Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi

Mencapai Mimpi Dengan Menjaga Atensi Dan Jauhi Distraksi

oleh Khairil Amin Rasyid

Hari ini kita akan membahas Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi. So, di sini siapa aja yang bisnisnya sudah punya tujuan?

Atau hanya mengisi waktu luang, ngalir aja jek.. hehehe…

Dua-duanya boleh aja sih…

Tapi kalau kita ingat-ingat Hadist Rasulullah SAW dari sahabat Umar Bin Khattab, tentang niat yang terjemahnya sebagai berikut :

Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadist ini disampaikan Rasulullah ketika dalam perjalanan hijrah dari Kota Makkah menuju kota Yatsrib yang nantinya diganti namanya menjadi Al-Madinah Al-Munawwarah yang berarti Kota yang Bercahaya. Hadist ini kembali mengingatkan para sahabat bahwa niat yang menjadi dasar dalam berperilaku (dalam konteks tersebut adalah berhijrah tempat) pada akhirnya menentukan apa yang a akan kita dapatkan nantinya. Begitupun kita penting sekali untuk menetapkan niat ataupun tujuan dalam membangun Bisnis, karena di situlah tempat segala usaha kita bermuara. 

Jadi, sekarang niatnya sudah ditetapkan? kalau belum kita segera tetapkan yuk.

Tentunya niat tertinggi menjadi bahan bakar yang tidak ada habisnya dalam mensupport perjuangan kita dalam berbisnis. Perlu diingat yah, potensi gagal dalam bisnis itu lebih besar daripada berhasilnya. Buat yang sudah lama berbisnis, katakanlah 2 – 3 tahun lah yah.. Coba cek, hari ini sudah keberapa kalinya? sudah berapa banyak gagal? 

Yang perlu kita yakini adalah kegagalan itu adalah umpan balik atau feedback, sebagai perberitahu/ warning akan aspek mana saja yang perlu kita perbaiki, apakah dari kepemimpinan kita? produk? penetapan market? proses marketing? sales? keuangan? SDM? dan sebagainya.
Kapan bisnis itu benar-benar gagal? yakni ketika berhenti.

Bahwa kita berganti bisnis karena pertimbangan matang berdasarkan data dan niat ini menjadi hal lain yah.

Jadi kalau niatnya ga kuat, ini menjadi PR tersendiri yah.

Niat atau Tujuan atau Mimpi ini tentunya membutuhkan jembatan untuk mencapai ke sana. kalau kita kemarin kita bahas NLP Change Model, membutuhkan sumber daya untuk mencapai hal tersebut. Sumber daya itu bisa dari motivasi, cara, perilaku/ kegiatan tertentu, materi, waktu dan sebagainya.

Ngomongin sumber daya dalam mencapai tujuan secara umum ada 3 nih (dalam konteks bisnis yaaaah)….
1. Materi

2. Energi

3. Waktu

Dari ketiga di atas, kira-kira mana yang paling mahal?

Yuk diskusi, yang mana dan alasannya apa?

Oke saya urut ya..
dari yang paling bawah dulu..
Pertama, Materi.. Kok? Bukannya bisnis butuh modal? yah, benar bahwa bisnis membutuhkan modal, dan umumnya adalah materi, dukungan finansial yah. Tapi ada bisnis yang ga pakai modal finansial yang signifikan (yang besar)? Banyaaak. Hari ini kalau kita mau fokus di satu bidang, untuk belajar tinggal cari di google, tutorialnya cari di Youtube, untuk menjangkau market atau calon customer tinggal pakai sosmed atau marketplace.. Alhamdulillah semuanya dimudahkan. Pertanyaannya kalau kita kehilangan materi apakah masih bisa dicari? Jawabannya bisa. Jadi ini adalah sumberdaya yang bisa diadakan yah.

Kedua, Energi. Maksudnya? untuk melakukan bisnis tentu membutuhkan energi yang bersumber dari kesehatan. Ini adalah aset yang mahal. Coba kita hitung omset kita setahun ada berapa? omset lho ini.. Kalau sudah ada angkanya, kalau ditukar dengan ginjal kita mau? Apalagi sampai dua-duanya.. ya ga mau yah. Kira-kira kenapa? Karena kita membutuhkan ginjal kita untuk memastikan tubuh kita sehat (coba googling ya fungsi ginjal untuk apa) dan tentunya memiliki energi untuk beraktivitas, tentunya dalam hal ini adalah bisnis. Jadi energi yang berasal dari kesehatan menjadi sumberdaya yang lebih berharga dari materi.

Ketiga, dan tertinggi ternyata adalah waktu. yup waktu…Kalau ada perumpamaan Time is Money, tampaknya dalam hal ini tidak tepat. Kenapa? karena nilai waktu jauh di atas uang. Jelas, kalau seandainya uang kita hilang hari ini, maka kita bisa menggantinya besok. Jika waktu hilang hari ini, maka tidak bisa kita kembali ke waktu yang hilang itu. Oleh karena itu banyak orang-orang yang sukses membeli waktu dengan uang. Maksudnya gimana? dalam mencapai tujuan bisnisnya, agar bisa dicapai dengan lebih cepat (baca : waktu), maka dia bisa membayar SDM untuk membantunya, untuk berpromosi agar gasilnya lebih cepat, dia membayar media untuk beriklan, membayar influencer untuk memperbesar jangkauan marketingnya. 

Nah… kebayang ya. betapa berharganya waktu itu….

Sayangya kita suka lalai yaah… Sampai Rasulullah SAW mengingatkan : 

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Riset dari Nottingham Trent University menyebutkan rata-rata kita mengecek handphone sebanyak 85x sehari, sementara riset yang lainnya menyebut rata-rata kita mengecek sebanyak 150x perhari. Woooow! (ada yang lebih? hehe)

Kita asumsikan kita tidur 8 jam sehari. Sisa waktu jaga kita adalah 16 jam sehari setara dengan 960 menit, kalau kita cek handphone rata-rata 85-150x artinya kita mengecek handphone sebanyak per 7 – 12 menit. Pertanyaanya, apa yang kita cek? Apakah relevan dengan tujuan bisnis kita? Hayuuuu ngaku…..

Faktanya….
Banjir Informasi
Kini kita dibanjiri oleh informasi, setiap hari lebih dari 6.000 video yang diupload ke Youtube (sebelum tiktok yah, tentunya setelah hadrinya Tiktok, YT Short, dan IG Reels, lebih banyak lagi), Di Facebook saja lebih dari 136.000 postingan status per menitnya, 510.000 komen. Ya, hari ini kita hidup di era konten atau informasi yang berlebih. Pertanyaannya, apakah kita termasuk yang terdistraksi (terganggu) akan hal ini atau bisa berseluncur di atasnya untuk memanfaatnya? Lebih banyak yang mana?

