Tips Optimasi WhatsApp Untuk Meningkatkan Repet Order

Tips Optimasi WhatsApp Untuk Meningkatkan Repet Order

Oleh Khairil Amin Rasyid

Di bagian pertama kita akan membahas bagaimana membangun basis customer yang handal dalam mensupport bisnis kita. Materi ini sama sekali dengan product market fit di Artikel sebelumnya yah. 

Sebelumnya saya mau sharing frame worknya dahulu yaaah….

Di fase awal, Yuk kita bangun 100 Pelanggan yang Hepi pertama terlebih dahulu. 

Ini penting sebagai benih awal yang baik untuk bertumbuhnya bisnis kita ke depannya.

 

Yup, Kita harus Ciptakan Benih Audiens / Customer yang tepat.

Benih Audiens dari 100 pelanggan yang bahagia ini membantu brand kita terus bertumbuh lebih baik. 

Kenapa?

karena hal ini membantu kita untuk menciptakan strategi marketing yang tepat, membantu kita untuk menetapkan target market yang tepat, membuat produk yang lebih baik sesuai apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan, membuat konten-konten yang pas untuk mereka.

Dan selanjutnya, Fokus ke Customer Journey atau Perjalanan Pelanggan Kita.

Bayangkan proses dimana mereke memulai perjalananan dalam membeli produk kita (online) sampai menjadi marketer yang setia dari produk kita.

Nah, ini framework atau cara kerjanya… Ini mirip sekali dengan prinsip AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action)  namun dengan pedekatan yang berbeda.

Layer Pertama :

Traffic : 

Pada proses ini bagaimana agar produk / jasa/ bisnis kita bisa Terkomunikasikan (tabligh) dengan baik. Bisa melalui iklan berbayar (paid traffic), ataupun dengan organik melalui sosial media (facebook, IG, dan Fanpage) dan content distribution media (Youtube dan Tiktok). Cari Highly Value Audience yakni target market yang kemungkinan lebih tinggi untuk membeli produk kita. Ingatnya prinsipnya 2 hal, mereka mau dan mampu untuk membeli produk kita.

Pada proses ini ingat ya KUNCINYA ADALAH  Highly Value Audience. Kita harus menetapkan terlebih dahulu SIAPA YANG MAU KITA LAYANI dan APA PROBLEM MEREKA YANG BISA KITA SELESAIKAN. Ini sangat menentukan strategi marketing yang akan kita gunakan. Ingat! Marketing di sini adalah bagaimana mengkomunikasikan value/ pentingnya produk kita untuk mereka. 

Tentunya kalau kita jual hijab, market kita adalah perempuan. Cek lagi, produk hijab seperti apa? misalnya Gamis Premium Harga 500K, maka kita tidak bisa menarget ke semua perempuan muslimah. Bayangkan siapa yang yang mau dan mampu beli, juga masalah apa yang dimiliki mereka, yang bisa diselesaikan dengan Gamis Premium Harga 500K kita.

Gagal menentukan target market atau  Highly Value Audience siap-siap gagal di step selanjutnya. Tentunya biaya untuk memperbaiki kegagalan tetap keluar kalau kita gagal di bagian ini ya. Kendati begitu, hal ini membutuhkan testing. Dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) kita bisa menggunakan teknik Chunking Down, yakni mengecilkan atau menspesifikkan lagi target market kita. 

Misalnya 

– Dari Perempuan ➡ Perempuan Muslimah

– Dari Perempuan Muslimah ➡ Perempuan Muslimah yang Bekerja

– Dari Perempuan Muslimah yang Bekerja ➡ Perempuan Muslimah yang Bekerja yang ingin tampil percaya diri dalam bekerja dan presentasi di depan calon klien.

Contoh pada FB Ads, ini lebih memudahkan dalam menarget marketnya yah :

Ini kasus pada penjualan kemeja batik yang harganya di rata-rata 370.000 ya. 

Coba kalau kita lihat gambar, kita akan melihat :

  1. range umurnya di angka 27+ tahun, 
  2. gender laki-laki, 
  3. Tinggal di Indonesia. 
  4. Memiliki kesukaan pada barang-barang berharga dan belanja
  5. Tingkat pendidikannya : S1 ke atas
  6. Kerja di bank, ASN / PNS dsb.

Dengan begitu harapannya kita menemukan orang yang mau dan mampu membeli kemeja batik yang harganya 370.000 itu yah..

 

Apakah ini sudah tepat? bisa jadi belum, perlu kita testing dahulu. Bisa jadi nanti fit atau cocoknya di umur 33 tahun ke atas misalnya. Dengan hal ini berdampak pada bagaimana bagaimana kita memanggil mereka, kita mendefinisikan masalah mereka dan apa yang kita tawarkan untuk menyelesaikan masalah mereka.

Kalau kita sedang mencari tim reseller, bayangkan siapa yang mau dan merasa butuh terhadap sistem kereselleran kita, produk yang kita tawarkan, yang di sekitar mereka terdapat target market produk kita, masalah apa yang bisa kita bantu dari bisnis reseller kita, dsb.

Oke Selanjutnya 

Consideration

Ini terjadi dimana calon customer menghubungi atau mencoba mencari tahu tentang produk kita, melalui Chat dengan CS, buka MP, mereka mempertimbangkan untuk membeli produk dari brand kita. Ingat, pada chat, pelayanan CS menjadi ujung tombak, kalau tidak bisa membuat mereka nyaman, maka kita akan kehilangan kesempatan terjadinya penjualan. Untuk kasus melalui marketplace atau medsos, maka kuncinya ada di gambar, deskripsi, dan copy writing pada postingan kita, setelah itu masuk ke chat. Di level ini database harus dikumpulkan. Kenapa? ketika mereka cancel, kita bisa follow up di kemudian hari, atau ketika ada produk terbaru, kita bisa menawarkan mereka kembali. Kalau kita menggunakan Paid Traffic atau Iklan berbayar, kita tidak perlu mengeluarkan budget/ uang untuk beriklan lagi, kita tinggal chat mereka melalu WhatsApp misalnya.

Layer selanjutnya :

Pemesanan :

Di level ini calon customer memutuskan apakah mereka membela, maka menjadi customer kita; ataupun Mencancelnya, jika ini terjadi maka kita harus meng-counter objection/ menghadapi penolakan mereka dengan menanyakan dimana keberatan mereka lalu bantu mereka untuk menyelesaikan keberatan mereka. Layani sepenuh hati. Ingat, kalau ga jadi beli, simpan databasenya, kita bisa hubungi lagi di lain waktu.

Jika mereka membeli. Ingat, ini belum akhir segalanya. Ada perjuangan selanjutnya, yakni pastikan packing dengan baik, paket sampai dengan baik, dan tanya tanggapan mereka terhadap produk kita (minta testimoni nantinya).

Layer berikutnya :

Mereka Menggunakan Produk / Using our product : 

Inilah poin apakah kita bisa membuktikan ke customer apa yang kita sampaikan (baca : janjikan) ketika mereka menggunakan produk kita. Biasanya mereka memberikan testimoninya. 

Produk kita harus benar-benar menjawab kebutuhan dan keinginan mereka. Tujuannya adalah membuat mereka happy dengan produk kita. 

Setelah mereka puas dan happy, mereka akan mempertimbangkan untuk membeli produk kita lagi. Kalau step ini berhasil, mereka akan memberi tahukan orang-orang di sekitar mereka akan produk kita.  Di level Ini product market fit tercipta.

Ingat, di level ini, REPEAT ORDER TERJADI/  TIDAK. Jika kita tidak melewati level ini, maka kita akan lebih sulit untuk memfollow up mereka kalau ada produk terbaru. Kenapa? ”Saya tidak puas, maka untuk apa saya beli lagi?” . Ini menjadi perhatian untuk kita bagaimana kita bisa menciptakan tidak hanya berkualitas tapi juga MENJAWAB MASALAH DAN KEINGINAN MEREKA, MEMENUHI HARAPAN/ EKSPEKTASI MEREKA.

Tahap terakhir,

Raving Fans : 

Nah, ini adalah fase akhir, ketika pelanggan kita happy dengan produk kita yang kita terima. Maka besar kemungkinan merekapun dengan sukarela belanja lagi produk kita, menunggu produk terbaru dari kita, bahkan merekomendasikan produk kita ke circle mereka. Mereka tidak hanya menjadi pelanggan kita, tetapi menjadi Marketer Setia kita, dan itu gratis tis tis. Seru ya..

Fenomena Apple Fan Boy pada gambar di atas, menjadi inspirasi bagi kita, bagaimana mereka membidik target market yang tepat, menjawab kebutuhan mereka, menyampaikan value produk/ bisnis dengan tepat, memberikan produk yang benar-benar menjawab kebutuhan dan keinginan mereka, dan memberikan pelayanan purna jual / after sales yang luar biasa. Ini menjadikan pelanggan Apple begitu loyal bahkan rela antri ketika ada produk baru, bahkan merekomendasikan produk Apple yang mereka gunakan ke orang-orang di sekitar mereka ( circle ).

Untuk teman-teman yang sedang membangun tim reseller, kita juga bisa ambil frame work di atas yah. 

Pertama, bagaimana caranya sistem reseller yang kita bangun kita bisa sampaikan ke orang yang tepat, ini membutuhkan fokus terlebih dahulu, karena setiap produk ada “jodohnya”, kalau kita gonta-ganti produk, calon reseller kita juga bingung, “ini dia sebenarnya jual apa sih?”. Terlalu banyak produk, tentu strateginya makin kompleks, butuh fokus yang terbagi, lalu pertanyaannya hasilnya? sulit untuk maksimal.

Kedua, di tahap Consideration , ketika calon reseller mengkontak kita, maka layani sebaik mungkin, secepat mungkin. Jika kita ga bisa maksimal karena harus memikirkan konten, strategi marketing dsb, bayar karyawan. Didik mereka sesuai value yang dibutuhkan calon reseller kita, tentunya value bisnis kita juga yah.

Ketiga, Pemesanan, ketika reseller mendaftar, pastikan produk kita berkualitas, kita ga mau kan reseller kita malu karena produk kita bermasalah, usahakan pengiriman tepat waktu, kalau ada komplainan dilayani sebaik mungkin.

Keempat, Menggunakan produk. Kalau kereselleran produk sebenarnya ada 2, yakni produk konsumsi yang diterima end user dan produk pelayanan yang diterima reseller. 

Untuk produk konsumsi pastikan berkualitas juga menjawab kebutuhan dan keinginan customer, dan untuk produk pelayanan, pastikan pelayanan ke reseller membuat mereka bertumbuh, berdaya, berkembang, dan produktif. Usahakan kurrikulum sudah tersedia, marketing kit lengkap, konten disiapkan, buat challenge untuk pencapaian target/ pembuatan konten/ perekrutan reseller di level bawahnya, jika tercapai beri mereka reward, jika tidak perlu disiapkan konsekuensinya. Buat mereka berfokus dan nyaman pada kita. Kita tidak perlu punya produk sebenarnya, ketika kita memiliki faktor pembeda dengan leader yang lain, maka timpun akan “menandai” kita sebagai leader yang patut diikuti.

Kelima, Raving Fans, ketika reseller bertumbuh, produktif dan nyaman, maka reseller ada kecenderungan bergantung, ketiga diberi target tertentu, di sana biasanya mereka dengan aktif memasarkan ataupun merekrut tim lagi dengan sepenuh hati.

