ada perjuangan selanjutnya, yakni pastikan packing dengan baik, paket sampai dengan baik, dan tanya tanggapan mereka terhadap produk kita (minta testimoni nantinya).

Layer berikutnya :

Mereka Menggunakan Produk / Using our product : 

Inilah poin apakah kita bisa membuktikan ke customer apa yang kita sampaikan (baca : janjikan) ketika mereka menggunakan produk kita. Biasanya mereka memberikan testimoninya. 

Produk kita harus benar-benar menjawab kebutuhan dan keinginan mereka. Tujuannya adalah membuat mereka happy dengan produk kita. 

Setelah mereka puas dan happy, mereka akan mempertimbangkan untuk membeli produk kita lagi. Kalau step ini berhasil, mereka akan memberi tahukan orang-orang di sekitar mereka akan produk kita.  Di level Ini product market fit tercipta.

Ingat, di level ini, REPEAT ORDER TERJADI/  TIDAK. Jika kita tidak melewati level ini, maka kita akan lebih sulit untuk memfollow up mereka kalau ada produk terbaru. Kenapa? ”Saya tidak puas, maka untuk apa saya beli lagi?” . Ini menjadi perhatian untuk kita bagaimana kita bisa menciptakan tidak hanya berkualitas tapi juga MENJAWAB MASALAH DAN KEINGINAN MEREKA, MEMENUHI HARAPAN/ EKSPEKTASI MEREKA.

Tahap terakhir,

Raving Fans : 

Nah, ini adalah fase akhir, ketika pelanggan kita happy dengan produk kita yang kita terima. Maka besar kemungkinan merekapun dengan sukarela belanja lagi produk kita, menunggu produk terbaru dari kita, bahkan merekomendasikan produk kita ke circle mereka. Mereka tidak hanya menjadi pelanggan kita, tetapi menjadi Marketer Setia kita, dan itu gratis tis tis. Seru ya..

Fenomena Apple Fan Boy pada gambar di atas, menjadi inspirasi bagi kita, bagaimana mereka membidik target market yang tepat, menjawab kebutuhan mereka, menyampaikan value produk/ bisnis dengan tepat, memberikan produk yang benar-benar menjawab kebutuhan dan keinginan mereka, dan memberikan pelayanan purna jual / after sales yang luar biasa. Ini menjadikan pelanggan Apple begitu loyal bahkan rela antri ketika ada produk baru, bahkan merekomendasikan produk Apple yang mereka gunakan ke orang-orang di sekitar mereka ( circle ).

Untuk teman-teman yang sedang membangun tim reseller, kita juga bisa ambil frame work di atas yah. 

Pertama, bagaimana caranya sistem reseller yang kita bangun kita bisa sampaikan ke orang yang tepat, ini membutuhkan fokus terlebih dahulu, karena setiap produk ada “jodohnya”, kalau kita gonta-ganti produk, calon reseller kita juga bingung, “ini dia sebenarnya jual apa sih?”. Terlalu banyak produk, tentu strateginya makin kompleks, butuh fokus yang terbagi, lalu pertanyaannya hasilnya? sulit untuk maksimal.

Kedua, di tahap Consideration , ketika calon reseller mengkontak kita, maka layani sebaik mungkin, secepat mungkin. Jika kita ga bisa maksimal karena harus memikirkan konten, strategi marketing dsb, bayar karyawan. Didik mereka sesuai value yang dibutuhkan calon reseller kita, tentunya value bisnis kita juga yah.

Ketiga, Pemesanan, ketika reseller mendaftar, pastikan produk kita berkualitas, kita ga mau kan reseller kita malu karena produk kita bermasalah, usahakan pengiriman tepat waktu, kalau ada komplainan dilayani sebaik mungkin.

Keempat, Menggunakan produk. Kalau kereselleran produk sebenarnya ada 2, yakni produk konsumsi yang diterima end user dan produk pelayanan yang diterima reseller. 

Untuk produk konsumsi pastikan berkualitas juga menjawab kebutuhan dan keinginan customer, dan untuk produk pelayanan, pastikan pelayanan ke reseller membuat mereka bertumbuh, berdaya, berkembang, dan produktif. Usahakan kurrikulum sudah tersedia, marketing kit lengkap, konten disiapkan, buat challenge untuk pencapaian target/ pembuatan konten/ perekrutan reseller di level bawahnya, jika tercapai beri mereka reward, jika tidak perlu disiapkan konsekuensinya. Buat mereka berfokus dan nyaman pada kita. Kita tidak perlu punya produk sebenarnya, ketika kita memiliki faktor pembeda dengan leader yang lain, maka timpun akan “menandai” kita sebagai leader yang patut diikuti.