Banjir informasi ini juga ga semuanya informasi baik dan berguna, tidak sedikit yang sifatnya sampah atau toxic. Issue KDRT, perceraian, gosip, prank, dan banyak lagi yang sifatnya merusak pikiran kita. Kemarin kita sudah membahas ya, pikiran mempengaruhi perasaan, perasaan mempengaruhi tindakan. Bahkan yang positifpun tidak semuanya relevan dengan kehidupan kita. Kita buka saja issue Krisis 2023, berapa banyak diantara kita memperhatikan issue ini? sehingga ketakutan berlebihan, overthinking, seakan-akan itu benar-benar terjadi hari ini, padahal bisnis kita hari ini baik-baik saja, dan membutuhkan perhatian (ATENSI) kita untuk terus bertumbuh.

Kalau kita tidak bisa memilihnya tentunya kita akan mengalami yang cognitive overload, dimana otak kita dipenuhi informasi-informasi yang baik dan buruk, yang kita butuhkan dan tidak butuhkan. Semuanya bercampur menjadi satu. Sehingga kita gagal untuk memilah mana yang essensial (penting) dan tidak. Akibatnya apa? Kita mengalami kesulitan dalam memutuskan. Dari segi sumberdaya, apakah ini tidak membuang waktu?

Dampak negatif lainnya apa?

Pertama, menurunnya produktivitas
Coba bayangkan, bagaimana mau produktif, jika setiap 7 – 15 menit kita cek handphone kita? Faktanya kebiasaan distraksi ini menginterupsi (menghentikan sementara) pekerjaan kita, dampaknya? Berdasarkan riset yang ada, menurunkan produktivitas kita sebanyak 40% dan resiko kesalahan mencapai 50%. Pekerjaan yang harusnya selesai 30 menit molor menjadi 1 jam!
Kedua, menurunnya rentang perhatian (atensi)

Rentang perhatian adalah kemampuan manusia untuk fokus pada satu hal saja. Ketika rentang perhatian kita menurun, kita akan kesulitan untuk mempertahankan fokus kita untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan itu masalah kita hari ini, coba cek ke anak-anak kita, ataupun ke anak didik kita, bagaimana kemampuan mereka bertahan untuk fokus dalam menyelesaikan pekerjaan? Kalau saya mengobrol dengan teman saya yang seorang guru, beliau menceritakan hari ini anak-anak kesulitan untuk fokus untuk mengikuti satu pelajaran sampai tuntas. Pertanyaannya, apakah ini terjadi sama anak-anak saja, atau kita juga?
Coba cek lagi, kalau kita sedang bekerja untuk menyelesaikan tugas bisnis, entah itu membuat materi postingan/ promo/ iklan, mengecek cash flow dan pembukuan, membuat jobdesk tim dan alur keja dan sebagainya. Pertanyaannya adalah? Berapa lama kita bisa bertahan menyelesaikannya?
1 jam? 30 menit? 20 menit? 10 menit? atau di bawah itu?
Kira-kira tangan kita gatel ga untuk tidak mengecek handphone?
atau yang lebih parah lagi, niatnya ingin buat konten, malah habis waktu untuk scrolling?

Ga heran, Om Satya Nadella, CEO Microsoft mengatakan, bahwa komoditas yang langka di masa depan adalah perhatian manusia. 

Kedua hal di atas merupakan modal utama kita dalam mencapai tujuan/ mimpi kita. Bagaimana kita bisa mencapai tujuan kita, kalau kita tidak produktif, bahkan untuk memiliki perhatian atau atensi yang kuatpun tidak. Kira-kira kalau dipertahankan, setahun ke depan, kira-kira akan seperti apa bisnis kita? Apakah tercapai tujuan / mimpinya?

Solusinya ?

Pertama, Tetapkan Tujuan Bisnis Kita
Tetapkan alasan terkuat kita melakukan bisnis yang hari ini kita geluti, cari makna terdalamnya. Ini akan membantu kita memberikan energi untuk tetap berfokus atas pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan dalam mencapai tujuan bisnis kita. Jika kita lelah, kita bisa melihat alasan terkuat ini lagi, lalu dijadikan semangat baru. Tujuan bisnis ini bisa menjadi peta bagi perjalanan kita, jika kita buntu di jalan satu, kita bisa mencoba jalan lainnya, namun tujuannya tetap sama.

Kedua, cukup tetapkan 1 – 3 keputusan / target pekerjaan penting per hari

Kenapa hanya 1 – 3 keputusan penting atau pekerjaan prioritas saja? Ini merupakan langkah yang efektif untuk mencapai tujuan bisnis kita. Pencapaian-pencapaian dari 1 – 3 target tentunya akan lebih mudah dicapai, ketimbang 7-10 target. Hal ini berdampak pada tingkat produktivitas kita dan penghargaan diri kita atas diri kita sendiri (self esteem), juga menjaga fokus, energi dan semangat kita agar bisa terus berjuang esok harinya.

Ketiga, Tetapkan waktu produktif kita

Tetapkan di jam berapa saja 1-3 keputusan/ target pekerjaan itu kita lakukan atau eksekusi. Jauhkan semua distraksi, baik handphone maupun gadget yang sekiranya akan menginterupsi kita. Bisa juga dengan menonaktifkan data, sehingga tidak ada notifikasi yang masuk. Latih kemampuan Rentang Perhatian (Atensi) kita. Caranya bisa dengan pomodoro, yakni fokus 25 menit, lalu jeda istirahat 5 menit. Banyak aplikasi yang bisa kita pakai, tinggal cari di Play store yah.

Jika kita berhasil mengeksekusi rencana kita, berilah penghargaan kecil pada diri kita. Misalnya dengan minum teh, memeluk si kecil/ pasangan, makan cemilan. Jika ini dijadikan kebiasaan, maka kita akan menikmati usaha yang kita lakukan, walaupun berat.

Keempat, sisihkan waktu tenang kita
Alokasikan waktu khusus untuk menyendiri, baik untuk mengevaluasi apa saja yang kita sudah kerjakan, mengatur strategi untuk bisnis kita ataupun untuk mengatur diri kita sendiri, bisa juga dipakai untuk membaca, menulis, ataupun berpikir tanpa terganggu (distraksi) sedikitpun.

Kelima, Lacak waktu kita dipakai untuk apa saja?
Ini penting, dengan begitu kita bisa tahu di setiap aktivitas membutuhkan berapa menit atau jam. Ini membantu kita untuk membuat estimasia atau perkiraan aktivitas yang akan kita lakukan di esok hari.

Keenam, dalam hal belajar, maka batasi sampai mana

Batasi siapa saja ekspert/ guru yang akan kita jadikan sumber ilmu, ini penting karena dengan begitu banjirnya informasi hari ini, kadang kita merasa penting belajar ke si A, besok ke si B, ke si C, tanpa divalidasi dahulu dengan mempraktekkan yang diajarkan sampai tuntas, sampai berhasil. Hidari menumpuk-numpuk ilmu, kita tidak menjadi produktif dengan mengikuti kursus, training, membaca buku, menonton tutorial youtube. Kita produktif ketika kita mempraktekkannya sampai tuntas. Sehingga kemampuan kita bisa terus bertumbuh dengan terukur.