Terakhir setelah memahami bagaimana Repeat Order Bisa terus berjalan, dengan mindset melalui Framework di atas, sebut saja ya Framework Repeat Order. Penggunaan whatsApp pun menjadi lebih terbayang kaaaan…

Mari kita bahas satu per satu :

 

  1. Langkah pertama, database calon pelanggan, pelanggan dan reseller harus lengkap, dicatat, dan didokumentasikan dengan sebaik mungkin. Ini part penting, Jack Ma mengatakan, sumber daya ke depan yang penting bukan lagi minyak, tapi DATA. 

Data ini yang akan kita olah selanjutnya untuk memfollow jika ada produk terbaru, untuk menyapa mereka, untuk membangun kedekatan dengan mereka.

  1. Langkah kedua, kelompokkan / kategorikan mereka. Bisa berdasarkan tahapan : baru tanya (misalnya di depan dilabeli CB (Calon Beli), contoh CB Miftah ), sudah membeli (misalnya dilabeli CB, contoh CB Mahmud), pelanggan setia/ repeat oder (contoh RO), marketer (mark), leader (Ld). Ini memudahkan kita ketika ingin menyapa mereka, memberikan info promo / produk terbaru, membuat program loyalitas ( loyalty programm ). Kenapa beda? karena kita ga mungkin memberikan program yang sama antara orang yang baru tanya-tanya dengan orang yang sudah repeat order.

Kalau saya memberikan label Mem1 untuk orang yang pernah repeat order.

  1. Langkah Ketiga, buat grup-grup untuk memberikan “konten eksklusif” untuk mereka. Bisa berupa motivasi, tips-tips bertumbuh, dan sebagainya. Ini penting, untuk membangun “bounding”/ kedekatan antara Brand/ Kita dengan Pelanggan / Reseller kita. Pisahkan ya kelompoknya ya berdasarkan kategori di langkah kedua tadi, agar memudahkan isi pesan kita.

Ini merupakan contohnya yah…

Konten feeding selalu diberikan di setiap hari.. Dilakukan sepenuh hati, agar merekapun merasakan manfaat keberadaan brand kita.

  1. Langkah Keempat, Jualan, jangan ragu! Setelah mereka nyaman dan merasakan manfaatnya, maka kita boleh memberikan apa yang mereka butuhkan. Apa? Ya produk kita. Dari fase awal kita sudah menyaring, yakni Highly Value Audience, orang yang memang memiliki kebutuhan dan keinginan dari permasalahan yang bisa diselesaikan produk kita, kita sampaikan produk yang menjawab kebutuhan dan keinginan mereka, kita layani mereka sebaik mungkin, kita layani komplainan mereka, kita support bertumbuhnya mereka. Maka ketika kita mengkomunikasikan produk kita, merekapun bahagia menerimanya. Jadi, jangan ragu yah. Di sisi bisnis, kita sudah menyimpan saldo kebaikan kepada mereka, kita harus memastikan bisnis kita jalan untuk tetap bisa melayani mereka sebaik mungkin, kita butuh apa? Cash Flow, maka kita tawarkan produk yang memberikan nilai untuk bisnis kita. Maka gunakan saldo itu untuk memberikan informasi produk terbaru kita, agar kita mereka membeli dan mendapatkan manfaatnya, kitapun mendapatkan cash flow. Hubungan mesra yang menyenangkan bukan ?

Dalam satu kali broadcast, kita bisa kirim pesan ke semua pelanggan kita sekali jalan. Idealnya sehari maksimal 700 pesan. Contoh di atas, tinggal dibagi 700 aja ya.

  1. Tetap perlebar market kita, sudah punya pelanggan / reseller setia, jangan berhenti. Tetap perlebar pelayanan kita, dengan apa perlebar market dengan kembali ke tahap pertama yakni Ciptakan Traffic, kalau sudah beriklan tetap beriklan, kalau sudah biasa ya endorse ya tetap jalan. Ini kenapa perlu dilakukan, karena pelanggan / tim reseller setia kita tidak selalu belanja di setiap bulannya, ada kalanya ada kebutuhan lainnya, atau bahkan berhenti sama sekali, karena ada hal-hal lainnya. Perlu direfresh terus menerus. Bisnispun bertumbuh, karena jumlah transaksipun terus bertambah. Semakin besar, semakin banyak manfaatnya, bayangkan timpun bertambah, pelanggan bertambah, orang produksi bertambah, perputaran ekonomipun bertambah, insyaAllah berkah.

Database saya buat excell tadi, bisa kita buat Look Like Audience (LLA) di Facebook Ads. Ini adalah fitur dimana facebook membuatkan audiens calon pelanggan yang memiliki kemiripan dengan data pelanggan setia kita. Nanti kalau iklan, maka Facebook akan mengiklankan hanya kepada orang-orang yang profil/ behaviournya memiliki “kemiripan” dengan pelanggan kita.

Ketika ada produk baru dan kita ingin memperlebar jangkauan calon pelanggan kita, maka tinggal iklan saja dengan kriteria calon pelanggan yang “mirip” dengan data pelanggan kita.

Jadi kebayang yah prosesnya ya, dari mindset, cara kerja, Optimasi WA nya, sampai memperbesar bisnisnya. Kurang lebih seperti itu.

Ingat!

Kalau cuma belajar ga jadi apa-apa, kalau mau produktif dan bermanfaat, maka PRAKTIK yaa….

Semoga bermanfaat. 

Barakallahufiikum..

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn

Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi

Mencapai Mimpi Dengan Menjaga Atensi Dan Jauhi Distraksi

oleh Khairil Amin Rasyid

Hari ini kita akan membahas Mencapai Mimpi dengan Menjaga Atensi dan Jauhi Distraksi. So, di sini siapa aja yang bisnisnya sudah punya tujuan?

Atau hanya mengisi waktu luang, ngalir aja jek.. hehehe…

Dua-duanya boleh aja sih…

Tapi kalau kita ingat-ingat Hadist Rasulullah SAW dari sahabat Umar Bin Khattab, tentang niat yang terjemahnya sebagai berikut :

Umar Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadist ini disampaikan Rasulullah ketika dalam perjalanan hijrah dari Kota Makkah menuju kota Yatsrib yang nantinya diganti namanya menjadi Al-Madinah Al-Munawwarah yang berarti Kota yang Bercahaya. Hadist ini kembali mengingatkan para sahabat bahwa niat yang menjadi dasar dalam berperilaku (dalam konteks tersebut adalah berhijrah tempat) pada akhirnya menentukan apa yang a akan kita dapatkan nantinya. Begitupun kita penting sekali untuk menetapkan niat ataupun tujuan dalam membangun Bisnis, karena di situlah tempat segala usaha kita bermuara. 

Jadi, sekarang niatnya sudah ditetapkan? kalau belum kita segera tetapkan yuk.

Tentunya niat tertinggi menjadi bahan bakar yang tidak ada habisnya dalam mensupport perjuangan kita dalam berbisnis. Perlu diingat yah, potensi gagal dalam bisnis itu lebih besar daripada berhasilnya. Buat yang sudah lama berbisnis, katakanlah 2 – 3 tahun lah yah.. Coba cek, hari ini sudah keberapa kalinya? sudah berapa banyak gagal? 

Yang perlu kita yakini adalah kegagalan itu adalah umpan balik atau feedback, sebagai perberitahu/ warning akan aspek mana saja yang perlu kita perbaiki, apakah dari kepemimpinan kita? produk? penetapan market? proses marketing? sales? keuangan? SDM? dan sebagainya.
Kapan bisnis itu benar-benar gagal? yakni ketika berhenti.

Bahwa kita berganti bisnis karena pertimbangan matang berdasarkan data dan niat ini menjadi hal lain yah.

Jadi kalau niatnya ga kuat, ini menjadi PR tersendiri yah.

Niat atau Tujuan atau Mimpi ini tentunya membutuhkan jembatan untuk mencapai ke sana. kalau kita kemarin kita bahas NLP Change Model, membutuhkan sumber daya untuk mencapai hal tersebut. Sumber daya itu bisa dari motivasi, cara, perilaku/ kegiatan tertentu, materi, waktu dan sebagainya.

Ngomongin sumber daya dalam mencapai tujuan secara umum ada 3 nih (dalam konteks bisnis yaaaah)….
1. Materi

2. Energi

3. Waktu

Dari ketiga di atas, kira-kira mana yang paling mahal?

Yuk diskusi, yang mana dan alasannya apa?

Oke saya urut ya..
dari yang paling bawah dulu..
Pertama, Materi.. Kok? Bukannya bisnis butuh modal? yah, benar bahwa bisnis membutuhkan modal, dan umumnya adalah materi, dukungan finansial yah. Tapi ada bisnis yang ga pakai modal finansial yang signifikan (yang besar)? Banyaaak. Hari ini kalau kita mau fokus di satu bidang, untuk belajar tinggal cari di google, tutorialnya cari di Youtube, untuk menjangkau market atau calon customer tinggal pakai sosmed atau marketplace.. Alhamdulillah semuanya dimudahkan. Pertanyaannya kalau kita kehilangan materi apakah masih bisa dicari? Jawabannya bisa. Jadi ini adalah sumberdaya yang bisa diadakan yah.

Kedua, Energi. Maksudnya? untuk melakukan bisnis tentu membutuhkan energi yang bersumber dari kesehatan. Ini adalah aset yang mahal. Coba kita hitung omset kita setahun ada berapa? omset lho ini.. Kalau sudah ada angkanya, kalau ditukar dengan ginjal kita mau? Apalagi sampai dua-duanya.. ya ga mau yah. Kira-kira kenapa? Karena kita membutuhkan ginjal kita untuk memastikan tubuh kita sehat (coba googling ya fungsi ginjal untuk apa) dan tentunya memiliki energi untuk beraktivitas, tentunya dalam hal ini adalah bisnis. Jadi energi yang berasal dari kesehatan menjadi sumberdaya yang lebih berharga dari materi.

Ketiga, dan tertinggi ternyata adalah waktu. yup waktu…Kalau ada perumpamaan Time is Money, tampaknya dalam hal ini tidak tepat. Kenapa? karena nilai waktu jauh di atas uang. Jelas, kalau seandainya uang kita hilang hari ini, maka kita bisa menggantinya besok. Jika waktu hilang hari ini, maka tidak bisa kita kembali ke waktu yang hilang itu. Oleh karena itu banyak orang-orang yang sukses membeli waktu dengan uang. Maksudnya gimana? dalam mencapai tujuan bisnisnya, agar bisa dicapai dengan lebih cepat (baca : waktu), maka dia bisa membayar SDM untuk membantunya, untuk berpromosi agar gasilnya lebih cepat, dia membayar media untuk beriklan, membayar influencer untuk memperbesar jangkauan marketingnya. 

Nah… kebayang ya. betapa berharganya waktu itu….

Sayangya kita suka lalai yaah… Sampai Rasulullah SAW mengingatkan : 

“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)

Riset dari Nottingham Trent University menyebutkan rata-rata kita mengecek handphone sebanyak 85x sehari, sementara riset yang lainnya menyebut rata-rata kita mengecek sebanyak 150x perhari. Woooow! (ada yang lebih? hehe)

Kita asumsikan kita tidur 8 jam sehari. Sisa waktu jaga kita adalah 16 jam sehari setara dengan 960 menit, kalau kita cek handphone rata-rata 85-150x artinya kita mengecek handphone sebanyak per 7 – 12 menit. Pertanyaanya, apa yang kita cek? Apakah relevan dengan tujuan bisnis kita? Hayuuuu ngaku…..