Kelima, Raving Fans, ketika reseller bertumbuh, produktif dan nyaman, maka reseller ada kecenderungan bergantung, ketiga diberi target tertentu, di sana biasanya mereka dengan aktif memasarkan ataupun merekrut tim lagi dengan sepenuh hati.

Terakhir setelah memahami bagaimana Repeat Order Bisa terus berjalan, dengan mindset melalui Framework di atas, sebut saja ya Framework Repeat Order. Penggunaan whatsApp pun menjadi lebih terbayang kaaaan…

Mari kita bahas satu per satu :

 

  1. Langkah pertama, database calon pelanggan, pelanggan dan reseller harus lengkap, dicatat, dan didokumentasikan dengan sebaik mungkin. Ini part penting, Jack Ma mengatakan, sumber daya ke depan yang penting bukan lagi minyak, tapi DATA. 

Data ini yang akan kita olah selanjutnya untuk memfollow jika ada produk terbaru, untuk menyapa mereka, untuk membangun kedekatan dengan mereka.

  1. Langkah kedua, kelompokkan / kategorikan mereka. Bisa berdasarkan tahapan : baru tanya (misalnya di depan dilabeli CB (Calon Beli), contoh CB Miftah ), sudah membeli (misalnya dilabeli CB, contoh CB Mahmud), pelanggan setia/ repeat oder (contoh RO), marketer (mark), leader (Ld). Ini memudahkan kita ketika ingin menyapa mereka, memberikan info promo / produk terbaru, membuat program loyalitas ( loyalty programm ). Kenapa beda? karena kita ga mungkin memberikan program yang sama antara orang yang baru tanya-tanya dengan orang yang sudah repeat order.

Kalau saya memberikan label Mem1 untuk orang yang pernah repeat order.

  1. Langkah Ketiga, buat grup-grup untuk memberikan “konten eksklusif” untuk mereka. Bisa berupa motivasi, tips-tips bertumbuh, dan sebagainya. Ini penting, untuk membangun “bounding”/ kedekatan antara Brand/ Kita dengan Pelanggan / Reseller kita. Pisahkan ya kelompoknya ya berdasarkan kategori di langkah kedua tadi, agar memudahkan isi pesan kita.

Ini merupakan contohnya yah…

Konten feeding selalu diberikan di setiap hari.. Dilakukan sepenuh hati, agar merekapun merasakan manfaat keberadaan brand kita.

  1. Langkah Keempat, Jualan, jangan ragu! Setelah mereka nyaman dan merasakan manfaatnya, maka kita boleh memberikan apa yang mereka butuhkan. Apa? Ya produk kita. Dari fase awal kita sudah menyaring, yakni Highly Value Audience, orang yang memang memiliki kebutuhan dan keinginan dari permasalahan yang bisa diselesaikan produk kita, kita sampaikan produk yang menjawab kebutuhan dan keinginan mereka, kita layani mereka sebaik mungkin, kita layani komplainan mereka, kita support bertumbuhnya mereka. Maka ketika kita mengkomunikasikan produk kita, merekapun bahagia menerimanya. Jadi, jangan ragu yah. Di sisi bisnis, kita sudah menyimpan saldo kebaikan kepada mereka, kita harus memastikan bisnis kita jalan untuk tetap bisa melayani mereka sebaik mungkin, kita butuh apa? Cash Flow, maka kita tawarkan produk yang memberikan nilai untuk bisnis kita. Maka gunakan saldo itu untuk memberikan informasi produk terbaru kita, agar kita mereka membeli dan mendapatkan manfaatnya, kitapun mendapatkan cash flow. Hubungan mesra yang menyenangkan bukan ?

Dalam satu kali broadcast, kita bisa kirim pesan ke semua pelanggan kita sekali jalan. Idealnya sehari maksimal 700 pesan. Contoh di atas, tinggal dibagi 700 aja ya.

  1. Tetap perlebar market kita, sudah punya pelanggan / reseller setia, jangan berhenti. Tetap perlebar pelayanan kita, dengan apa perlebar market dengan kembali ke tahap pertama yakni Ciptakan Traffic, kalau sudah beriklan tetap beriklan, kalau sudah biasa ya endorse ya tetap jalan. Ini kenapa perlu dilakukan, karena pelanggan / tim reseller setia kita tidak selalu belanja di setiap bulannya, ada kalanya ada kebutuhan lainnya, atau bahkan berhenti sama sekali, karena ada hal-hal lainnya. Perlu direfresh terus menerus. Bisnispun bertumbuh, karena jumlah transaksipun terus bertambah. Semakin besar, semakin banyak manfaatnya, bayangkan timpun bertambah, pelanggan bertambah, orang produksi bertambah, perputaran ekonomipun bertambah, insyaAllah berkah.