 

Selamat berjuang Sahabat BOBers, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di Artikel selanjutnya ! 

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Oleh Khairil Amin Rasyid (Founder BisnisOnlineBertumbuh.com)

Perhatikan Gambar dibawah ini !

Duh, apalagi ini? 😅

Mungkin terlihat berat yah pembahasannya… Hmmmm Bisa jadi sih.. 

Yang perlu dipahami.. InsyaAllah setelah memahami materi ini, kita akan lebih mudah lagi memahami proses pengambilan keputusan di diri kita, maupun pada orang-orang sekitar kita, bahkan customer kita… Wow…

 

Ok, saya mau tanya dulu nih…

Kalau sahabat BOBers di sini scrolling….

 

Katakanlah berseluncur di IG, lalu ga sengaja, melihat

Mukena Cantik Bangeet….

Wah, kalau dipakai bakal khusyuk banget deh shalatnya, karena memakai pakaian terbaik.. Dan kita tahu dari bahannya itu nyaman banget dipakainya…

 

Kita lihat gambarnya, ada tulisan DISKON 50% + FREE ONGKIR*

*Promonya berlaku sampai Malam ini aja!

 

Kira-kira, apa respon kita?

 

Kejadiannya adalah Diskon 50% + Free Ongkir

 

Dalam pikiran kita terdapat/ memiliki filter atau saringan. Maksudnya gimana? Filter ini yang akan menjadi peta/ persepsi di pikiran kita.

Filter ini berasal dari pengalaman kita di masa lalu, nilai yang kita anut, believe/ kebenaran yang kita percayai, dan proses belajar kita selama ini.

 

Kita bahas satu perKita bahas satu per satu ya, filter ini :

 

1) Delesi, merupakan cara kerja otak untuk menghapus/ skip informasi-informasi yang ada di pikiran kita. Ini membantu kita untuk menyimpan informasi-informasi yang kita butuhkan saja. Di sisi lain, Delesi ini membantu kita untuk mempercepat keputusan kita, juga mempersingkat kalimat yang kita bicarakan. Dalam kasus di atas, untuk sahabat yang jawab “Langsung beli”, bisa jadi prosesnya adalah ketika kita melihat Promo Mukena Diskon 50% + Free Ongkir, membuat pikiran kita tidak mempertimbangkan/ skip/ men-delesi hal-hal lain.

 

Filter delesi ini-pun banyak berperan untuk membantu kita melupakan pengalaman-pengalaman yang tidak enak di masa lalu. Bayangkan jika tidak terdelesi, mau makan ingat pengalaman ini/ itu, mau kerja teringat lagi. Tentunya ini sangat mengganggu. Di sisi lain dalam percapakan, kemampuan men-delesi ini.

 

2) Distorsi, merupakan cara kerja pikiran untuk menghubung-hubungkan informasi satu dengan yang lainnya, walaupun belum tentu berkaitan/ berhubungan logis. Dalam contoh di atas, ketika kita melihat gambar mukena yang elegan/ premium, kita menghubung-hubungkan dengan shalat kita, akan menjadi khusyuk ketika menggunakan mukena premium, kita mengaitkan khusyuk dengan mukena/ pakaian yang terbaik. Contoh lain adalah iklan pasta gigi Close Up, yang mengaitkan nafas segar dengan keberhasilan membangun hubungan dengan orang yang kita inginkan (dalam iklan tersebut, adalah lawan jenis). Kalau semudah itu, tentunya kita semua cukup rajin sikat gigi agar disayang istri/ suami kita.. wwkwkwkwk..

 

3) Generalisasi, adalah kemampuan pikiran kita untuk mengambil kesamaan/ menyamakan/ menyamaratakan sesuatu berdasarkan kumpulan kejadian yang serupa. Misalnya dalam kasus di atas, sebagian sahabat BOBers menyatakan bahwa baiknya berhati-hati, karena “Umum-nya” kalau ada diskon yang terlalu besar + free ongkir, agak mencurigakan. Kata-kata umumnya, semuanya, sama saja adalah ungkapan menggeneralisasi. Kemampuan ini juga membantu kita untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sama. Misalnya cara membuka pintu, mau pintu apa, ketika gagang pintunya berbentu L, ya tinggal gerakkan gagangnya lalu, dorong/ tarik pintunya Bayangkan kalau kita tidak menggeneralisasi “cara buka” pintu, rasanya syulit yah..

 

Dengan memahami filter pikiran ini harapannya membantu kita untuk memahami pikiran kita sendiri. Ketika kita melihat pasangan kita cemberut, kadang kita langsung menyimpulkan, “wah dia lagi BT/ marah / ga suka sama saya” (distorsi), kita bisa mengkonfirmasi ulang pikiran kita, “apa iya kalau cemerut memang sedang marah ke saya?”. Ini memudahkan kita untuk menunda mengambil kesimpulan dan mencoba menanyakan kepada pasangan kita, sehingga tidak salah dalam bertindak.

Di gambar di atas kita lihat, ada hubungan saling mempengaruhi antara :

  1. Filter Pikiran mempengaruhi Pikiran/ Internal Representation (IR) 
  2. Pikiran/ Internal Representation (IR) saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi
  3. Fisiologi / Kondisi Fisik saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi

 

Apa lagi ini? 😅😅

 

Sederhananya begini, 

Dari filter pikiran ini mempengaruhi pikiran kita/ Internal Representasi (IR) . Internal Representasi (IR) merupakan gambaran ulang dari apa yang kejadian yang kita inderai (lihat, dengar, sentuh), kata dasar Internal Representasi jika kita artikan terdiri dari Internal : Dalam, Re : mengulang, Presentasi : menampilkan – – -> Perwujudan ulang/ persepsi. Dari contoh kasus Diskon 50% dan Free Ongkir di atas, ketika filter kita meng-generalisir “umumnya, kalau ada yang diskon terlalu besar dari biasanya, patut dicurigai”, akhirnya kita menggambarkan ulang “Ada yang patut dicurigai”, akhirnya timbul perasaan “Khawatir/ Takut Ditipu”. Contoh lainnya, misalnya pasangan kita berbuat salah, katakanlah lupa akan hari ulang tahun kita. Misalnya, kita menghilangkan kebaikan pasangan kita yang lainnya (men-delesi), lalu kita berpikir (IR) Oh, dia sudah ga peduli sama aku (Distorsi), akhirnya kita kesal dan kecewa (Perasaan/ Emosi/ State).

 

Bisa juga Perasaan/ Emosi / State ini juga mempengaruhi Pikiran/ IR kita. Kita ambil kasus di atas ya, kesal (Perasaan/ State) dengan pasangan kita akhirnya kita mengambil kesimpulan, dia sudah peduli sama Aku (Pikiran/ IR).