Faktanya….
Banjir Informasi
Kini kita dibanjiri oleh informasi, setiap hari lebih dari 6.000 video yang diupload ke Youtube (sebelum tiktok yah, tentunya setelah hadrinya Tiktok, YT Short, dan IG Reels, lebih banyak lagi), Di Facebook saja lebih dari 136.000 postingan status per menitnya, 510.000 komen. Ya, hari ini kita hidup di era konten atau informasi yang berlebih. Pertanyaannya, apakah kita termasuk yang terdistraksi (terganggu) akan hal ini atau bisa berseluncur di atasnya untuk memanfaatnya? Lebih banyak yang mana?

Banjir informasi ini juga ga semuanya informasi baik dan berguna, tidak sedikit yang sifatnya sampah atau toxic. Issue KDRT, perceraian, gosip, prank, dan banyak lagi yang sifatnya merusak pikiran kita. Kemarin kita sudah membahas ya, pikiran mempengaruhi perasaan, perasaan mempengaruhi tindakan. Bahkan yang positifpun tidak semuanya relevan dengan kehidupan kita. Kita buka saja issue Krisis 2023, berapa banyak diantara kita memperhatikan issue ini? sehingga ketakutan berlebihan, overthinking, seakan-akan itu benar-benar terjadi hari ini, padahal bisnis kita hari ini baik-baik saja, dan membutuhkan perhatian (ATENSI) kita untuk terus bertumbuh.

Kalau kita tidak bisa memilihnya tentunya kita akan mengalami yang cognitive overload, dimana otak kita dipenuhi informasi-informasi yang baik dan buruk, yang kita butuhkan dan tidak butuhkan. Semuanya bercampur menjadi satu. Sehingga kita gagal untuk memilah mana yang essensial (penting) dan tidak. Akibatnya apa? Kita mengalami kesulitan dalam memutuskan. Dari segi sumberdaya, apakah ini tidak membuang waktu?

Dampak negatif lainnya apa?

Pertama, menurunnya produktivitas
Coba bayangkan, bagaimana mau produktif, jika setiap 7 – 15 menit kita cek handphone kita? Faktanya kebiasaan distraksi ini menginterupsi (menghentikan sementara) pekerjaan kita, dampaknya? Berdasarkan riset yang ada, menurunkan produktivitas kita sebanyak 40% dan resiko kesalahan mencapai 50%. Pekerjaan yang harusnya selesai 30 menit molor menjadi 1 jam!
Kedua, menurunnya rentang perhatian (atensi)

Rentang perhatian adalah kemampuan manusia untuk fokus pada satu hal saja. Ketika rentang perhatian kita menurun, kita akan kesulitan untuk mempertahankan fokus kita untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan itu masalah kita hari ini, coba cek ke anak-anak kita, ataupun ke anak didik kita, bagaimana kemampuan mereka bertahan untuk fokus dalam menyelesaikan pekerjaan? Kalau saya mengobrol dengan teman saya yang seorang guru, beliau menceritakan hari ini anak-anak kesulitan untuk fokus untuk mengikuti satu pelajaran sampai tuntas. Pertanyaannya, apakah ini terjadi sama anak-anak saja, atau kita juga?
Coba cek lagi, kalau kita sedang bekerja untuk menyelesaikan tugas bisnis, entah itu membuat materi postingan/ promo/ iklan, mengecek cash flow dan pembukuan, membuat jobdesk tim dan alur keja dan sebagainya. Pertanyaannya adalah? Berapa lama kita bisa bertahan menyelesaikannya?
1 jam? 30 menit? 20 menit? 10 menit? atau di bawah itu?
Kira-kira tangan kita gatel ga untuk tidak mengecek handphone?
atau yang lebih parah lagi, niatnya ingin buat konten, malah habis waktu untuk scrolling?

Ga heran, Om Satya Nadella, CEO Microsoft mengatakan, bahwa komoditas yang langka di masa depan adalah perhatian manusia. 

Kedua hal di atas merupakan modal utama kita dalam mencapai tujuan/ mimpi kita. Bagaimana kita bisa mencapai tujuan kita, kalau kita tidak produktif, bahkan untuk memiliki perhatian atau atensi yang kuatpun tidak. Kira-kira kalau dipertahankan, setahun ke depan, kira-kira akan seperti apa bisnis kita? Apakah tercapai tujuan / mimpinya?

Solusinya ?

Pertama, Tetapkan Tujuan Bisnis Kita
Tetapkan alasan terkuat kita melakukan bisnis yang hari ini kita geluti, cari makna terdalamnya. Ini akan membantu kita memberikan energi untuk tetap berfokus atas pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan dalam mencapai tujuan bisnis kita. Jika kita lelah, kita bisa melihat alasan terkuat ini lagi, lalu dijadikan semangat baru. Tujuan bisnis ini bisa menjadi peta bagi perjalanan kita, jika kita buntu di jalan satu, kita bisa mencoba jalan lainnya, namun tujuannya tetap sama.

Kedua, cukup tetapkan 1 – 3 keputusan / target pekerjaan penting per hari

Kenapa hanya 1 – 3 keputusan penting atau pekerjaan prioritas saja? Ini merupakan langkah yang efektif untuk mencapai tujuan bisnis kita. Pencapaian-pencapaian dari 1 – 3 target tentunya akan lebih mudah dicapai, ketimbang 7-10 target. Hal ini berdampak pada tingkat produktivitas kita dan penghargaan diri kita atas diri kita sendiri (self esteem), juga menjaga fokus, energi dan semangat kita agar bisa terus berjuang esok harinya.

Ketiga, Tetapkan waktu produktif kita

Tetapkan di jam berapa saja 1-3 keputusan/ target pekerjaan itu kita lakukan atau eksekusi. Jauhkan semua distraksi, baik handphone maupun gadget yang sekiranya akan menginterupsi kita. Bisa juga dengan menonaktifkan data, sehingga tidak ada notifikasi yang masuk. Latih kemampuan Rentang Perhatian (Atensi) kita. Caranya bisa dengan pomodoro, yakni fokus 25 menit, lalu jeda istirahat 5 menit. Banyak aplikasi yang bisa kita pakai, tinggal cari di Play store yah.

Jika kita berhasil mengeksekusi rencana kita, berilah penghargaan kecil pada diri kita. Misalnya dengan minum teh, memeluk si kecil/ pasangan, makan cemilan. Jika ini dijadikan kebiasaan, maka kita akan menikmati usaha yang kita lakukan, walaupun berat.

Keempat, sisihkan waktu tenang kita
Alokasikan waktu khusus untuk menyendiri, baik untuk mengevaluasi apa saja yang kita sudah kerjakan, mengatur strategi untuk bisnis kita ataupun untuk mengatur diri kita sendiri, bisa juga dipakai untuk membaca, menulis, ataupun berpikir tanpa terganggu (distraksi) sedikitpun.

Kelima, Lacak waktu kita dipakai untuk apa saja?
Ini penting, dengan begitu kita bisa tahu di setiap aktivitas membutuhkan berapa menit atau jam. Ini membantu kita untuk membuat estimasia atau perkiraan aktivitas yang akan kita lakukan di esok hari.

Keenam, dalam hal belajar, maka batasi sampai mana

Batasi siapa saja ekspert/ guru yang akan kita jadikan sumber ilmu, ini penting karena dengan begitu banjirnya informasi hari ini, kadang kita merasa penting belajar ke si A, besok ke si B, ke si C, tanpa divalidasi dahulu dengan mempraktekkan yang diajarkan sampai tuntas, sampai berhasil. Hidari menumpuk-numpuk ilmu, kita tidak menjadi produktif dengan mengikuti kursus, training, membaca buku, menonton tutorial youtube. Kita produktif ketika kita mempraktekkannya sampai tuntas. Sehingga kemampuan kita bisa terus bertumbuh dengan terukur.

 

Selamat berjuang Sahabat BOBers, semoga bermanfaat. Sampai jumpa di Artikel selanjutnya ! 

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Memahami Diri Sendiri Dan Orang Lain Dengan Memahami Struktur Pikiran

Oleh Khairil Amin Rasyid (Founder BisnisOnlineBertumbuh.com)

Perhatikan Gambar dibawah ini !

Duh, apalagi ini? 😅

Mungkin terlihat berat yah pembahasannya… Hmmmm Bisa jadi sih.. 

Yang perlu dipahami.. InsyaAllah setelah memahami materi ini, kita akan lebih mudah lagi memahami proses pengambilan keputusan di diri kita, maupun pada orang-orang sekitar kita, bahkan customer kita… Wow…

 

Ok, saya mau tanya dulu nih…

Kalau sahabat BOBers di sini scrolling….

 

Katakanlah berseluncur di IG, lalu ga sengaja, melihat

Mukena Cantik Bangeet….

Wah, kalau dipakai bakal khusyuk banget deh shalatnya, karena memakai pakaian terbaik.. Dan kita tahu dari bahannya itu nyaman banget dipakainya…

 

Kita lihat gambarnya, ada tulisan DISKON 50% + FREE ONGKIR*

*Promonya berlaku sampai Malam ini aja!

 

Kira-kira, apa respon kita?

 

Kejadiannya adalah Diskon 50% + Free Ongkir

 

Dalam pikiran kita terdapat/ memiliki filter atau saringan. Maksudnya gimana? Filter ini yang akan menjadi peta/ persepsi di pikiran kita.

Filter ini berasal dari pengalaman kita di masa lalu, nilai yang kita anut, believe/ kebenaran yang kita percayai, dan proses belajar kita selama ini.

 

Kita bahas satu perKita bahas satu per satu ya, filter ini :

 

1) Delesi, merupakan cara kerja otak untuk menghapus/ skip informasi-informasi yang ada di pikiran kita. Ini membantu kita untuk menyimpan informasi-informasi yang kita butuhkan saja. Di sisi lain, Delesi ini membantu kita untuk mempercepat keputusan kita, juga mempersingkat kalimat yang kita bicarakan. Dalam kasus di atas, untuk sahabat yang jawab “Langsung beli”, bisa jadi prosesnya adalah ketika kita melihat Promo Mukena Diskon 50% + Free Ongkir, membuat pikiran kita tidak mempertimbangkan/ skip/ men-delesi hal-hal lain.

 

Filter delesi ini-pun banyak berperan untuk membantu kita melupakan pengalaman-pengalaman yang tidak enak di masa lalu. Bayangkan jika tidak terdelesi, mau makan ingat pengalaman ini/ itu, mau kerja teringat lagi. Tentunya ini sangat mengganggu. Di sisi lain dalam percapakan, kemampuan men-delesi ini.

 

2) Distorsi, merupakan cara kerja pikiran untuk menghubung-hubungkan informasi satu dengan yang lainnya, walaupun belum tentu berkaitan/ berhubungan logis. Dalam contoh di atas, ketika kita melihat gambar mukena yang elegan/ premium, kita menghubung-hubungkan dengan shalat kita, akan menjadi khusyuk ketika menggunakan mukena premium, kita mengaitkan khusyuk dengan mukena/ pakaian yang terbaik. Contoh lain adalah iklan pasta gigi Close Up, yang mengaitkan nafas segar dengan keberhasilan membangun hubungan dengan orang yang kita inginkan (dalam iklan tersebut, adalah lawan jenis). Kalau semudah itu, tentunya kita semua cukup rajin sikat gigi agar disayang istri/ suami kita.. wwkwkwkwk..