Database saya buat excell tadi, bisa kita buat Look Like Audience (LLA) di Facebook Ads. Ini adalah fitur dimana facebook membuatkan audiens calon pelanggan yang memiliki kemiripan dengan data pelanggan setia kita. Nanti kalau iklan, maka Facebook akan mengiklankan hanya kepada orang-orang yang profil/ behaviournya memiliki “kemiripan” dengan pelanggan kita.

Ketika ada produk baru dan kita ingin memperlebar jangkauan calon pelanggan kita, maka tinggal iklan saja dengan kriteria calon pelanggan yang “mirip” dengan data pelanggan kita.

Jadi kebayang yah prosesnya ya, dari mindset, cara kerja, Optimasi WA nya, sampai memperbesar bisnisnya. Kurang lebih seperti itu.

Ingat!

Kalau cuma belajar ga jadi apa-apa, kalau mau produktif dan bermanfaat, maka PRAKTIK yaa….

Semoga bermanfaat. 

Barakallahufiikum..

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn

Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi

Mencapai Mimpi Dengan Menjaga Atensi Dan Jauhi Distraksi

oleh Khairil Amin Rasyid

Hari ini kita akan membahas Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi. So, di sini siapa aja yang bisnisnya sudah punya tujuan?

Atau hanya mengisi waktu luang, ngalir aja jek.. hehehe…

Dua-duanya boleh aja sih…

Tapi kalau kita ingat-ingat Hadist Rasulullah SAW dari sahabat Umar Bin Khattab, tentang niat yang terjemahnya sebagai berikut :

Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadist ini disampaikan Rasulullah ketika dalam perjalanan hijrah dari Kota Makkah menuju kota Yatsrib yang nantinya diganti namanya menjadi Al-Madinah Al-Munawwarah yang berarti Kota yang Bercahaya. Hadist ini kembali mengingatkan para sahabat bahwa niat yang menjadi dasar dalam berperilaku (dalam konteks tersebut adalah berhijrah tempat) pada akhirnya menentukan apa yang a akan kita dapatkan nantinya. Begitupun kita penting sekali untuk menetapkan niat ataupun tujuan dalam membangun Bisnis, karena di situlah tempat segala usaha kita bermuara. 

Jadi, sekarang niatnya sudah ditetapkan? kalau belum kita segera tetapkan yuk.

Tentunya niat tertinggi menjadi bahan bakar yang tidak ada habisnya dalam mensupport perjuangan kita dalam berbisnis. Perlu diingat yah, potensi gagal dalam bisnis itu lebih besar daripada berhasilnya. Buat yang sudah lama berbisnis, katakanlah 2 – 3 tahun lah yah.. Coba cek, hari ini sudah keberapa kalinya? sudah berapa banyak gagal? 

Yang perlu kita yakini adalah kegagalan itu adalah umpan balik atau feedback, sebagai perberitahu/ warning akan aspek mana saja yang perlu kita perbaiki, apakah dari kepemimpinan kita? produk? penetapan market? proses marketing? sales? keuangan? SDM? dan sebagainya.
Kapan bisnis itu benar-benar gagal? yakni ketika berhenti.

Bahwa kita berganti bisnis karena pertimbangan matang berdasarkan data dan niat ini menjadi hal lain yah.

Jadi kalau niatnya ga kuat, ini menjadi PR tersendiri yah.

Niat atau Tujuan atau Mimpi ini tentunya membutuhkan jembatan untuk mencapai ke sana. kalau kita kemarin kita bahas NLP Change Model, membutuhkan sumber daya untuk mencapai hal tersebut. Sumber daya itu bisa dari motivasi, cara, perilaku/ kegiatan tertentu, materi, waktu dan sebagainya.

Ngomongin sumber daya dalam mencapai tujuan secara umum ada 3 nih (dalam konteks bisnis yaaaah)….
1. Materi

2. Energi

3. Waktu

Dari ketiga di atas, kira-kira mana yang paling mahal?

Yuk diskusi, yang mana dan alasannya apa?

Oke saya urut ya..
dari yang paling bawah dulu..
Pertama, Materi.. Kok? Bukannya bisnis butuh modal? yah, benar bahwa bisnis membutuhkan modal, dan umumnya adalah materi, dukungan finansial yah. Tapi ada bisnis yang ga pakai modal finansial yang signifikan (yang besar)? Banyaaak. Hari ini kalau kita mau fokus di satu bidang, untuk belajar tinggal cari di google, tutorialnya cari di Youtube, untuk menjangkau market atau calon customer tinggal pakai sosmed atau marketplace.. Alhamdulillah semuanya dimudahkan. Pertanyaannya kalau kita kehilangan materi apakah masih bisa dicari? Jawabannya bisa. Jadi ini adalah sumberdaya yang bisa diadakan yah.