 

Kondisi Fisik-pun (Fisiologis) saling mempengaruhi dengan Perasaan. Kondisi fisik ini maksudnya bisa berupa keadaan fisik kita, fit atau tidak, bisa juga gerakan tertentu. Misalnya, saat kita marah, kita diperintahkan Rasulullah SAW untuk duduk, jika tidak juga reda kita diminta untuk berbaring, jika tidak juga reda kita diminta untuk berwudhu dan shalat. Dalam contoh ini setiap gerakan tentunya mempengaruhi perasaan kita, akhirnya mencegah kita untuk berbuat yang tidak diinginkan/ seharusnya kita lakukan. 

Untuk membuktikannya, kita mencoba melakukan hal ini :

 

  1. Coba berdiri dengan tegap, lalu tersenyum, lalu kepala hadapkan ke atas (coba ya).. Lalu bayangkan hal-hal atau kejadian yang sedih. Kira-kira bisa? kalaupun bisa tentunya tidak mudah, karena fisiologis / kondisi fisik kita tidak mendukung munculnya perasaan sedih, gerakan tegap, tersenyum, biasanya dilakukan saat? senang bukan?

 

  1. Coba pejamkan mata kita. Lalu bayangkan, mangga yang masih muda, kedondong, jambu, dan jeruk asam. Bayangkan, satu persatu potongan mangga muda dicocolkan ke sambal rujak. Bayangkan… Lalu dimasukkan ke dalam mulut kita, lalu kunyah. Rasakan rasa kecutnya. Gimana? berasa ada air liur yang lebih banyak dari sebelumnya? Ini yang dimaksud dengan perasaan mempengaruhi kondisi fisik.

Perasaan Mempengaruhi Perilaku/ Action. 

Tentunya sudah keseharian kita, kalau kita mengomel biasanya perasaan kita sedang marah, ketika kita tertawa biasanya perasaan kita sedang bahagia/ senang. Perasaan dalam kajian Neuro Lingiustic Programming (NLP) disebut dengan juga dengan state of mind. Kadang buat orang “mood-mood-an”, perasaannya sangat berpengaruh pada perilakunya, sayangnya jika diteruskan akan terakumulasi pada hasil. Tentunya kalau kita ingin mencapai sesuatu, kita perlu menjaga perasaan kita agar tetap semangat.

Kesimpulan

Kejadian yang terjadi pada kita diterima oleh panca indera kita (lihat/ dengar/ sentuh/ rasa/ bau), lalu otak kita memfilternya, lalu akhirnya kita membuat persepsi tertentu, lalu mempengaruhi perasaan, akhirnya mempengaruhi perilaku kita, lalu berpengaruh pada hasil.

Bagaimana Mempraktekkannya?

 

  1. Untuk Diri Kita

Ada dua pembelajaran dari memahami struktur pikiran ini, yakni :

Pertama, Penting sekali untuk mengkonsumsi informasi-informasi yang memberdayakan, menyemangati, menginspirasi, dan memberikan dampak positi bagi kita. Ini akan mempengaruhi cara pandang kita, tentunya akan berdampak pada keputusan-keputusan yang kita ambil.

Kedua, Kita perlu memegang kendali atas perasaan kita, caranya bagaimana? pilih pikiran-pikiran yang memberdayakan. Ketika kita sedang tidak mood, tentunya kalau kita pertahankan perasaan tersebut, kira-kira ujungnya gimana? hasilnya tidak baik. Tentunya kita membutuhkan perasaan semangat misalnya yah. Maka coba hadirnya perasaan itu, caranya? gunakan pikiran kita, misalnya dengan membayangkan orang tua kita (di beberapa kasus sangat efektif), mimpi-mimpi kita saat tercapai, rasakan emosinya, lalu perkuat, jadikan Action! atau kita juga bisa menghadirkan pikiran akan permasalahan yang akan kita hadapi ketika kita tidak action, misalnya kalau saya membiarkan mood saya turun, maka utang saya tidak akan terbayar, kuatkan intensitasnya, lalu jadikan semangat untuk action.

Ketiga, Urutkan cara berpikirnya.. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu perilaku/ action yang tepat, untuk Action yang tepat membutuhkan Perasaan yang tepat, Agar memiliki perasaan yang tepat, maka memerlukan pikiran yang tepat. Ini yang dikatakan Jaga Niat.



  1. Untuk Menjaga Hubungan Baik Kita dengan Orang Lain Di Sekitar Kita

Pertama, Hadirkan pikiran yang baik untuk mengasilkan perasaan yang baik, hadirkan perasaan yang baik untuk menghasilkan perilaku yang baik. Kita diajarkan untuk berprasangka baik / husnudzon (pikiran baik), agar perasaan kitapun baik, akhirnya perilaku kita dengan orang lainpun baik.

Kedua, ketika kita mengadapi situasi perasaan yang tidak baik terhadap orang lain, maka perlu berpikir yang baik, jika tidak bisa, maka buat gerakan / fisiologis yang mendukung perasaan yang dibutuhkan. Misalnya tadi ketika marah, maka kita diperintahkan Rasululllah SAW untuk duduk, jika masih marah maka berbaring, dst. Bisa juga mundur beberapa langkah lalu ambil nafas dalam-dalam, lalu atur nafas (perbaiki kondisi fisiologis), lalu hadirkan pikiran yang baik dan emosi yang baik.

 

  1. Kegiatan Bisnis

Pertama, Dalam bisnis tentunya kita punya visi tertentu. Agar tim mengikuti visi kita, maka hadirkan pikiran yang mendukung perasaan mereka dan pada akhirnya mengasilkan perilaku yang mengarah pada visi kita. Dalam budaya Inovasi disebut dengan Tanamkan Asumsi yang sesuai visi perusahaan. Contoh kasusnya adalah Zappos, yang memiliki visi yakni memberikan kebahagiaan kepada pelangan, karyawan, dan pemasok. Ada kasus dimana karyawannya ketika dihadapkan oleh konsumen yang menanyakan produk yang ingin dibeli, lalu tidak ada stoknya di Zappos. Karyawan tersebut merekomendasikan produk yang sama ke kompetitor, ini untuk memegang teguh visi tersebut. Dampaknya? tentunya loyatas konsumen.

Kedua, Dalam proses marketing ataupun branding, kita bisa menggunakan filter pikiran untuk membangun pikiran untuk membeli di benak konsumen. Contohnya, misalnya kita jual donat kukus, lalu kita bisa membranding mengasosiasikan (distorsi) dengan donat kukus dengan kesehatan. Kenapa? Karena tidak digoreng, artinya tidak berminyak. Akhirnya konsumen berpikir, bahwa donat kukus termasuk makanan yang sehat.

 

Demikian materi panjang ini.. 

Semoga bermanfaat..

Dibaca lagi ya.. Lalu dipraktekkan. Semoga bermanfaat. Barakallah fiikum…

Sampai Jumpa di Artikel selanjutnya !