 

3) Generalisasi, adalah kemampuan pikiran kita untuk mengambil kesamaan/ menyamakan/ menyamaratakan sesuatu berdasarkan kumpulan kejadian yang serupa. Misalnya dalam kasus di atas, sebagian sahabat BOBers menyatakan bahwa baiknya berhati-hati, karena “Umum-nya” kalau ada diskon yang terlalu besar + free ongkir, agak mencurigakan. Kata-kata umumnya, semuanya, sama saja adalah ungkapan menggeneralisasi. Kemampuan ini juga membantu kita untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sama. Misalnya cara membuka pintu, mau pintu apa, ketika gagang pintunya berbentu L, ya tinggal gerakkan gagangnya lalu, dorong/ tarik pintunya Bayangkan kalau kita tidak menggeneralisasi “cara buka” pintu, rasanya syulit yah..

 

Dengan memahami filter pikiran ini harapannya membantu kita untuk memahami pikiran kita sendiri. Ketika kita melihat pasangan kita cemberut, kadang kita langsung menyimpulkan, “wah dia lagi BT/ marah / ga suka sama saya” (distorsi), kita bisa mengkonfirmasi ulang pikiran kita, “apa iya kalau cemerut memang sedang marah ke saya?”. Ini memudahkan kita untuk menunda mengambil kesimpulan dan mencoba menanyakan kepada pasangan kita, sehingga tidak salah dalam bertindak.

Di gambar di atas kita lihat, ada hubungan saling mempengaruhi antara :

  1. Filter Pikiran mempengaruhi Pikiran/ Internal Representation (IR) 
  2. Pikiran/ Internal Representation (IR) saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi
  3. Fisiologi / Kondisi Fisik saling mempengaruhi dengan State / Perasaan/ Emosi

 

Apa lagi ini? 😅😅

 

Sederhananya begini, 

Dari filter pikiran ini mempengaruhi pikiran kita/ Internal Representasi (IR) . Internal Representasi (IR) merupakan gambaran ulang dari apa yang kejadian yang kita inderai (lihat, dengar, sentuh), kata dasar Internal Representasi jika kita artikan terdiri dari Internal : Dalam, Re : mengulang, Presentasi : menampilkan – – -> Perwujudan ulang/ persepsi. Dari contoh kasus Diskon 50% dan Free Ongkir di atas, ketika filter kita meng-generalisir “umumnya, kalau ada yang diskon terlalu besar dari biasanya, patut dicurigai”, akhirnya kita menggambarkan ulang “Ada yang patut dicurigai”, akhirnya timbul perasaan “Khawatir/ Takut Ditipu”. Contoh lainnya, misalnya pasangan kita berbuat salah, katakanlah lupa akan hari ulang tahun kita. Misalnya, kita menghilangkan kebaikan pasangan kita yang lainnya (men-delesi), lalu kita berpikir (IR) Oh, dia sudah ga peduli sama aku (Distorsi), akhirnya kita kesal dan kecewa (Perasaan/ Emosi/ State).

 

Bisa juga Perasaan/ Emosi / State ini juga mempengaruhi Pikiran/ IR kita. Kita ambil kasus di atas ya, kesal (Perasaan/ State) dengan pasangan kita akhirnya kita mengambil kesimpulan, dia sudah peduli sama Aku (Pikiran/ IR).

 

Kondisi Fisik-pun (Fisiologis) saling mempengaruhi dengan Perasaan. Kondisi fisik ini maksudnya bisa berupa keadaan fisik kita, fit atau tidak, bisa juga gerakan tertentu. Misalnya, saat kita marah, kita diperintahkan Rasulullah SAW untuk duduk, jika tidak juga reda kita diminta untuk berbaring, jika tidak juga reda kita diminta untuk berwudhu dan shalat. Dalam contoh ini setiap gerakan tentunya mempengaruhi perasaan kita, akhirnya mencegah kita untuk berbuat yang tidak diinginkan/ seharusnya kita lakukan. 

Untuk membuktikannya, kita mencoba melakukan hal ini :

 

  1. Coba berdiri dengan tegap, lalu tersenyum, lalu kepala hadapkan ke atas (coba ya).. Lalu bayangkan hal-hal atau kejadian yang sedih. Kira-kira bisa? kalaupun bisa tentunya tidak mudah, karena fisiologis / kondisi fisik kita tidak mendukung munculnya perasaan sedih, gerakan tegap, tersenyum, biasanya dilakukan saat? senang bukan?

 

  1. Coba pejamkan mata kita. Lalu bayangkan, mangga yang masih muda, kedondong, jambu, dan jeruk asam. Bayangkan, satu persatu potongan mangga muda dicocolkan ke sambal rujak. Bayangkan… Lalu dimasukkan ke dalam mulut kita, lalu kunyah. Rasakan rasa kecutnya. Gimana? berasa ada air liur yang lebih banyak dari sebelumnya? Ini yang dimaksud dengan perasaan mempengaruhi kondisi fisik.

Perasaan Mempengaruhi Perilaku/ Action. 

Tentunya sudah keseharian kita, kalau kita mengomel biasanya perasaan kita sedang marah, ketika kita tertawa biasanya perasaan kita sedang bahagia/ senang. Perasaan dalam kajian Neuro Lingiustic Programming (NLP) disebut dengan juga dengan state of mind. Kadang buat orang “mood-mood-an”, perasaannya sangat berpengaruh pada perilakunya, sayangnya jika diteruskan akan terakumulasi pada hasil. Tentunya kalau kita ingin mencapai sesuatu, kita perlu menjaga perasaan kita agar tetap semangat.

Kesimpulan

Kejadian yang terjadi pada kita diterima oleh panca indera kita (lihat/ dengar/ sentuh/ rasa/ bau), lalu otak kita memfilternya, lalu akhirnya kita membuat persepsi tertentu, lalu mempengaruhi perasaan, akhirnya mempengaruhi perilaku kita, lalu berpengaruh pada hasil.

Bagaimana Mempraktekkannya?

 

  1. Untuk Diri Kita

Ada dua pembelajaran dari memahami struktur pikiran ini, yakni :

Pertama, Penting sekali untuk mengkonsumsi informasi-informasi yang memberdayakan, menyemangati, menginspirasi, dan memberikan dampak positi bagi kita. Ini akan mempengaruhi cara pandang kita, tentunya akan berdampak pada keputusan-keputusan yang kita ambil.

Kedua, Kita perlu memegang kendali atas perasaan kita, caranya bagaimana? pilih pikiran-pikiran yang memberdayakan. Ketika kita sedang tidak mood, tentunya kalau kita pertahankan perasaan tersebut, kira-kira ujungnya gimana? hasilnya tidak baik. Tentunya kita membutuhkan perasaan semangat misalnya yah. Maka coba hadirnya perasaan itu, caranya? gunakan pikiran kita, misalnya dengan membayangkan orang tua kita (di beberapa kasus sangat efektif), mimpi-mimpi kita saat tercapai, rasakan emosinya, lalu perkuat, jadikan Action! atau kita juga bisa menghadirkan pikiran akan permasalahan yang akan kita hadapi ketika kita tidak action, misalnya kalau saya membiarkan mood saya turun, maka utang saya tidak akan terbayar, kuatkan intensitasnya, lalu jadikan semangat untuk action.

Ketiga, Urutkan cara berpikirnya.. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka perlu perilaku/ action yang tepat, untuk Action yang tepat membutuhkan Perasaan yang tepat, Agar memiliki perasaan yang tepat, maka memerlukan pikiran yang tepat. Ini yang dikatakan Jaga Niat.



  1. Untuk Menjaga Hubungan Baik Kita dengan Orang Lain Di Sekitar Kita

Pertama, Hadirkan pikiran yang baik untuk mengasilkan perasaan yang baik, hadirkan perasaan yang baik untuk menghasilkan perilaku yang baik. Kita diajarkan untuk berprasangka baik / husnudzon (pikiran baik), agar perasaan kitapun baik, akhirnya perilaku kita dengan orang lainpun baik.

Kedua, ketika kita mengadapi situasi perasaan yang tidak baik terhadap orang lain, maka perlu berpikir yang baik, jika tidak bisa, maka buat gerakan / fisiologis yang mendukung perasaan yang dibutuhkan. Misalnya tadi ketika marah, maka kita diperintahkan Rasululllah SAW untuk duduk, jika masih marah maka berbaring, dst. Bisa juga mundur beberapa langkah lalu ambil nafas dalam-dalam, lalu atur nafas (perbaiki kondisi fisiologis), lalu hadirkan pikiran yang baik dan emosi yang baik.

 

  1. Kegiatan Bisnis

Pertama, Dalam bisnis tentunya kita punya visi tertentu. Agar tim mengikuti visi kita, maka hadirkan pikiran yang mendukung perasaan mereka dan pada akhirnya mengasilkan perilaku yang mengarah pada visi kita. Dalam budaya Inovasi disebut dengan Tanamkan Asumsi yang sesuai visi perusahaan. Contoh kasusnya adalah Zappos, yang memiliki visi yakni memberikan kebahagiaan kepada pelangan, karyawan, dan pemasok. Ada kasus dimana karyawannya ketika dihadapkan oleh konsumen yang menanyakan produk yang ingin dibeli, lalu tidak ada stoknya di Zappos. Karyawan tersebut merekomendasikan produk yang sama ke kompetitor, ini untuk memegang teguh visi tersebut. Dampaknya? tentunya loyatas konsumen.

Kedua, Dalam proses marketing ataupun branding, kita bisa menggunakan filter pikiran untuk membangun pikiran untuk membeli di benak konsumen. Contohnya, misalnya kita jual donat kukus, lalu kita bisa membranding mengasosiasikan (distorsi) dengan donat kukus dengan kesehatan. Kenapa? Karena tidak digoreng, artinya tidak berminyak. Akhirnya konsumen berpikir, bahwa donat kukus termasuk makanan yang sehat.

 

Demikian materi panjang ini.. 

Semoga bermanfaat..

Dibaca lagi ya.. Lalu dipraktekkan. Semoga bermanfaat. Barakallah fiikum…

Sampai Jumpa di Artikel selanjutnya !

Product-Market Fit : Bagaimana Membuat Target Market Kamu Menjadi Pasukan Militan Produk Kamu !

Product-Market Fit : Bagaimana Membuat Target Market Kamu Menjadi Pasukan Militan Produk Kamu !

Oleh Khairil Amin Rasyid (Founder BisnisOnlineBertumbuh.com)

Materi hari ini lanjutan dari materi sebelumnya, yakni tentang Produk – Market Fit.. 

Sebagaimana yang kita ketahui di materi 2 minggu lalu, yang membahas Marketing sebagai proses mengkomunikasikan value produk/ bisnis kita. Maka tentunya dalam proses komunikasi ada si penerima pesan atau yang disebut dengan audiens. Audiens ini dalam marketing disebut dengan Target Market.

 

Pertanyaannya selama ini kita mulai bisnis, mulai dari produk dulu atau bisnis dulu? sebenarnya boleh mulai dari salah satunya. Namun di kebanyakan kasus, menentukan target market terlebih dahulu jauh lebih efektif untuk memastikan keberlangsungan bisnis kita. Kenapa? karena dengan setelah menentukan target market, kita akan lebih mudah mengetahui akan kebutuhan dan keinginan mereka. Dengan begitu, tentunya kita akan mengetahui produk yang dibutuhkan mereka, bagaimana produk kita bisa menyelesaikan masalah/ memenuhi kebutuhan mereka, bagaimana mengkomunikasikan value produk kita, dan dimana kita bisa bertemu mereka.