Kedua, Energi. Maksudnya? untuk melakukan bisnis tentu membutuhkan energi yang bersumber dari kesehatan. Ini adalah aset yang mahal. Coba kita hitung omset kita setahun ada berapa? omset lho ini.. Kalau sudah ada angkanya, kalau ditukar dengan ginjal kita mau? Apalagi sampai dua-duanya.. ya ga mau yah. Kira-kira kenapa? Karena kita membutuhkan ginjal kita untuk memastikan tubuh kita sehat (coba googling ya fungsi ginjal untuk apa) dan tentunya memiliki energi untuk beraktivitas, tentunya dalam hal ini adalah bisnis. Jadi energi yang berasal dari kesehatan menjadi sumberdaya yang lebih berharga dari materi.

Ketiga, dan tertinggi ternyata adalah waktu. yup waktu…Kalau ada perumpamaan Time is Money, tampaknya dalam hal ini tidak tepat. Kenapa? karena nilai waktu jauh di atas uang. Jelas, kalau seandainya uang kita hilang hari ini, maka kita bisa menggantinya besok. Jika waktu hilang hari ini, maka tidak bisa kita kembali ke waktu yang hilang itu. Oleh karena itu banyak orang-orang yang sukses membeli waktu dengan uang. Maksudnya gimana? dalam mencapai tujuan bisnisnya, agar bisa dicapai dengan lebih cepat (baca : waktu), maka dia bisa membayar SDM untuk membantunya, untuk berpromosi agar gasilnya lebih cepat, dia membayar media untuk beriklan, membayar influencer untuk memperbesar jangkauan marketingnya. 

Nah… kebayang ya. betapa berharganya waktu itu….

Sayangya kita suka lalai yaah… Sampai Rasulullah SAW mengingatkan : 

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Riset dari Nottingham Trent University menyebutkan rata-rata kita mengecek handphone sebanyak 85x sehari, sementara riset yang lainnya menyebut rata-rata kita mengecek sebanyak 150x perhari. Woooow! (ada yang lebih? hehe)

Kita asumsikan kita tidur 8 jam sehari. Sisa waktu jaga kita adalah 16 jam sehari setara dengan 960 menit, kalau kita cek handphone rata-rata 85-150x artinya kita mengecek handphone sebanyak per 7 – 12 menit. Pertanyaanya, apa yang kita cek? Apakah relevan dengan tujuan bisnis kita? Hayuuuu ngaku…..

Faktanya….
Banjir Informasi
Kini kita dibanjiri oleh informasi, setiap hari lebih dari 6.000 video yang diupload ke Youtube (sebelum tiktok yah, tentunya setelah hadrinya Tiktok, YT Short, dan IG Reels, lebih banyak lagi), Di Facebook saja lebih dari 136.000 postingan status per menitnya, 510.000 komen. Ya, hari ini kita hidup di era konten atau informasi yang berlebih. Pertanyaannya, apakah kita termasuk yang terdistraksi (terganggu) akan hal ini atau bisa berseluncur di atasnya untuk memanfaatnya? Lebih banyak yang mana?

Banjir informasi ini juga ga semuanya informasi baik dan berguna, tidak sedikit yang sifatnya sampah atau toxic. Issue KDRT, perceraian, gosip, prank, dan banyak lagi yang sifatnya merusak pikiran kita. Kemarin kita sudah membahas ya, pikiran mempengaruhi perasaan, perasaan mempengaruhi tindakan. Bahkan yang positifpun tidak semuanya relevan dengan kehidupan kita. Kita buka saja issue Krisis 2023, berapa banyak diantara kita memperhatikan issue ini? sehingga ketakutan berlebihan, overthinking, seakan-akan itu benar-benar terjadi hari ini, padahal bisnis kita hari ini baik-baik saja, dan membutuhkan perhatian (ATENSI) kita untuk terus bertumbuh.

Kalau kita tidak bisa memilihnya tentunya kita akan mengalami yang cognitive overload, dimana otak kita dipenuhi informasi-informasi yang baik dan buruk, yang kita butuhkan dan tidak butuhkan. Semuanya bercampur menjadi satu. Sehingga kita gagal untuk memilah mana yang essensial (penting) dan tidak. Akibatnya apa? Kita mengalami kesulitan dalam memutuskan. Dari segi sumberdaya, apakah ini tidak membuang waktu?

Dampak negatif lainnya apa?