Bagaimana Membawa Perubahan Bagi Diri (dengan NLP Change Model)

Setiap dari kita pastinya memiliki keinginan untuk mengalami perubahan, baik pada diri maupun lingkungan (keluarga ataupun bisnis), misalnya ingin berubah dari malas menuju rajin, dari omset 10 juta per bulan menuju 100 juta perbulan, dari kondisi keluarga yang cuek menuju keluarga yang hangat, dari kondisi hubungan dengan mertua yang kurang baik menuju hubungan yang hangat, dll…

 

Kira-kira, pola apa yang bisa di lihat di atas?

yup, yaitu ada pergerakan dari Kondisi Saat Ini (KS) → Menuju → Kondisi Yang Diharapkan (KD), dari kondisi A menuju kondisi B. 

Maksudnya gimana?

Maksudnya adalah setiap perubahan yang kita harapkan adalah perjalan dari Kondisi Saat ini (KS) menuju Kondisi yang Diharapkan (KD). Untuk menjelaskan hal ini kita memakai konsep NLP Change Model.

 

KS –> KD

 

Kalau kita ambil salah satu contoh di atas :

KS : dari omset 10 Juta / bulan

Menuju

KD : omset 100 Juta/ bulan. 

 

Jika kita mau ada perubahan, maka yang perlu disadari adalah Kondisi Saat ini (KS) dahulu, baru Kondisi yang Diharapkan (KD). Kenapa? Karena dengan itu kita mengetahui sejauhmana jaraknya dari KS menuju KD. Kalau lihat contoh di atas dengan KS : omset 10 Juta/ bulan dan KD : omset 100 Juta/ bulan. Berarti jaraknya adalah 90 Juta/ bulan. Hal ini pun sama dengan perubahan yang kita inginkan dalam diri, atau hubungan kita dengan orang lain. Kita perlu menyadari kondisi sekarang itu seperti apa, dan kondisi yang diharapkan seperti apa. Misalnya dari Malas Posting menuju Rajin Posting. Tinggal dijabarkan Kondisi malas posting itu seperti apa? Contoh, dalam seminggu saya hanya posting 1 kali. Lalu kondisi rajin posting itu contohnya dalam seminggu saya posting 7 kali. Berarti jaraknya adalah 6 kali seminggu ☺️🙏🏻

 

Jika digambarkan proses KS –> KD seperti berikut

Untuk mencapai kondisi yang kita inginkan, maka diperlukan Sumber Daya / Resources yang menjembatani prosesnya.

Sumber daya ini bisa berupa Ide, Opsi/ pilihan,, cara perencanaan, ataupun pendekatan. Pertanyaan sumbernya dari mana?

 

Sumbernya bisa dari :

  1. Pengalaman masa lalu
  2. Membayangkan masa depan
  3. Orang lain.

 

Kita bahas satu per satu ya.

 

  1. Pengalaman Masa Lalu

Ini diambil dari pengalaman di masa lalu kita yang relevan dengan kondisi yang inginkan…

 

Misalnya:

Kita ambil contoh tadi, kita ingin bisa posting sebanyak 7 kali dalam seminggu.

 

Kita mengalami kesulitan karena adanya rasa malas. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kita perlu perasaan semangat. Karena dengan rasa semangat ini, kita mempunyai energi untuk memposting lebih banyak. Rasa semangat ini bisa diambil dari pengalaman masa lalu. 

Untuk mempraktekkan-nya, kita bisa memejamkan mata lalu mengakses (membayangkan/ mengingat-ingat) pengalaman kita di masa lalu, kejadian apa dimana kita sangat bersemangat, ingat-ingat lagi kenapa? Misalnya saat bisa bangkit dari kondisi bangkrut. Lalu ingat-ingat lagi kenapa bisa memiliki semangat yang kuat untuk bangkit dari kebangkrutan. Misalnya karena Ingin membahagiakan keluarga. 

Lalu bayangkan/ ingat-ingat/ coba dengarkan ada kalimat apa saja yang kita dengar saat itu. Kuatkan ingatan itu. Lalu hadirkan di kondisi saat ini. Rasakan semangat itu lalu, kerjakan sejumlah postingan yang kita tetapkan.

 

Kebiasaan Ini bisa dilatih, ketika semangat kita sedang drop. Kita bisa hadirkan pengalaman di masa lalu dimana kita sangat bergelora, kita rasakan semangatnya, lalu diperkuat. Lalu kerjakan apa yang sudah kita tetapkan (Kondisi yang Diinginkan)

 

  1. Membayangkan Masa Depan

Membayangkan masa depan ini merupakan sumber daya yang bisa kita gunakan untuk mencapai Kondisi yang Diinginkan (KD). Dalam pembahasan ini, untuk mendorong diri kita agar bisa melakukan apa yang rencanakan, maka kita membayangkan di masa depan saat kita mencapai Kondisi yang kita inginkan (KD), bayangkan apa yang kita lihat saat itu, bersama siapa? Kalimat apa saja yang kita dengarkan, rasakan perubahan pada tubuh kita (misalnya rasa ringan, rasa semakin ingin bergerak, mengepalkan tangan dsb). Rasakan apa rasanya! Senang? bahagia? Lebih Tenang?

Oke, rasakan perasaan itu… Lalu amplify / kuatkan! 

Lalu gunakan rasa itu untuk melakukan rencana kita!

 

Membayangkan masa depanpun sebenarnya bisa kita gunakan ketika kita ngerasa ga punya ide.

Lho kok bisa?

 

Coba lakukan yang tadi…

Bayangkan saat kita sudah mencapai Kondisi yang kita Inginkan dan rasakan perasaannya…. Bayangkan, dengarkan, dan rasakan secara detail. Hadirkan…

 

Bayangkan kita berada di masa depan itu di kondisi yang kita inginkan (KD).

 

Lalu kita lihat ke belakang, lalu tanya ke kita, apa saja yang kita lakukan sehingga kita bisa mencapai ke kondisi yang kita inginkan itu. Maka umumnya, ide itu akan keluar, kita melakukan A, B, C, D.. dan seterusnya….

 

Dan ini pun bisa dilatih, untuk mengeluarkan ide-ide agar kita bisa mencapai keadaan yang kita inginkan.