 

Jika sudah menentukan target market, maka kita akan lebih mudah untuk membuat Product-Market Fit.

 

Pertanyaannya, apa sih Product-Market Fit?

Product-Market Fit adalah sebuah skenario atau cara dimana target market kita bisa melakukan pembelian, menggunakan produk atau layanan kita, hingga membagikan atau memberitahu orang lain mengenai produk kita dengan jumlah yang cukup besar/ massif. Bayangkan jika ini terjadi, maka akan sangat membantu kita untuk meningkatkan penjualan produk, tentunya akan sangat menopang pertumbuhan dari bisnis kita..

 

Konsep ini dikembangkan oleh Marc Andreessen dari Amerika Serikat. Konsep ini merupakan kondisi pada saat bisnis sudah ada di pasar dan sudah memilih sasaran pelanggan / target market yang tepat dengan produk yang kita tawarkan. 

Salah satu contoh ketika product market fit ini berhasil adalah ketika pelanggan kita secara akan senang hati menjadi menjadi sales person untuk produk kita. Kenapa ini terjadi? Biasanya terjadi karena pelanggan kita sudah mendapatkan dan merasakan value dari produk Kita, sehingga dia dengan senang hati dan penuh percaya diri membagikan kebahagiannya / rasa puasnya terhadap produk Kita, karena bisa menyelesaikan permasalah dia ataupun membantu Kondisi yang Diinginkan (KD).

 

Sederhananya dengan Product-Market Fit yang baik, maka pelanggan-pelanggan kita mau men-share pengalaman mereka menggunakan produk Kita kepada orang-orang di sekitar mereka dan follower mereka, kalau hari ini biasanya melalui media sosial yang dimiliki pelanggan Kita. Asik yaaa…. Dan itu gratis.. tis.. tis… Dan teman-teman dari pelanggan kita lebih mempercayai apa yang dishare pelanggan kita, ketimbang mereka melihat iklan produk kita, bahkan daripada endorse yang dilakukan oleh influencer. Coba deh tanya ke kita, kalau ada temen deket kita sharing pengalaman menyenangkan dia ketika memakai krim pencerah wajah, kira-kira perasaan kita bagaimana? penasaran? atau langsung skip, “ah ini mah iklan…”. Tentunya umumnya penasaran? dari interaksi itulah proses marketing secara gratis ini dan powerfull ini berjalan.

 

Produk-Market Fit ini pada akhirnya berdampak kepada proses marketing produk kita dengan dua hal yang menguntungkan :

Pertama, Lebih efesien, pelanggan dengan senang hati membagikan pengalamannya menggunakan produk kita (baca : promosi gratis)

Kedua, Lebih powerfull, umumnya orang akan lebih percaya orang yang menjadi teman/ kenalan dekatnya ketimbang konten dari iklan yang berbayar.

 

Selanjutnya bagaimana cara membuat / melaksanakan Produk-Market Fit yang baik?

 

Pertama, tentukan target market yang tepat!

Kita harus tahu kepada siapa kita akan mengkomunikasikan bisnis kita / produk kita. Coba tanya ke diri kita, “Kira-kira, siapakah yang menjadi target pelanggan dari produk kita?” Jika jawabannya adalah siapa saja, kalau perlu semua orang, pokoknya kalau ada nafasnya, “nah itu pelanggan saya!” 😄. Kira-kira akan lebih mudah menjual produk kita atau sebaliknya?

 

Pertanyaannya, caranya gimana?

1. Tentukan kira-kira siapa yang membutuhkan produk kita, yang dengan adanya produk kita problem/ kebutuhan/ keinginan mereka bisa terpenuhi. Ini penting sekali, karena kita tidak bisa menawarkan produk kita kepada orang yang tidak membutuhkannya. Dalam mempertimbangkan hal ini, kita harus pastikan populasinya banyak. Misalnya ketika kita menjual produk pelangsing tubuh, ya tentunya kita hanya bisa tawarkan pada orang yang punya masalah dengan berat badan/ bentuk tubuhnya. Tips terbaik di tahapan ini adalah tentukan target market yang dengan spesifik masalah dan bisa diselesaikan dengan solusi yang spesifik juga. Misalnya, kita menjual mukena premium. Maka coba fokuskan ke orang-orang yang kalau dikasih mukena biasa saja merasa ga puas, kurang elegan, kurang berkelas atau kurang nyaman. Ini adalah problem yang lebih spesifik, karena umumnya adalah orang pakai mukena hanya untuk shalat saja, tetapi ketika sudah pada hal yang spesifik tadi seperti ingin yang lebih elegan atau berkelas, maka tidak bisa diselesaikan dengan mukena biasa. Cari problem spesifik mereka yang bisa diselesaikan dengan mukena premium (solusi yang spesifik, bukan mukena yang biasa saja).

2. Tentukan, siapa yang mampu mengeluarkan uangnya untuk membeli produk kita sesuai harga yang telah kita tentukan. Pernah jualan menghadapi orang-orang yang tawar dengan harga yang rendah sekali, dan ujung-ujungnya bilang produk kita mahal? Kalau mereka bilang mahal, tanyakan dibandingkan dengan apa? dengan produk kompetitorkah? ataupun dibandingkan dengan isi kantong mereka? kalau dibandingkan dengan isi kantong mereka, maka itu bisa dipastikan, salah target market. Dalam mencari target market orang yang mampu mengeluarkan uangnya untuk membeli produk kita, maka perlu dipertimbangkan faktor demografi (jenis kelamin, usia, kota domisili, tingkat pendidikan, tingkat ekonominya) dan psikografi (kebutuhan psikisnya). Dari pengalaman saya ketika iklan di Facebook Ads, kalau orang yang masuk chat CS saya yang tadi mau membeli ternyata ga jadi karena faktor harga, biasanya saya ubah rentang umurnya, misalnya saya naikkan dari usia 25 – 45 tahun, maka saya geser ke usia 30 – 45 tahun, dengan pertimbangan semakin tua, maka kemungkinan jenjang karirnya lebih tinggi, tentunya gajinya berbeda. Untuk faktor psikografis, bisa dilihat dari gambar hirarki kebutuhan psikologis oleh Abraham Maslow, semakin level atas, biasanya semakin banyak uangnya.

Orang yang sudah selesai kebutuhan dasarnya, kemungkinan daya belinya lebih tinggi.

3. Tentukan orang yang familiar kita kenali kebutuhan dan perilakunya. Akan lebih mudah bagi kita untuk merumuskan cara promosinya, penggunaan copy writing-nya, lewat media apa, dan sebagainya. Kalau belum mengenalnya, maka ajak ngobrol mereka, tanyakan harapan mereka terhadap produk kita yang mereka pakai.

 

Kedua, Tentukan value proposition produk kita

Value proposition merupakan sebuah bagaimana produk kita bisa membantu memenuhi kebutuhan pelanggan kita secara lebih baik dibandingkan dengan produk yang sudah ada atau kompetitor. Hal ini guna memberikan ciri khas yang bisa jadikan branding dari produk kita 

 

agar lebih mudah diingat oleh pelanggan kita. Fokus saja pada beberapa hal saja dimana hanya kita yang bisa memenuhinya dan memberikan dampak besar untuk pelanggan produk kita.

 

 

Ketiga, uji coba, jika diterima target market, gas!

Penting sekali untuk test dahulu produk kita, tidak langsung menyetok banyak atau produksi banyak. Tes dahulu, apakah diterima oleh target market kita atau tidak dan apakah terjadi pembelian ulang (repeat order). Jika kedua hal ini tercapai, maka kita bisa besarkan usaha marketing kita dan stok ataupun produksi lebih banyak. Jika proses ini berulang, maka gas! Maksudnya? Anggarkan biaya marketing yang lebih besar, seperti budget iklan di facebook Ads ataupun media lainnya, meng-endorse melalui micro influencer dengan jumlah yang banyak, dan sebagainya. Kenapa? Ada kemungkinan kompetitor melihat trend ini lalu mengekor, ketika mereka mengekor, kita sudah maksimalkan penjualannya dan mempunyai budget untuk menguji membuat varian produk baru yang sejenis. Jadilah market leader!

 

 

Demikian materi ini saya sampaikan. Semoga bermanfaat…

Terima kasih sahabat sudah membersamai proses belajar ini.

Barakallahufiikum 🤲🤲🤲

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu Oleh Khairil Amin Rasyid Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy

Read More »

Bagaimana Membawa Perubahan Bagi Diri (dengan NLP Change Model)

Setiap dari kita pastinya memiliki keinginan untuk mengalami perubahan, baik pada diri maupun lingkungan (keluarga ataupun bisnis), misalnya ingin berubah dari malas menuju rajin, dari omset 10 juta per bulan menuju 100 juta perbulan, dari kondisi keluarga yang cuek menuju keluarga yang hangat, dari kondisi hubungan dengan mertua yang kurang baik menuju hubungan yang hangat, dll…

 

Kira-kira, pola apa yang bisa di lihat di atas?

yup, yaitu ada pergerakan dari Kondisi Saat Ini (KS) → Menuju → Kondisi Yang Diharapkan (KD), dari kondisi A menuju kondisi B. 

Maksudnya gimana?

Maksudnya adalah setiap perubahan yang kita harapkan adalah perjalan dari Kondisi Saat ini (KS) menuju Kondisi yang Diharapkan (KD). Untuk menjelaskan hal ini kita memakai konsep NLP Change Model.

 

KS –> KD

 

Kalau kita ambil salah satu contoh di atas :

KS : dari omset 10 Juta / bulan

Menuju

KD : omset 100 Juta/ bulan. 

 

Jika kita mau ada perubahan, maka yang perlu disadari adalah Kondisi Saat ini (KS) dahulu, baru Kondisi yang Diharapkan (KD). Kenapa? Karena dengan itu kita mengetahui sejauhmana jaraknya dari KS menuju KD. Kalau lihat contoh di atas dengan KS : omset 10 Juta/ bulan dan KD : omset 100 Juta/ bulan. Berarti jaraknya adalah 90 Juta/ bulan. Hal ini pun sama dengan perubahan yang kita inginkan dalam diri, atau hubungan kita dengan orang lain. Kita perlu menyadari kondisi sekarang itu seperti apa, dan kondisi yang diharapkan seperti apa. Misalnya dari Malas Posting menuju Rajin Posting. Tinggal dijabarkan Kondisi malas posting itu seperti apa? Contoh, dalam seminggu saya hanya posting 1 kali. Lalu kondisi rajin posting itu contohnya dalam seminggu saya posting 7 kali. Berarti jaraknya adalah 6 kali seminggu ☺️🙏🏻

 

Jika digambarkan proses KS –> KD seperti berikut

Untuk mencapai kondisi yang kita inginkan, maka diperlukan Sumber Daya / Resources yang menjembatani prosesnya.

Sumber daya ini bisa berupa Ide, Opsi/ pilihan,, cara perencanaan, ataupun pendekatan. Pertanyaan sumbernya dari mana?

 

Sumbernya bisa dari :

  1. Pengalaman masa lalu
  2. Membayangkan masa depan
  3. Orang lain.

 

Kita bahas satu per satu ya.

 

  1. Pengalaman Masa Lalu

Ini diambil dari pengalaman di masa lalu kita yang relevan dengan kondisi yang inginkan…

 

Misalnya:

Kita ambil contoh tadi, kita ingin bisa posting sebanyak 7 kali dalam seminggu.