Pertama, menurunnya produktivitas
Coba bayangkan, bagaimana mau produktif, jika setiap 7 – 15 menit kita cek handphone kita? Faktanya kebiasaan distraksi ini menginterupsi (menghentikan sementara) pekerjaan kita, dampaknya? Berdasarkan riset yang ada, menurunkan produktivitas kita sebanyak 40% dan resiko kesalahan mencapai 50%. Pekerjaan yang harusnya selesai 30 menit molor menjadi 1 jam!
Kedua, menurunnya rentang perhatian (atensi)

Rentang perhatian adalah kemampuan manusia untuk fokus pada satu hal saja. Ketika rentang perhatian kita menurun, kita akan kesulitan untuk mempertahankan fokus kita untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan itu masalah kita hari ini, coba cek ke anak-anak kita, ataupun ke anak didik kita, bagaimana kemampuan mereka bertahan untuk fokus dalam menyelesaikan pekerjaan? Kalau saya mengobrol dengan teman saya yang seorang guru, beliau menceritakan hari ini anak-anak kesulitan untuk fokus untuk mengikuti satu pelajaran sampai tuntas. Pertanyaannya, apakah ini terjadi sama anak-anak saja, atau kita juga?
Coba cek lagi, kalau kita sedang bekerja untuk menyelesaikan tugas bisnis, entah itu membuat materi postingan/ promo/ iklan, mengecek cash flow dan pembukuan, membuat jobdesk tim dan alur keja dan sebagainya. Pertanyaannya adalah? Berapa lama kita bisa bertahan menyelesaikannya?
1 jam? 30 menit? 20 menit? 10 menit? atau di bawah itu?
Kira-kira tangan kita gatel ga untuk tidak mengecek handphone?
atau yang lebih parah lagi, niatnya ingin buat konten, malah habis waktu untuk scrolling?

Ga heran, Om Satya Nadella, CEO Microsoft mengatakan, bahwa komoditas yang langka di masa depan adalah perhatian manusia. 

Kedua hal di atas merupakan modal utama kita dalam mencapai tujuan/ mimpi kita. Bagaimana kita bisa mencapai tujuan kita, kalau kita tidak produktif, bahkan untuk memiliki perhatian atau atensi yang kuatpun tidak. Kira-kira kalau dipertahankan, setahun ke depan, kira-kira akan seperti apa bisnis kita? Apakah tercapai tujuan / mimpinya?

Solusinya ?

Pertama, Tetapkan Tujuan Bisnis Kita
Tetapkan alasan terkuat kita melakukan bisnis yang hari ini kita geluti, cari makna terdalamnya. Ini akan membantu kita memberikan energi untuk tetap berfokus atas pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan dalam mencapai tujuan bisnis kita. Jika kita lelah, kita bisa melihat alasan terkuat ini lagi, lalu dijadikan semangat baru. Tujuan bisnis ini bisa menjadi peta bagi perjalanan kita, jika kita buntu di jalan satu, kita bisa mencoba jalan lainnya, namun tujuannya tetap sama.

Kedua, cukup tetapkan 1 – 3 keputusan / target pekerjaan penting per hari

Kenapa hanya 1 – 3 keputusan penting atau pekerjaan prioritas saja? Ini merupakan langkah yang efektif untuk mencapai tujuan bisnis kita. Pencapaian-pencapaian dari 1 – 3 target tentunya akan lebih mudah dicapai, ketimbang 7-10 target. Hal ini berdampak pada tingkat produktivitas kita dan penghargaan diri kita atas diri kita sendiri (self esteem), juga menjaga fokus, energi dan semangat kita agar bisa terus berjuang esok harinya.

Ketiga, Tetapkan waktu produktif kita

Tetapkan di jam berapa saja 1-3 keputusan/ target pekerjaan itu kita lakukan atau eksekusi. Jauhkan semua distraksi, baik handphone maupun gadget yang sekiranya akan menginterupsi kita. Bisa juga dengan menonaktifkan data, sehingga tidak ada notifikasi yang masuk. Latih kemampuan Rentang Perhatian (Atensi) kita. Caranya bisa dengan pomodoro, yakni fokus 25 menit, lalu jeda istirahat 5 menit. Banyak aplikasi yang bisa kita pakai, tinggal cari di Play store yah.

Jika kita berhasil mengeksekusi rencana kita, berilah penghargaan kecil pada diri kita. Misalnya dengan minum teh, memeluk si kecil/ pasangan, makan cemilan. Jika ini dijadikan kebiasaan, maka kita akan menikmati usaha yang kita lakukan, walaupun berat.

Keempat, sisihkan waktu tenang kita
Alokasikan waktu khusus untuk menyendiri, baik untuk mengevaluasi apa saja yang kita sudah kerjakan, mengatur strategi untuk bisnis kita ataupun untuk mengatur diri kita sendiri, bisa juga dipakai untuk membaca, menulis, ataupun berpikir tanpa terganggu (distraksi) sedikitpun.

Kelima, Lacak waktu kita dipakai untuk apa saja?
Ini penting, dengan begitu kita bisa tahu di setiap aktivitas membutuhkan berapa menit atau jam. Ini membantu kita untuk membuat estimasia atau perkiraan aktivitas yang akan kita lakukan di esok hari.