 

  1. Orang Lain

Ini adalah sumber daya di luar diri kita. Dalam bisnis sering dilakukan, yakni ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Yang perlu kita lakukan adalah menentukan siapa atau bisnis apa yang akan kita amati dan tiru. Tentunya adalah orang/ bisnis yang relevan dengan bisnis kita. Maka apa yang bisa kita amati :

  1. Lingkungan: Kondisi orang / bisnis yang ingin kita tiru. Misalnya kita ingin meniru Kang Dewa ( ga apa-apa ya nyebut nama 😅. Contoh aja ini). Kita amati, omsetnya berapa? Berapa banyak bisnisnya? Bikin semangat? 😅.
  2. Perilaku apa saja yang orang/ bisnis itu lakukan  Cek kebiasaan yang dilakukannya. Misalnya, posting rutin, posting yang relevan dengan target market, ngiklan berbayar (FB Ads), dsb. Amati dan catat.
  3. Kemampuan apa yang dimiliki. Kita bisa riset kemampuan apa yang orang itu miliki, misalnya Kang Dewa yang memiliki skill copywriting, cari polanya di copywritingnya.
  4. Nilai dan Belief yang dimilikinya. Nilai/ value di sini adalah apa yang dianggap penting/ berharga, sementara Belief adalah apa yang dianggap benar. Misalnya kita ingin mengamati orang yang sukses bisnisnya, ternyata dia gemar sedekah, maka kita riset belief apa yang ada pada dirinya. Misalnya sedekah memperlancar doa kita, karena dengan sedekah, dosa-dosa yang menghalangi doa kita diampuni Allah SWT.
  5. Identitas yang melekat pada diri orang/ bisnis yang kita ingin tiru. Kita sendiri suka melakukan ini lho. Buktinya? Kita suka bilang saya mah orangnya… Ini…. Itu… Nah itu namanya melabeli diri dengan identitas tertentu. Maka perlu kita riset, orang/ bisnis yang ingin kita tiru identitasnya seperti apa? Misalnya, Orang yang bermanfaat untuk ummat.
  6. Spiritualitas atau Tujuan Hidupnya. Umumnya orang-orang/ bisnis yang sukses memiliki tujuan/ kebermaknaan tertinggi yang ingin dicapainya. Misalnya orang yang ingin kita tiru adalah orang yang ingin bermanfaat untuk ummat, maka cek lagi apa tujuan tertingginya. Misalnya ingin bertemu Allah SWT dengan bekal yang cukup atau ingin beribah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya ibadah. Ini adalah lapisan-lapisan ketika kita ingin menjadikan orang lain sebagai sumber daya yang kita gunakan untuk mencapai kondisi yang kita inginkan.
  • Acuity / Kepekaan

Kita perlu lebih peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pencapaian kondisi yang kita inginkan (KD).

Perubahan bisnis yang terjadi hari ini terutama di bidang branding, marketing, dan sales via online sangat cepat berubahnya. Dulu pemasaran bisa via twitter dan BBM (BlackBerry Messager), lalu trend bergeser dengan hadirnya Instagram dan WhatsApp, lalu hadir Marketplace (Shopee/ Tokopedia/ Lazada/ Buka Lapak), lalu hadir TikTok, dan pandemi. Ini tentu menyebabkan banyak perubahan peta permainan bisnis.

Maka di sini, kita perlu peka terhadap perubahan yang ada. Kebayangkan kalau kita masih kekeuh jualan pakai BBM 😅. BBM sendiri juga sudah ga ada. Begitu cepat Perubahan yang ada, maka kepekaan (acuity) bisnis kita harus selalu diasah.

 

Begitupun dengan perubahan diri, ketika kondisinya berubah, maka bisa jadi perencanaan pun perlu diubah.

  • Flexibility/ Fleksibel

Tentunya tidak semua dan selalu rencana yang kita buat, bisa berjalan dengan lancar terlaksana sehingga kita bisa mencapai kondisi yang kita inginkan (KD) yang telah kita tetapkan. Terkadang kita gagal, baik yang bersumber pada diri kita ataupun di luar diri kita. Maka solusinya adalah fleksibel. Ketika rencana kita gagal, evaluasi, cari akar masalahnya apa? Lalu perbaiki. Jika rencana kita sudah tidak relevan/ menjawab/ membantu pencapaian KD kita, maka ubahlah.

 

Hari kita bisa melihat jelas bagaimana perusahaan Meta, yang membuat platform Facebook dan Instagram, merespon Tiktok yang menjadi platform distribusi konten video pendek, apakah mereka tetap dengan cara lama mereka? Instagram tetap berfokus pada gambar/ foto yang bagus-bagus, dan Facebook tetap menjadi sosial media yang menghubungkan teman-teman lama si usernya?

 

Begitupun kita/ bisnis kita. Ketika peta permainan berubah, ya fleksibel, ganti cara main kita. Hari ini kita mengenal istilah, berubah atau punah? Kira-kira kita pilih mana?

  • Ekologis/ Kongruen/ Selaras

Setiap perubahan yang kita tetapkan haruslah disesuaikan dengan kondisi yang berlaku juga aspek-aspek kehidupan kita yang lainnya. Jangan sampai ketika kondisi yang kita inginkan tercapai tetapi aspek kehidupan kita yang lainnya rusak. Bayangkan, koruptor ga menjadi korupsi kalau dia mempertimbangkan aspek agama dia, yang mengharamkan pencurian/ memakan hak orang lain. Bisa jadi tujuannya (menurut dirinya) baik, ingin menyenangkan keluarganya. Dia mencapai tujuannya, yakni memperbanyak kekayaannya agar keluarga senang, tapi tidak ekologis/ kongruen/ selaras. Hukum agama yang dianutnya, hukum negara, bahkan kode etik profesinya dia langgar semua. Tentu akan merusak pencapaian kondisi yang diinginkan-nya.

Contoh lainnya adalah ketika kita bisnis kita ingin maju, kita tetapkan harus kerja keras. Kita kerja siang dan malam, bahkan bagai kuda/ lebih dari kuda, karena tanpa istirahat 😁. Kira-kira apakah kongruen/ selaras? Kira-kira apa yang akan terjadi jika kondisi ini terus dipertahankan? Bagaimana jika kita sudah punya keluarga? Apakah akan bernilai bisnis yang maju, tetapi kita sakit-sakitan dan keluarga kita bubar? Tentu tidak yah

 

So, kalau mau berubah, maka kita perlu :

  1. Memahami kondisi kita saat ini (KS).
  2. Menetapkan tujuan kita/ Kondisi yang Diinginkan (KD).
  3. Carilah dan buat jembatannya dengan Sumberdaya/ Resources yang kita miliki.
  4. Pekalah terhadap perubahan yang ada.
  5. Fleksibel jika tujuan/ KD kita gagal tercapai, cari cara/ ide/ pendekatan yang lain.
  6. Capai-lah tujuan kita dengan Ekologis/ Kongruen/ Selaras dengan aspek-aspek kehidupan yang lainnya.

 

Semoga ini bisa membantu sahabat BOB di sini dalam membuat perencanaan perubahan baik dalam bisnis sahabat semuanya ☺️🙏🏻.



Btw, ini adalah pembahasan di kajian NLP. Next, InsyaAllah nanti kita bahas ya NLP untuk Bisnis dan Pengembangan Diri.

 

Demikian materi ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan dalam menyampaikan materi ini.

Saya masih uji coba dan melakukan perbaikan, untuk mencari pola yang efektif untuk menyampaikan/ sharing materi yang dibutuhkan agar sahabat BOB di sini bisa terus bertumbuh baiknya dirinya maupun bisnisnya.