 

Kita mengalami kesulitan karena adanya rasa malas. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kita perlu perasaan semangat. Karena dengan rasa semangat ini, kita mempunyai energi untuk memposting lebih banyak. Rasa semangat ini bisa diambil dari pengalaman masa lalu. 

Untuk mempraktekkan-nya, kita bisa memejamkan mata lalu mengakses (membayangkan/ mengingat-ingat) pengalaman kita di masa lalu, kejadian apa dimana kita sangat bersemangat, ingat-ingat lagi kenapa? Misalnya saat bisa bangkit dari kondisi bangkrut. Lalu ingat-ingat lagi kenapa bisa memiliki semangat yang kuat untuk bangkit dari kebangkrutan. Misalnya karena Ingin membahagiakan keluarga. 

Lalu bayangkan/ ingat-ingat/ coba dengarkan ada kalimat apa saja yang kita dengar saat itu. Kuatkan ingatan itu. Lalu hadirkan di kondisi saat ini. Rasakan semangat itu lalu, kerjakan sejumlah postingan yang kita tetapkan.

 

Kebiasaan Ini bisa dilatih, ketika semangat kita sedang drop. Kita bisa hadirkan pengalaman di masa lalu dimana kita sangat bergelora, kita rasakan semangatnya, lalu diperkuat. Lalu kerjakan apa yang sudah kita tetapkan (Kondisi yang Diinginkan)

 

  1. Membayangkan Masa Depan

Membayangkan masa depan ini merupakan sumber daya yang bisa kita gunakan untuk mencapai Kondisi yang Diinginkan (KD). Dalam pembahasan ini, untuk mendorong diri kita agar bisa melakukan apa yang rencanakan, maka kita membayangkan di masa depan saat kita mencapai Kondisi yang kita inginkan (KD), bayangkan apa yang kita lihat saat itu, bersama siapa? Kalimat apa saja yang kita dengarkan, rasakan perubahan pada tubuh kita (misalnya rasa ringan, rasa semakin ingin bergerak, mengepalkan tangan dsb). Rasakan apa rasanya! Senang? bahagia? Lebih Tenang?

Oke, rasakan perasaan itu… Lalu amplify / kuatkan! 

Lalu gunakan rasa itu untuk melakukan rencana kita!

 

Membayangkan masa depanpun sebenarnya bisa kita gunakan ketika kita ngerasa ga punya ide.

Lho kok bisa?

 

Coba lakukan yang tadi…

Bayangkan saat kita sudah mencapai Kondisi yang kita Inginkan dan rasakan perasaannya…. Bayangkan, dengarkan, dan rasakan secara detail. Hadirkan…

 

Bayangkan kita berada di masa depan itu di kondisi yang kita inginkan (KD).

 

Lalu kita lihat ke belakang, lalu tanya ke kita, apa saja yang kita lakukan sehingga kita bisa mencapai ke kondisi yang kita inginkan itu. Maka umumnya, ide itu akan keluar, kita melakukan A, B, C, D.. dan seterusnya….

 

Dan ini pun bisa dilatih, untuk mengeluarkan ide-ide agar kita bisa mencapai keadaan yang kita inginkan.

 

  1. Orang Lain

Ini adalah sumber daya di luar diri kita. Dalam bisnis sering dilakukan, yakni ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Yang perlu kita lakukan adalah menentukan siapa atau bisnis apa yang akan kita amati dan tiru. Tentunya adalah orang/ bisnis yang relevan dengan bisnis kita. Maka apa yang bisa kita amati :

  1. Lingkungan: Kondisi orang / bisnis yang ingin kita tiru. Misalnya kita ingin meniru Kang Dewa ( ga apa-apa ya nyebut nama 😅. Contoh aja ini). Kita amati, omsetnya berapa? Berapa banyak bisnisnya? Bikin semangat? 😅.
  2. Perilaku apa saja yang orang/ bisnis itu lakukan  Cek kebiasaan yang dilakukannya. Misalnya, posting rutin, posting yang relevan dengan target market, ngiklan berbayar (FB Ads), dsb. Amati dan catat.
  3. Kemampuan apa yang dimiliki. Kita bisa riset kemampuan apa yang orang itu miliki, misalnya Kang Dewa yang memiliki skill copywriting, cari polanya di copywritingnya.
  4. Nilai dan Belief yang dimilikinya. Nilai/ value di sini adalah apa yang dianggap penting/ berharga, sementara Belief adalah apa yang dianggap benar. Misalnya kita ingin mengamati orang yang sukses bisnisnya, ternyata dia gemar sedekah, maka kita riset belief apa yang ada pada dirinya. Misalnya sedekah memperlancar doa kita, karena dengan sedekah, dosa-dosa yang menghalangi doa kita diampuni Allah SWT.
  5. Identitas yang melekat pada diri orang/ bisnis yang kita ingin tiru. Kita sendiri suka melakukan ini lho. Buktinya? Kita suka bilang saya mah orangnya… Ini…. Itu… Nah itu namanya melabeli diri dengan identitas tertentu. Maka perlu kita riset, orang/ bisnis yang ingin kita tiru identitasnya seperti apa? Misalnya, Orang yang bermanfaat untuk ummat.
  6. Spiritualitas atau Tujuan Hidupnya. Umumnya orang-orang/ bisnis yang sukses memiliki tujuan/ kebermaknaan tertinggi yang ingin dicapainya. Misalnya orang yang ingin kita tiru adalah orang yang ingin bermanfaat untuk ummat, maka cek lagi apa tujuan tertingginya. Misalnya ingin bertemu Allah SWT dengan bekal yang cukup atau ingin beribah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya ibadah. Ini adalah lapisan-lapisan ketika kita ingin menjadikan orang lain sebagai sumber daya yang kita gunakan untuk mencapai kondisi yang kita inginkan.
  • Acuity / Kepekaan

Kita perlu lebih peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pencapaian kondisi yang kita inginkan (KD).

Perubahan bisnis yang terjadi hari ini terutama di bidang branding, marketing, dan sales via online sangat cepat berubahnya. Dulu pemasaran bisa via twitter dan BBM (BlackBerry Messager), lalu trend bergeser dengan hadirnya Instagram dan WhatsApp, lalu hadir Marketplace (Shopee/ Tokopedia/ Lazada/ Buka Lapak), lalu hadir TikTok, dan pandemi. Ini tentu menyebabkan banyak perubahan peta permainan bisnis.

Maka di sini, kita perlu peka terhadap perubahan yang ada. Kebayangkan kalau kita masih kekeuh jualan pakai BBM 😅. BBM sendiri juga sudah ga ada. Begitu cepat Perubahan yang ada, maka kepekaan (acuity) bisnis kita harus selalu diasah.

 

Begitupun dengan perubahan diri, ketika kondisinya berubah, maka bisa jadi perencanaan pun perlu diubah.

  • Flexibility/ Fleksibel

Tentunya tidak semua dan selalu rencana yang kita buat, bisa berjalan dengan lancar terlaksana sehingga kita bisa mencapai kondisi yang kita inginkan (KD) yang telah kita tetapkan. Terkadang kita gagal, baik yang bersumber pada diri kita ataupun di luar diri kita. Maka solusinya adalah fleksibel. Ketika rencana kita gagal, evaluasi, cari akar masalahnya apa? Lalu perbaiki. Jika rencana kita sudah tidak relevan/ menjawab/ membantu pencapaian KD kita, maka ubahlah.

 

Hari kita bisa melihat jelas bagaimana perusahaan Meta, yang membuat platform Facebook dan Instagram, merespon Tiktok yang menjadi platform distribusi konten video pendek, apakah mereka tetap dengan cara lama mereka? Instagram tetap berfokus pada gambar/ foto yang bagus-bagus, dan Facebook tetap menjadi sosial media yang menghubungkan teman-teman lama si usernya?

 

Begitupun kita/ bisnis kita. Ketika peta permainan berubah, ya fleksibel, ganti cara main kita. Hari ini kita mengenal istilah, berubah atau punah? Kira-kira kita pilih mana?

  • Ekologis/ Kongruen/ Selaras

Setiap perubahan yang kita tetapkan haruslah disesuaikan dengan kondisi yang berlaku juga aspek-aspek kehidupan kita yang lainnya. Jangan sampai ketika kondisi yang kita inginkan tercapai tetapi aspek kehidupan kita yang lainnya rusak. Bayangkan, koruptor ga menjadi korupsi kalau dia mempertimbangkan aspek agama dia, yang mengharamkan pencurian/ memakan hak orang lain. Bisa jadi tujuannya (menurut dirinya) baik, ingin menyenangkan keluarganya. Dia mencapai tujuannya, yakni memperbanyak kekayaannya agar keluarga senang, tapi tidak ekologis/ kongruen/ selaras. Hukum agama yang dianutnya, hukum negara, bahkan kode etik profesinya dia langgar semua. Tentu akan merusak pencapaian kondisi yang diinginkan-nya.

Contoh lainnya adalah ketika kita bisnis kita ingin maju, kita tetapkan harus kerja keras. Kita kerja siang dan malam, bahkan bagai kuda/ lebih dari kuda, karena tanpa istirahat 😁. Kira-kira apakah kongruen/ selaras? Kira-kira apa yang akan terjadi jika kondisi ini terus dipertahankan? Bagaimana jika kita sudah punya keluarga? Apakah akan bernilai bisnis yang maju, tetapi kita sakit-sakitan dan keluarga kita bubar? Tentu tidak yah

 

So, kalau mau berubah, maka kita perlu :

  1. Memahami kondisi kita saat ini (KS).
  2. Menetapkan tujuan kita/ Kondisi yang Diinginkan (KD).
  3. Carilah dan buat jembatannya dengan Sumberdaya/ Resources yang kita miliki.
  4. Pekalah terhadap perubahan yang ada.
  5. Fleksibel jika tujuan/ KD kita gagal tercapai, cari cara/ ide/ pendekatan yang lain.
  6. Capai-lah tujuan kita dengan Ekologis/ Kongruen/ Selaras dengan aspek-aspek kehidupan yang lainnya.

 

Semoga ini bisa membantu sahabat BOB di sini dalam membuat perencanaan perubahan baik dalam bisnis sahabat semuanya ☺️🙏🏻.



Btw, ini adalah pembahasan di kajian NLP. Next, InsyaAllah nanti kita bahas ya NLP untuk Bisnis dan Pengembangan Diri.

 

Demikian materi ini saya sampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan dalam menyampaikan materi ini.

Saya masih uji coba dan melakukan perbaikan, untuk mencari pola yang efektif untuk menyampaikan/ sharing materi yang dibutuhkan agar sahabat BOB di sini bisa terus bertumbuh baiknya dirinya maupun bisnisnya.

Barakallahufiikum ☺🤲🏻

 

Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Membangun Bisnis Online

Jadi hari ini kita akan coba membahas Memahami Bisnis dalam Konteks Inovasi dan Marketing. Dalam konteks maksudnya adalah dalam hal/ berkenaan ☺️.

 

Kenapa perlu membahas Inovasi dan Marketing, karena ini terkait dengan fase awal atau fase kritis pertama untuk kita semua dalam memulai bisnis.

Coba di sini siapa aja yang baru mulai? Atau sudah mulai tapi jatuh lagi, dan mulai dari nol lagi atau minus lagi?. Ga apa-apa sahabat ga sendiri 😁

Banyak kok yang gitu. Tapi ini bukan alasan juga ya untuk tidak bergerak untuk memperbaiki diri. 