Keenam, dalam hal belajar, maka batasi sampai mana

Batasi siapa saja ekspert/ guru yang akan kita jadikan sumber ilmu, ini penting karena dengan begitu banjirnya informasi hari ini, kadang kita merasa penting belajar ke si A, besok ke si B, ke si C, tanpa divalidasi dahulu dengan mempraktekkan yang diajarkan sampai tuntas, sampai berhasil. Hidari menumpuk-numpuk ilmu, kita tidak menjadi produktif dengan mengikuti kursus, training, membaca buku, menonton tutorial youtube. Kita produktif ketika kita mempraktekkannya sampai tuntas. Sehingga kemampuan kita bisa terus bertumbuh dengan terukur.

 

Selamat berjuang Sahabat BOBers, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di Artikel selanjutnya ! 

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Oleh Khairil Amin Rasyid (Founder BisnisOnlineBertumbuh.com)

Perhatikan Gambar dibawah ini !

Duh, apalagi ini? 😅

Mungkin terlihat berat yah pembahasannya… Hmmmm Bisa jadi sih.. 

Yang perlu dipahami.. InsyaAllah setelah memahami materi ini, kita akan lebih mudah lagi memahami proses pengambilan keputusan di diri kita, maupun pada orang-orang sekitar kita, bahkan customer kita… Wow…

 

Ok, saya mau tanya dulu nih…

Kalau sahabat BOBers di sini scrolling….

 

Katakanlah berseluncur di IG, lalu ga sengaja, melihat

Mukena Cantik Bangeet….

Wah, kalau dipakai bakal khusyuk banget deh shalatnya, karena memakai pakaian terbaik.. Dan kita tahu dari bahannya itu nyaman banget dipakainya…

 

Kita lihat gambarnya, ada tulisan DISKON 50% + FREE ONGKIR*

*Promonya berlaku sampai Malam ini aja!

 

Kira-kira, apa respon kita?

 

Kejadiannya adalah Diskon 50% + Free Ongkir

 

Dalam pikiran kita terdapat/ memiliki filter atau saringan. Maksudnya gimana? Filter ini yang akan menjadi peta/ persepsi di pikiran kita.

Filter ini berasal dari pengalaman kita di masa lalu, nilai yang kita anut, believe/ kebenaran yang kita percayai, dan proses belajar kita selama ini.

 

Kita bahas satu perKita bahas satu per satu ya, filter ini :

 

1) Delesi, merupakan cara kerja otak untuk menghapus/ skip informasi-informasi yang ada di pikiran kita. Ini membantu kita untuk menyimpan informasi-informasi yang kita butuhkan saja. Di sisi lain, Delesi ini membantu kita untuk mempercepat keputusan kita, juga mempersingkat kalimat yang kita bicarakan. Dalam kasus di atas, untuk sahabat yang jawab “Langsung beli”, bisa jadi prosesnya adalah ketika kita melihat Promo Mukena Diskon 50% + Free Ongkir, membuat pikiran kita tidak mempertimbangkan/ skip/ men-delesi hal-hal lain.

 

Filter delesi ini-pun banyak berperan untuk membantu kita melupakan pengalaman-pengalaman yang tidak enak di masa lalu. Bayangkan jika tidak terdelesi, mau makan ingat pengalaman ini/ itu, mau kerja teringat lagi. Tentunya ini sangat mengganggu. Di sisi lain dalam percapakan, kemampuan men-delesi ini.

 

2) Distorsi, merupakan cara kerja pikiran untuk menghubung-hubungkan informasi satu dengan yang lainnya, walaupun belum tentu berkaitan/ berhubungan logis. Dalam contoh di atas, ketika kita melihat gambar mukena yang elegan/ premium, kita menghubung-hubungkan dengan shalat kita, akan menjadi khusyuk ketika menggunakan mukena premium, kita mengaitkan khusyuk dengan mukena/ pakaian yang terbaik. Contoh lain adalah iklan pasta gigi Close Up, yang mengaitkan nafas segar dengan keberhasilan membangun hubungan dengan orang yang kita inginkan (dalam iklan tersebut, adalah lawan jenis). Kalau semudah itu, tentunya kita semua cukup rajin sikat gigi agar disayang istri/ suami kita.. wwkwkwkwk..

 

3) Generalisasi, adalah kemampuan pikiran kita untuk mengambil kesamaan/ menyamakan/ menyamaratakan sesuatu berdasarkan kumpulan kejadian yang serupa. Misalnya dalam kasus di atas, sebagian sahabat BOBers menyatakan bahwa baiknya berhati-hati, karena “Umum-nya” kalau ada diskon yang terlalu besar + free ongkir, agak mencurigakan. Kata-kata umumnya, semuanya, sama saja adalah ungkapan menggeneralisasi. Kemampuan ini juga membantu kita untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sama. Misalnya cara membuka pintu, mau pintu apa, ketika gagang pintunya berbentu L, ya tinggal gerakkan gagangnya lalu, dorong/ tarik pintunya Bayangkan kalau kita tidak menggeneralisasi “cara buka” pintu, rasanya syulit yah..