Barakallahufiikum ☺🤲🏻

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Micro Hijrah, Cara Merubah Hidup Menjadi Lebih Baik

 “Micro Hijrah, Cara Merubah Hidup Menjadi Lebih Baik”

Oleh Khairil Amin Rasyid 
Founder BisnisOnlineBertumbuh.com

Dalam menjalani hidup, sering kali kita dihadapkan pada keinginan untuk melakukan perubahan, yang didasari oleh kesadaran diri kita bahwa kita perlu melakukan sesuatu untuk mencapai hal yang baik, ataupun sebaliknya untuk meninggalkan hal yang buruk. Misalnya: 

– Kita ingin menambah ilmu agama, agar semakin bisa memahami agama dan menguatkan iman.

– Kita ingin meningkatkan omset, agar bisa support keuangan keluarga ataupun semakin bermanfaat dengan memperbanyak sedekah.

– Ingin menurunkan berat badan, agar semakin energik dan produktif, akhirnya ibadahpun semakin bertambah dan berkualitas. Kecenderungan setiap dari kita selalu ingin mencapai sesuatu, ataupun sebaliknya menghindari sesuatu. Menghindari sesuatu misalnya :

 

Mau bisa menahan hawa nafsu berlebihan terhadap makanan, agar bisa mengontrol kalori yang kita konsumsi. Ketika kita ingin melakukan perubahan,  pada kondisi tertentu seringkali itu membutuhkan “DIRI KITA DAHULU UNTUK BERUBAH”. 

Nah, seringkali Kita tahu harus berubah, kita sadari pentingnya untuk berubah, dan  rasakan emosinya kalau perubahan itu tercapai ataupun gagal. 

Kita memutuskan untuk berubah namun sulit dilakukan/ gagal untuk dilakukan, bahkan untuk sekedar memulainya-pun sulit untuk dilakukan. Nah, setelah menyadari bahwa ternyata “ADA GAP/ JARAK” antara kesadaran Kita untuk berubah dengan pelaksanaannya/ eksekusinya. Dan ketika kita tidak mampu mewujudkannya, Bisa jadi ini yang membuat kita frustasi, bahkan kehilangan kepercayaan diri.

Konsep Micro Hijrah mungkin bisa jadi solusi untuk teman-teman. Konsep ini saya dapatkan dari istri saya ketika mengikuti pengajian yang difasilitasi oleh Kang Irfan Amalee. 

Konsep micro hijrah sederhananya adalah bagaimana kita bisa melakukan dengan lebih mudah, bertahap, berkesinambungan/ sustainable, dan mudah untuk istiqamah. Dimulai dengan hal-hal yang kecil dan mudah. Kalau Aa Gym bilangnya, 3M : Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang Kecil-kecil, dan Mulai dari Sekarang. Nah, untuk membuat/ mewujudkan perubahan pada diri, ada yang menarik Ketika saya mengikuti kajian Neuro Linguistic Programming (NLP) yang difasilitasi oleh guru saya Coach Darmawan Aji, beliau katakan bahwa untuk membuat perubahan diri, penting sekali untuk membangun kebiasaan.

Maksudnya adalah diperlukan rutinitas yang  dibangun dengan memilih perilaku yang termudah dan berdampak dahulu.

Ingat, kata kuncinya adalah Paling Mudah dan Berdampak.

Paling mudah dan berdampak maksudnya ialah bagaimana kita bisa menentukan perilaku yang bisa mudah kita lakukan namun memberikan dampak yang besar pada pencapaian kita.

Agar mudah dipahami saya beri contohnya :

Contoh 1 :

Misalnya kita menginginkan bisa turun berat badan 10 kg dalam 5 bulan. Maka katakanlah kita ambil keputusan mau olahraga.. Kira-kira kalau membayangkan olahraga apa yang dibayangkan? Lalu apa rasanya? Berat? Keringetan? Capek? Agar bisa dibangun mau olahraga rutin, bisa dimulai dengan menggelar matras yoga di ruang keluarga (misalnya 😁). 

Kenapa?

Karena kalau suami/ anak-anak tanya, “kok ada matras di ruang tamu?” Kita jawab, “mau olahraga” 🤭. 

Nah, malu dong kalau ga mulai…

Aktivitas “Menggelar Matras” itu lebih mudah, daripada membayangkan olahraga bukan? 

Coba kalau aktivitas ini dilakukan setiap hari, hasilnya bagaimana? 👍🏻👍🏻👍🏻

Contoh kedua, 

Misalnya kita ingin meningkatkan omset, kita tahu bahwa harus riset market, lalu buat postingan setiap hari…

Kadang kita merasa berat..

“Kan ga ada ide”, “Duh, apalagi ya yang diposting?”, “Scrolling dulu deh”… Walhasil hilang deh waktunya untuk memposting. 😅

Bisa jadi untuk mengejar omset bisa dimulai dari membayangkan setiap hari. Ya sederhana, membayangkan aja.. Kalau omset tercapai, maka kita akan bahagia, kita bisa menafkahi keluarga/ membantu ekonomi keluarga, bisa banyak sedekah, bantu orang tua dsb…

Gimana rasanya?

Menyenangkan?

Semangat?

Semakin membara?

Lalu lanjutkan dengan membayangkan diri kita melakukan aktivitas posting dengan menyenangkan dan penuh semangat… Kira-kira jika aktivitas ini dilakukan Istiqomah berulang-ulang setiap hari, bagaimana hasilnya?

Ada juga orang yang hanya membayangkan orang tua, itu sudah menjadi energi baginya untuk membangun aktivitas yang diperlukan 

Sederhananya hanya dengan membayangkan saja di awal sebelum melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Mudah, hanya membayangkan bisa menghasilkan..

Ya tentu setelah semangat, langsung dikerjakan ya…

Jangan lanjut scrolling… Malah lupa udah semangat tadi 😅

Pertanyaannya “Kenapa dari yang termudah?”

Jawabannya adalah karena cara kerja otak kita. Ketika otak mengenali adanya “sebuah perilaku yang bisa mengubah” kebiasaan yang sudah nyaman dan lama kita lakukan, apalagi perubahan perilaku yang ekstrim atau berat dilakukan, maka otak kita cenderung memblokade/ memblok perilaku baru tersebut, sehingga tidak pernah bisa dilakukan secara rutin. Ini yang orang-orang katakan sebagai Keluar Dari Zona Nyaman. Perubahan sulit dilakukan, karena otak kita mengenalinya sebagai hal yang “Tidak Nyaman !”. 

Nah, perubahan kecil dan termudah ini membuat otak kita menjadi lebih  tenang, nyaman, dan pada akhirnya bisa menandai perilaku rutin tersebut sebagai “kebiasaan yang bisa dilakukan terus menerus”. 