 

Kenapa saya bilang ini, ada kalanya kita butuh teman untuk bercerita atau menyandarkan diri ke teman-teman yang mengalami hal sama, agar terasa tidak sendirian. Di titik ini yang terpenting adalah saling menguatkan, bukan saling membenarkan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan sehingga kita jatuh. Orang yang berhasil, tidak selalu dilihat dari titik kesuksesannya yang terlihat saja ya. Ya… Pencapaian hari ini.

 

Tapi yang perlu dilihat adalah seberapa banyak dia jatuh dan bangkit lagi.. karena bisa jadi jatuhnya lebih banyak dari berhasilnya. Namun karena titik keberhasilannya jauh di atas kegagalan/ jatuhnya, jadi titik itu yang terlihat jelas.

Dalam membangun Bisnis, menurut Peter Ferdinand Drucker, seorang Bapak Manajemen Modern, bisnis sejatinya terdiri dari 2 hal yakni

– Inovasi atau penemuan, dan

– Marketing atau pemasaran.

 

Inovasi dalam bisnis adalah kemampuan kita untuk menciptakan nilai/ value/ sesuatu yang berharga untuk konsumen bisnis kita. Maksudnya adalah sejauhmana bisnis/ produk kita bisa menyelesaikan masalah yang dialami konsumen kita. 

Pertanyaannya adalah apakah kita sudah mengetahui masalah yang dialami konsumen kita yang bisa diselesaikan dengan produk kita ?

Ini yang sering dilupakan sih…

Biasanya (walau ga semuanya) start bisnis/ usahanya dimulai dari Ide, “kayaknya produk saya bagus nih…”, “Masakan saya enak nih…”, “Saya suka buat kerajinan tangan ini, dijual kayaknya laku deh”…

 

Kita mulai dari diri kita, Bukan dari kacamata market/ orang bersedia dan mampu membeli apa yang kita sajikan kepada mereka. Kalau masih bingung, sederhananya… Ya dimulai dari ego kita sebagai pebisnis.

Kita bahas Poin Inovasi dan Marketing. Apa yang dimaksud dengan value/ nilai di sini adalah kemampuan bisnis/ produk kita dalam membantu konsumen kita menyelesaikan masalahnya ?

 

Value ini harus memenuhi Dua Kriteria, yakni :

  1. Fungsional
  2. Emosional

 

=> Fungsional maksudnya adalah bisnis/ produk/ jasa yang kita sajikan memiliki fitur-fitur, fungsi, ataupun benefit yang sangat berguna sekali dalam menyelesaikan masalah konsumennya.

 

Contoh: kalau kita jual mukena ya.. 😁

Misalnya harus nyaman,  menutup aurat untuk shalat, dan sizenya pas (tidak longgar banget ataupun kekecilan).

Untuk memenuhi aspek/ dalam hal menutup aurat dalam  shalat (syariat) sudah terpenuhi. 

 

Contoh kedua : misalnya kita jual makanan, bakso aci misalnya yah…

Kriteria fungsional adalah enak dan menyenangkan. 

 

Ini harus dipenuhi dahulu yah.. karena validasi produk/ sederhananya konsumen bisa ridha mengeluarkan uangnya untuk membeli produk/ jasa kita karena sudah memenuhi fungsi yang diharapkannya. Ini pentingnya kita untuk memastikan dahulu produk yang kita jual sudah pasti diridhai pelanggan kita yah 😁🙏🏻

 

Faktor ini juga yang membuat pembelian berulang/ repeat order dari konsumen terus terjadi.

 

Dan tahu apa artinya Cuan ? 😁 

 

Pembelian berulang ataupun berlangganan menjadi ruh bisnis kita. Tidak hanya itu, terpenuhi kriteria fungsional, pada umumnya membuat konsumen mau menjadi marketer gratis produk/ jasa kita. Dia akan senang sekali bercerita, merekomendasikan produk kita ke orang-orang di sekitarnya. Untuk apa? Agar orang-orang di sekitarnya merasakan manfaat yang sama dengan apa yang dia rasakan. 

Enak yah kalau dah begitu…

 

=> Kriteria yang kedua adalah Emosional. Nah.. ini menariknya. Pernah beli tas mahal dan juga yang murah? 

Katakanlah dengan kualitas yang sama…

 

Kira-kira kenapa? 

 

Umumnya karena kriteria Emosional ini yang memegang kendali. Karena kriteria Emosional ini, konsumen ridha / bersedia/ mau mengeluarkan koceknya lebih dalam untuk mendapatkan produk kita. Contohnya adalah HP yah… HP yang ada logo Apelnya di belakang, mencitrakan konsumennya sebagai orang yang lebih mapan, sukses, dsb…

Emosionalnya dimana? 

Mungkin Ingin “diakui”/ “lebih diterima” orang lain. Mobil Ferrari dan Kol bak (mobil niaga), sama-sama punya Dua Pintu. Bahkan kalau kita pikir-pikir lebih banyak fungsi mobil niaga daripada mobil sport (Ferrari misalnya).

Sederhana, karena faktor emosional, orang mau mengeluarkan koceknya yang kalau dikonversi nominalnya bisa membeli mobil niaga bisa lebih dari 10 mobil. 

 

Pertanyaannya: apakah kita sudah mengetahui faktor emosional apa yang ada di konsumen kita sehingga dia mau mengeluarkan uangnya untuk memiliki produk kita ?

 

Kalau sudah tahu.. ini enak banget, untuk copywriting/ penulisan bahasa iklan/ promo kita ya tinggal kata-kata emosional si konsumen kita. Misalnya agar terlihat cantik, agar disayang suami, agar makin eksis, agar ibadah semakin khusyuk.

 

Oke lanjut ya, terakhir…

 

=>  Marketing….

Saya ambil definisi Mas Syaiful Islam dari Inbound Marketing ya..

Marketing adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan value produk/ bisnis kita kepada konsumen kita. Definisi ini menarik. Karena lebih dalam maknanya. Dahulu saya berfikir marketing adalah kegiatan yang mendatangkan calon konsumen kita ke toko kita. Dalam bisnis online adalah bagaimana caranya kita mendatangkan traffic/ kunjungan calon konsumen ke toko kita. Toko ini dalam artian media online ya.

Misalnya: IG, Market Place, FB, TikTok shop kita, atau langsung ke WA bisnis kita.

 

Balik lagi… Kemampuan dalam mengkomunikasikan value produk kita menjadi poin terpenting dalam keberlangsungan bisnis kita. Sederhananya ketika kita berhasil mengkomunikasikan/ mengedukasi produk kita,  dengan menjawab kebutuhan/ masalah konsumen (dengan mengatakan, “wah gw banget nih!”, “Ini yang saya cari!”, “Wah ada yang baruuuu, sukaaa banget, cocok buat eksis di depan ibu-ibu pas antar sekolah si kecil nih 😅”). Maka kemungkinan besar transaksi/ jual beli terjadi.

 

Artinya apa?

Cuan berdatangan 😁

 

InsyaAllah kalau cuan lancar, dikelola dengan baik, bisnis kitapun akan bertumbuh dan memberikan manfaat… Aamiin Ya Rabbal Aalamiin 🤲🤲🤲 

 

Dalam menyampaikan/ mengkomunikasikan produk kita ada beberapa hal yang perlu dipahami :

  1. Harga lebih tinggi dari value : kemungkinan konsumen akan bilang, “mahal”.
  2. Harga sama dari Value : kemungkinan konsumen akan bilang, “oke saya beli deh, tapi bentar deh, cari produk lainnya yang sama, ada yang lebih murah gak?” 😅😅😅 (Drama belanja di Market Place).
  3. Value lebih tinggi dari Harga, apalagi value kriteria Emosional (dengan bumbu promo terbatas, diskon hari ini aja), maka konsumen akan cenderung langsung bilang, “beli sekarang!”  ☺️🙏🏻

 

Tapi ingat ya, jangan sampai apa yang kita komunikasikan menjadi over promise/ over claim/ berlebihan menyampaikan valuenya.. kalau ternyata kenyataannya valuenya di bawah itu..maka biasanya konsumennya bilang, “duh kapok dah” 😅

 

Sekian pembahasan hari ini, semoga ke depannya kita bisa sama-sama bertumbuh dan saling support ya🙏🏻😊. Sampai jumpa di Artikel selanjutnya !

Memahami Bisnis : Founder Fit “Mengetahui Apakah Bisnis Kita Cocok dengan Diri Kita”

Materi hari ini adalah bagian dari serial materi : Memahami Bisnis yang bertujuan mengantarkan sahabat agar bisa memahami bisnis sebaik mungkin. Harapannya ini bisa membantu kita semua, termasuk saya, untuk membangun bisnis yang berutumbuh, sustainable/ berkelanjutan dan bermanfaat/ berkah. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin 🤲🤲🤲

 

Materi yang kedua ini adalah lanjutan materi minggu lalu tentang “Memahami Bisnis : Inovasi dan Marketing”. 

 

Materi “Memahami Bisnis : Founder Fit, Mengetahui Apakah Bisnis Kita Cocok dengan Diri Kita”

Bertujuan agar kita bisa terbantu dalam memahami apakah bisnis kita sesuai dengan diri kita. Dan apabila belum sesuai, bagaimana caranya agar bisa selaras dengan diri kita, aspek hidup kita yang lainnya, seperti spiritualitas, pengembangan diri, keluarga, dan sosial. Dalam menjalankan atau sebelum menjalankan bisnis penting sekali kita untuk mengecek kembali  bisnis yang kita akan/ sedang jalankan, apakah sudah sesuai dengan diri kita atau tidak, jika tidak dan terlanjur berjalan, bagaimana menyelaraskannya?

 

Mengapa hal ini penting? Sederhananya ketika kita memilih bisnis sebagai jalan ninja kita 😁 atau jalan hidup atau profesi kita, maka kita perlu memahami apa alasan terpenting kita memilih bisnis ini?

 

Seperti yang kita tahu, bahwa dalam bisnis, kemungkinan gagalnya lebih besar daripada berhasilnya. Kemungkinan untuk tidak bertahan lebih besar daripada yang bertahan

 

Penelitian dari Universitas Tennessee pada tahun 2013 mengatakan bahwa 25% bisnis gagal setelah 1 tahun, kemudian berlanjut 35% setelah tahun kedua. Kegagalan ini lebih besar lagi ditahun ketiga, yaitu 44%. Artinya jika ada 10 bisnis, hanya akan ada 2-3 bisnis saja yang akan bertahan setelah tahun ketiga.

Tentunya apabila kita memahami alasan kita untuk menjalankan bisnis yang kita pilih, ini menjadi bahan bakar yang terus mendorong kita untuk bertahan selama mungkin, jika memungkinkan, bisa diwariskan ke anak cucu kita..

 

Simon Sinek menyebut bisnis sebagai infinity game/ permainan tanpa batas, bukan finite game/ permainan yang dibatasi. 

 

Maksudnya gimana?

Infinity game itu kita ibaratkan pertandingan sepakbola, dimana kita mengetahui siapa lawan kita, jelas aturan mainnya, dan berapa lama permainannya.

 

Infinity game menggambarkan bahwa apa yang kita lakukan jelas cara kerjanya dan batasan waktunya.

 

Sebaliknya infinity game menggambarkan permainan tanpa batas, yakni tidak jelas kapan berakhirnya, peraturannyapun bisa berubah-ubah, bahkan kita tidak mengetahui jelas kompetitor kita siapa dan apa yang dilakukannya.