 

Dengan memahami filter pikiran ini harapannya membantu kita untuk memahami pikiran kita sendiri. Ketika kita melihat pasangan kita cemberut, kadang kita langsung menyimpulkan, “wah dia lagi BT/ marah / ga suka sama saya” (distorsi), kita bisa mengkonfirmasi ulang pikiran kita, “apa iya kalau cemerut memang sedang marah ke saya?”. Ini memudahkan kita untuk menunda mengambil kesimpulan dan mencoba menanyakan kepada pasangan kita, sehingga tidak salah dalam bertindak.

Di gambar di atas kita lihat, ada hubungan saling mempengaruhi antara :

  1. Filter Pikiran mempengaruhi Pikiran/ Internal Representation (IR) 
  2. Pikiran/ Internal Representation (IR) saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi
  3. Fisiologi / Kondisi Fisik saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi

 

Apa lagi ini? 😅😅

 

Sederhananya begini, 

Dari filter pikiran ini mempengaruhi pikiran kita/ Internal Representasi (IR) . Internal Representasi (IR) merupakan gambaran ulang dari apa yang kejadian yang kita inderai (lihat, dengar, sentuh), kata dasar Internal Representasi jika kita artikan terdiri dari Internal : Dalam, Re : mengulang, Presentasi : menampilkan – – -> Perwujudan ulang/ persepsi. Dari contoh kasus Diskon 50% dan Free Ongkir di atas, ketika filter kita meng-generalisir “umumnya, kalau ada yang diskon terlalu besar dari biasanya, patut dicurigai”, akhirnya kita menggambarkan ulang “Ada yang patut dicurigai”, akhirnya timbul perasaan “Khawatir/ Takut Ditipu”. Contoh lainnya, misalnya pasangan kita berbuat salah, katakanlah lupa akan hari ulang tahun kita. Misalnya, kita menghilangkan kebaikan pasangan kita yang lainnya (men-delesi), lalu kita berpikir (IR) Oh, dia sudah ga peduli sama aku (Distorsi), akhirnya kita kesal dan kecewa (Perasaan/ Emosi/ State).

 

Bisa juga Perasaan/ Emosi / State ini juga mempengaruhi Pikiran/ IR kita. Kita ambil kasus di atas ya, kesal (Perasaan/ State) dengan pasangan kita akhirnya kita mengambil kesimpulan, dia sudah peduli sama Aku (Pikiran/ IR).

 

Kondisi Fisik-pun (Fisiologis) saling mempengaruhi dengan Perasaan. Kondisi fisik ini maksudnya bisa berupa keadaan fisik kita, fit atau tidak, bisa juga gerakan tertentu. Misalnya, saat kita marah, kita diperintahkan Rasulullah SAW untuk duduk, jika tidak juga reda kita diminta untuk berbaring, jika tidak juga reda kita diminta untuk berwudhu dan shalat. Dalam contoh ini setiap gerakan tentunya mempengaruhi perasaan kita, akhirnya mencegah kita untuk berbuat yang tidak diinginkan/ seharusnya kita lakukan. 

Untuk membuktikannya, kita mencoba melakukan hal ini :

 

  1. Coba berdiri dengan tegap, lalu tersenyum, lalu kepala hadapkan ke atas (coba ya).. Lalu bayangkan hal-hal atau kejadian yang sedih. Kira-kira bisa? kalaupun bisa tentunya tidak mudah, karena fisiologis / kondisi fisik kita tidak mendukung munculnya perasaan sedih, gerakan tegap, tersenyum, biasanya dilakukan saat? senang bukan?

 

  1. Coba pejamkan mata kita. Lalu bayangkan, mangga yang masih muda, kedondong, jambu, dan jeruk asam. Bayangkan, satu persatu potongan mangga muda dicocolkan ke sambal rujak. Bayangkan… Lalu dimasukkan ke dalam mulut kita, lalu kunyah. Rasakan rasa kecutnya. Gimana? berasa ada air liur yang lebih banyak dari sebelumnya? Ini yang dimaksud dengan perasaan mempengaruhi kondisi fisik.

Perasaan Mempengaruhi Perilaku/ Action. 

Tentunya sudah keseharian kita, kalau kita mengomel biasanya perasaan kita sedang marah, ketika kita tertawa biasanya perasaan kita sedang bahagia/ senang. Perasaan dalam kajian Neuro Lingiustic Programming (NLP) disebut dengan juga dengan state of mind. Kadang buat orang “mood-mood-an”, perasaannya sangat berpengaruh pada perilakunya, sayangnya jika diteruskan akan terakumulasi pada hasil. Tentunya kalau kita ingin mencapai sesuatu, kita perlu menjaga perasaan kita agar tetap semangat.