Bagaimana langkah-langkahnya agar kita bisa melakukan Micro Hijrah ini? Kurang lebih ada 9 tips untuk melakukannya:

1. Tetapkan tujuan besarnya. 

Cari tujuan tertingginya. Orang-orang menyebutnya sebagai Strong Why. Kita bisa gali dengan menanyakan beberapa kali “Kenapa?” kepada diri kita tentang tujuan kita, agar lapisan-lapisan ini terbuka. Ini perlu kita bedah, karena dengan ini akan muncul kesadaran penuh, akan alasan mengapa tujuan ini perlu dilakukan.

Misalnya,

Saya ingin langsing. 

Kenapa?

Karena ingin sehat.

Kenapa?

Karena kalau sehat, saya bisa bermanfaat lebih banyak. Bisa memberikan kebahagiaan untuk orang-orang yang saya sayangi.

Kenapa?

Karena ketika mereka bahagia, sayapun bahagia.

Kenapa?

Karena ini semuanya adalah wujud dari rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah menitipkan orang-orang yang saya sayangi di sekitar saya.. Ini adalah salah satu wujud dari tujuan hidup saya, beribadah kepada Allah SWT…

 

2. Pecah dalam tujuan-tujuan kecil.

Setelah mendapatkan tujuan besarnya maka kita perlu membaginya menjadi tujuan kecil, kita buat lebih detail, spesifik, dan bisa diukur. Maksudnya?

Kita ambil contoh tadi yah.. Saya ingin langsing… Tujuan spesifik/ kecilnya apa ?

Saya ingin langsing:

– Lingkar pinggang …. cm

– Dicapai pada bulan …. Tahun…….

Dst.. buat se-spesifik dan terukur mungkin..

Kenapa begitu?

Karena dengan spesifik, kita menjadi punya patokan yang jelas mengenai perubahan yang kita ingin wujudkan. Dengan terukur, kita bisa mengetahui perkembangan step by step dari perjuangan kita. 

Coba kita cuma bilang..

Ingin langsing… Dah…

Kira-kira bisa tercapai ?

 

3. Cari kebiasaan apa yang perlu dibangun untuk mencapai hal tersebut.

Ini penting sekali…

Perilaku yang dilakukan terus menerus akan menghasilkan kebiasaan. 

Kebiasaan yang tepat bisa menghasilkan pencapaian tujuan yang tepat. Juga kebiasaan apa saja yang perlu kita hindari.

Banyak youtuber yang berhasil karena punya kebiasaan sederhana, posting video setiap hari atau seminggu 3 kali. Sederhana posting video rutin. Lakukan sesederhana mungkin, semudah mungkin, perbaiki sedikit demi sedikit. Yang penting dilakukan dengan rutin.

Contoh lainnya, Ketika kita menginginkan omset tertentu, kita harus menetapkan Kira-kira kebiasaan apa yang perlu kita lakukan secara terus menerus agar tujuan kita tercapai. Dan juga kebiasaan apa saja yang “tidak boleh” kita lakukan, karena akan menjauhkan dari tujuan yang kita lakukan. 

Kedua kebiasaan ini perlu kita sadari terlebih dahulu…

Karena sering kali kita gagal membangun kebiasaan yang diperlukan, karena kita gagal menyadari kebiasaan yang menghambatnya.

Katakanlah kita ingin membangun kebiasaan memposting di media sosial, tapi kita lupa bahwa kebiasaan scrolling bisa menggagalkan kebiasaan untuk melakukan posting. 

Kebayangkan dampaknya kalau gagal menyadari kebiasaan yang menghambat ?

 

4. Pilih perilaku yang termudah dan berdampak yang perlu kita biasakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Nah, ini tadi sudah dijelaskan di atas yah 😁👍🏻

 

5. Lakukan dipecah lebih kecil /micro/ bahkan nano.

Nah, setelah menentukan perilaku termudah dan berdampak tadi. Kita bisa memecahnya ke dalam aktivitas yang lebih kecil lagi (jika diperlukan ya). 

Misalnya: 

Membayangkan orang tua kita. 

Maka bisa saja dengan menempel foto orang tua kita di tempat kerja kita (tempat yang mudah terlihat).

Lebih mudah lagi dan berdampak.

Namun ingat, harus ada aktivitas yang dilakukan, setelah kita menempel foto orang tua kita.. apa kira? Ya membayangkan orang tua kita, bayangkan dampaknya ketika tujuan kita tercapai, bayangkan senyumannya, dengarkan apa yang mereka katakan ketika tujuan kita tercapai, rasakan emosinya, rasakan semangatnya..

Contoh lainnya ada yang memulai kegiatannya dengan melakukan hal yang mikro sekali, berhitung.. 

Ya, bener, berhitung..

Kita berhitung..

“Satu… Dua… Tiga! Mulai!!!” 

Ini sederhana tapi memudahkan kita untuk memulai perilaku yang perlu kita lakukan.

😁👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

 

6. Lakukan di waktu yang sama, tempat yang sama, kondisi yang sama.

Otak perlu mengenali waktu dan tempat kebiasaan yang perlu kita bangun. Maka lakukan di waktu dan tempat yang sama, diusahakan yah..

Lakukan setidaknya 62 hari (berdasarkan riset, kemampuan rata-rata orang dalam membangun kebiasaan)…

 

7. Jika gagal, pahamilah bahwa kegagalan adalah bagian dari menuju kesuksesan, lakukan terus sampai berhasil.

Jangan menyerah gaesss. Gass… 😅

Kadang kegagalan bisa menjadi bahan evaluasi untuk menemukan apa yang kurang dari aktivitas/ perilaku yang kita bangun sebagai kebiasaan. 

Ingat, gagal itu bukan saat kita jatuh atau tidak berhasil.. Gagal itu adalah saat kita “Berhenti” karena kita “Menyerah”.

 

8. Lalu tingkatkan setahap demi setahap sekecil mungkin.

Jika kita melakukan perubahan atau meningkatkan setidak -tidaknya 1% saja perhari. Maka hasilnya adalah dalam setahun kita akan lebih baik/ meningkat hasilnya sebanyak 37 kali lebih banyak/ tinggi.

 

9. Berilah kepada diri kita reward jika sudah berhasil melakukan kebiasaan tersebut.

Cari apa yang kita sukai, jadikan itu reward, tentunya cari yang mudah diakses ya, sesederhana mungkin / mudah diwujudkan. Misalnya minum teh, kopi, secuil coklat, segelas susu, scrolling 15 menit, dsb 

Misalnya, kita menyukai minum teh. Maka kita hanya bisa minum teh  setelah kita melakukan kebiasaan yang kita tetapkan. 

Contoh, kita memberikan reward minum teh kepada diri kita, ketika kita berhasil menulis 1 status perharinya. Sederhana kan? Yuk Lakukan rutin setiap hari dan lihat hasilnya dalam 6 bulan. 

Sampai jumpa di artikel selanjutnya !

 

 

 

Artikel Pertumbuhan Pribadi dan Bisnis Lainnya…

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu Oleh Khairil Amin Rasyid Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy

Read More »