Kesimpulan

Kejadian yang terjadi pada kita diterima oleh panca indera kita (lihat/ dengar/ sentuh/ rasa/ bau), lalu otak kita memfilternya, lalu akhirnya kita membuat persepsi tertentu, lalu mempengaruhi perasaan, akhirnya mempengaruhi perilaku kita, lalu berpengaruh pada hasil.

Bagaimana Mempraktekkannya?

 

  1. Untuk Diri Kita

Ada dua pembelajaran dari memahami struktur pikiran ini, yakni :

Pertama, Penting sekali untuk mengkonsumsi informasi-informasi yang memberdayakan, menyemangati, menginspirasi, dan memberikan dampak positi bagi kita. Ini akan mempengaruhi cara pandang kita, tentunya akan berdampak pada keputusan-keputusan yang kita ambil.

Kedua, Kita perlu memegang kendali atas perasaan kita, caranya bagaimana? pilih pikiran-pikiran yang memberdayakan. Ketika kita sedang tidak mood, tentunya kalau kita pertahankan perasaan tersebut, kira-kira ujungnya gimana? hasilnya tidak baik. Tentunya kita membutuhkan perasaan semangat misalnya yah. Maka coba hadirnya perasaan itu, caranya? gunakan pikiran kita, misalnya dengan membayangkan orang tua kita (di beberapa kasus sangat efektif), mimpi-mimpi kita saat tercapai, rasakan emosinya, lalu perkuat, jadikan Action! atau kita juga bisa menghadirkan pikiran akan permasalahan yang akan kita hadapi ketika kita tidak action, misalnya kalau saya membiarkan mood saya turun, maka utang saya tidak akan terbayar, kuatkan intensitasnya, lalu jadikan semangat untuk action.

Ketiga, Urutkan cara berpikirnya.. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu perilaku/ action yang tepat, untuk Action yang tepat membutuhkan Perasaan yang tepat, Agar memiliki perasaan yang tepat, maka memerlukan pikiran yang tepat. Ini yang dikatakan Jaga Niat.



  1. Untuk Menjaga Hubungan Baik Kita dengan Orang Lain Di Sekitar Kita

Pertama, Hadirkan pikiran yang baik untuk mengasilkan perasaan yang baik, hadirkan perasaan yang baik untuk menghasilkan perilaku yang baik. Kita diajarkan untuk berprasangka baik / husnudzon (pikiran baik), agar perasaan kitapun baik, akhirnya perilaku kita dengan orang lainpun baik.

Kedua, ketika kita mengadapi situasi perasaan yang tidak baik terhadap orang lain, maka perlu berpikir yang baik, jika tidak bisa, maka buat gerakan / fisiologis yang mendukung perasaan yang dibutuhkan. Misalnya tadi ketika marah, maka kita diperintahkan Rasululllah SAW untuk duduk, jika masih marah maka berbaring, dst. Bisa juga mundur beberapa langkah lalu ambil nafas dalam-dalam, lalu atur nafas (perbaiki kondisi fisiologis), lalu hadirkan pikiran yang baik dan emosi yang baik.

 

  1. Kegiatan Bisnis

Pertama, Dalam bisnis tentunya kita punya visi tertentu. Agar tim mengikuti visi kita, maka hadirkan pikiran yang mendukung perasaan mereka dan pada akhirnya mengasilkan perilaku yang mengarah pada visi kita. Dalam budaya Inovasi disebut dengan Tanamkan Asumsi yang sesuai visi perusahaan. Contoh kasusnya adalah Zappos, yang memiliki visi yakni memberikan kebahagiaan kepada pelangan, karyawan, dan pemasok. Ada kasus dimana karyawannya ketika dihadapkan oleh konsumen yang menanyakan produk yang ingin dibeli, lalu tidak ada stoknya di Zappos. Karyawan tersebut merekomendasikan produk yang sama ke kompetitor, ini untuk memegang teguh visi tersebut. Dampaknya? tentunya loyatas konsumen.

Kedua, Dalam proses marketing ataupun branding, kita bisa menggunakan filter pikiran untuk membangun pikiran untuk membeli di benak konsumen. Contohnya, misalnya kita jual donat kukus, lalu kita bisa membranding mengasosiasikan (distorsi) dengan donat kukus dengan kesehatan. Kenapa? Karena tidak digoreng, artinya tidak berminyak. Akhirnya konsumen berpikir, bahwa donat kukus termasuk makanan yang sehat.

 

Demikian materi panjang ini.. 

Semoga bermanfaat..

Dibaca lagi ya.. Lalu dipraktekkan. Semoga bermanfaat. Barakallah fiikum…

Sampai Jumpa di Artikel selanjutnya !