 

Bisnis adalah infinity game, dimana selalu berkembang dan berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Dulu apabila kita mau berpergian menggunakan taksi, sudah terbayang mobil taksi itu ada neon box/ lampu merek di ata mobil, warnanya seragam ( kalau ga biru muda, kuning, atau putih misalnya ya), cara manggilnya harus ke jalan besar lalu kalau lewat dan kosong kita panggil pakai tangan. Sekarang? Tentunya sudah sangat berbeda dengan hadirnya taksi online. 

Mungkin kalau hari ini kita ke pinggir jalan lalu berhentikan taksi, bisa jadi tampak aneh.

Begitupun model bisnis, awal tahun 2000an, mungkin kita ga terbayang sampai tahapan hari ini, dimana komunikasi hanya lewat telp dan SMS. Ingin punya bisnis harus punya barang, ada lapaknya/ tokonya, dan sebagainya. Hari ini semakin mudah, ga ada barang bisa dropship, ga toko fisik, bisa buat toko di sosial media ataupun marketplace. Pelanggan hadirpun lewat chat..

Semuanya semakin mudah. Maka persaingan-pun semakin ketat, karena pemainnya-pun semakin banyak.

Tanpa mengetahui Alasan mengapa kita memilih bisnis kita, maka sulit sekali bagi kita untuk bertumbuh, bahkan sekedar untuk bertahan.

(Alasan yang kuat)

 

Dasar alasan / tujuan yang kuat ketika kita menjalankan bisnis  inilah yang nanti yang menjadi dasar kita menyusun bagaimana caranya dan Melalui atau dengan apa tujuan bisnis kita bisa dicapai.

 

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika kita hendak memulai ataupun menjalan bisnis, saya sebut PE3M :

 

  1. P : Passion

Sejauh mana Kita enjoy/ menikmati di situ, kita sangat menyukainya. Patokannya adalah walaupun tidak dibayar, kita dengan senang hati menjalankannya. Walaupun gagalpun, kita maju terus.

 

  1. E : Expertise/ keahlian Ini adalah dimana kita ahli di bidang tersebut, ataupun kita sangat menikmati proses belajar di bidang tersebut.

 

  1. M : Market, 

Populasi target marketnya banyak, yaitu orang-orang yang Mau (kebutuhannya terpenuhi oleh bisnis/ produk kita) dan Mampu untuk membelinya.

 

  1. M : Mission

Yakni dimana kita memiliki tujuan tertinggi ketika menjalankan bisnis yang kita pilih. Faktor ini adalah yang terpenting.

 

  1. M : Money, 

Yaitu dimana tidak hanya banyaknya orang bersedia mengeluarkan uangnya untuk  mendapatkan produk dari bisnis kita, tetapi sejauhmana bisnis ini bisa terus mengalirkan uang kas kita, yang nantinya digunakan untuk pertumbuhan bisnis kita selanjutnya.

 

Pertanyaan urutannya bagaimana? Mana yang lebih penting ada lebih dahulu.

Kita urutkan yah Mana yang lebih dahulu :

Pertama, Mission

Kedua, Passion

Ketiga, Market

Keempat, Money

Kelima, Expertise

 

Pertama, Mission

Ini adalah energi terbesar dalam menjalankan bisnis kita. Alasan yang kuat ini biasanya lebih bertahan jangka lama, dia akan menemukan caranya. Bisa jadi di bisnis A, kita tidak merasa cocok, maka dengan Mission, kita akan memperbaiki mana yang kurang, ataupun mencari jalan lainnya, misalnya Bisnis B.

Kita tidak berhenti begitu saja ketika kita menemukan hambatan, bahkan kegagalan, ini menjadi sumber energi untuk terus bergerak.

Bagaimana menemukannya?

Tanyakan kepada diri kita, mengapa ini penting? Atau seberapa penting? Ketika kita hendak memulainya/ sedang menjalaninya.

Contoh :

Saya mau bisnis jualan mukena

Mengapa ini penting?

Karena saya bisa ikut serta menjalankan membantu orang-orang lebih khusyuk dalam shalatnya. Karena dengan pakaian terbaik harapannya bisa semakin terasa khusyuk. 

Mengapa ini penting?

Bisa menjalankan bisnis yang berkah, membuat saya lebih tenang. Saya mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Mengapa ini penting?

Karena saya ingin memiliki bekal yang cukup di hari akhir nanti untuk bertemu Allah SWT di SyurgaNya. Aamiin

Lebih dalam, biasanya bergetar hati kita.

Kedua, Passion

Ini menjadi yang kedua karena dengan passion, kita merasakan bebas hambatan, punya semangat terus, mau keadaan menurun, kompetitor banyak, permainan bisnis berubah, kita akan terus enjoy. Passion ini membuat daya tahan kita dalam menjalankan bisnis sehari-hari menjadi lebih kuat. Mungkin berjam-jam tidak terasa, biaya yang keluar tidak mengapa. Karena apa? Kita senang menjalaninya 😅👍🏻

Passion ini kadang abstrak, misalnya bisnis apa juga suka, asal ada duitnya. Terus ditanya apa yang disukai, kadang duitnya 😅 atau aktivitas jualannya.

Ketiga, Market

Jelas, bisnis kita harus ada target market yang jelas dan populasinya harus banyak. Bisnis ya dimulai dari market dulu, karena dari sana transaksi ada. Orang yang membutuhkan produk untuk mengatasi masalahnya harus banyak. Ini yang membuatnya tidak musiman.

Keempat, Money

Penting sekali untuk memastikan bahwa bisnis yang kita pilih bisa terus mengalirkan uang, tentunya musiman bisa jadi boleh, yang harus dijawab adalah selanjutnya apalagi? Cari akarnya.

Misalnya kita mulai dari es kepal Milo, karena booming, akar produknya apa? Minuman. Dari sana kita harus menyiapkan produk selanjutnya agar bisa terus mengalirkan money ke bisnis kita.

Kelima, Expertise/ Keahlian

Kenapa ini yang terakhir? Karena bisa dipelajari. Kita sudah punya alasan yang kuat dan kitapun senang menjalankannya. Maka mempelajari bisnis tersebut lebih dalam akan lebih mudah, terlebih lagi dengan informasi/ ilmu yang berserakan di YouTube ataupun artikel di website, tinggal googling aja. ☺️👍🏻 

Oke setelah punya kelima hal di atas, selanjutnya bagaimana?

Bagaimana memulainya/ menyelaraskannya?

Bagaimana memulainya?

  1. Awali dari yang termudah dan berdampak

Mulailah dengan yang termudah dahulu, yang menyenangkan kita, yang berdampak pada tujuan kita. Kalau perlu discoring/ diurutkan mulai dari dari mudah dan berdampak terlebih dahulu.

  1. Bebaskan diri kita

Maksudnya adalah lakukanlah selepas mungkin, jauhi pikiran berlebih, pikiran rasa bersalah karena pernah gagal. Lakukan seperti anak kecil.

  1. Selaras dan Istiqamah

Lakukan dengan selaras, disesuaikan dengan konteks kita berada. Maksudnya? Sejauhmana bisnis yang kita jalani selaras/ sejalan dengan syariat, dengan kepentingan keluarga kita, kondisi kesehatan kita, dengan waktu dan sumber daya yang kita miliki. Jangan sampai kita menjalankan bisnis tetapi tabrak sana sini, atau mengorbankan keselarasan kehidupan kita yang lainnya. Misalnya kita bisnis tujuannya untuk membahagiakan keluarga, tetapi dalam menjalankannya justru kita ga punya waktu berkumpul bersama keluarga. Maka di sini kita perlu evaluasi lagi. Setelah selaras, lakukan dengan Istiqomah/ persisten/ terus menerus, lakukan yang terbaik di setiap part-nya/ tahapannya/ prosesnya. Karena bisa jadi apa yang kita anggap sepele ternyata itu membawa dampak besar pada kehidupan bisnis kita. 

  1. Merayakan kemenangan kecil.

Kunci bersyukur adalah kita menyadari nikmat yang Allah SWT kasih sekecil apapun itu. Sama hal dengan kaidah ini, memberikan penghargaan atas keberhasilan kita sekecil apapun membuat kita semakin semangat, banyak bersyukur, dan memiliki energi yang besar dan terus menerus untuk menjalankan bisnis kita.

  1. Hadir seutuhnya.

Maksudnya adalah kita benar-benar menjiwai saat menjalan bisnis kita, maksudnya kita benar-benar memaksimalkan waktu yang kita punya ketika menjalankan bisnis kita.

Contohnya: ketika kita posting, fokuslah ke posting, jangan ke scrolling. Ketika kita rapat dengan tim, fokuslah kepada masalah yang kita hadapi, kepada orang-orang yang ada. Hindari pikiran yang berkelana. ☺️👍🏻 

Semoga materi ini bisa membantu sahabat BOB di sini dalam menemukan dan menjalankan bisnisnya. Sampai jumpa di Artikel selanjutnya.

Micro Hijrah, Cara Merubah Hidup Menjadi Lebih Baik

 “Micro Hijrah, Cara Merubah Hidup Menjadi Lebih Baik”

Oleh Khairil Amin Rasyid 
Founder BisnisOnlineBertumbuh.com

Dalam menjalani hidup, sering kali kita dihadapkan pada keinginan untuk melakukan perubahan, yang didasari oleh kesadaran diri kita bahwa kita perlu melakukan sesuatu untuk mencapai hal yang baik, ataupun sebaliknya untuk meninggalkan hal yang buruk. Misalnya: 

– Kita ingin menambah ilmu agama, agar semakin bisa memahami agama dan menguatkan iman.

– Kita ingin meningkatkan omset, agar bisa support keuangan keluarga ataupun semakin bermanfaat dengan memperbanyak sedekah.

– Ingin menurunkan berat badan, agar semakin energik dan produktif, akhirnya ibadahpun semakin bertambah dan berkualitas. Kecenderungan setiap dari kita selalu ingin mencapai sesuatu, ataupun sebaliknya menghindari sesuatu. Menghindari sesuatu misalnya :

 

Mau bisa menahan hawa nafsu berlebihan terhadap makanan, agar bisa mengontrol kalori yang kita konsumsi. Ketika kita ingin melakukan perubahan,  pada kondisi tertentu seringkali itu membutuhkan “DIRI KITA DAHULU UNTUK BERUBAH”. 

Nah, seringkali Kita tahu harus berubah, kita sadari pentingnya untuk berubah, dan  rasakan emosinya kalau perubahan itu tercapai ataupun gagal. 

Kita memutuskan untuk berubah namun sulit dilakukan/ gagal untuk dilakukan, bahkan untuk sekedar memulainya-pun sulit untuk dilakukan. Nah, setelah menyadari bahwa ternyata “ADA GAP/ JARAK” antara kesadaran Kita untuk berubah dengan pelaksanaannya/ eksekusinya. Dan ketika kita tidak mampu mewujudkannya, Bisa jadi ini yang membuat kita frustasi, bahkan kehilangan kepercayaan diri.

Konsep Micro Hijrah mungkin bisa jadi solusi untuk teman-teman. Konsep ini saya dapatkan dari istri saya ketika mengikuti pengajian yang difasilitasi oleh Kang Irfan Amalee. 

Konsep micro hijrah sederhananya adalah bagaimana kita bisa melakukan dengan lebih mudah, bertahap, berkesinambungan/ sustainable, dan mudah untuk istiqamah. Dimulai dengan hal-hal yang kecil dan mudah. Kalau Aa Gym bilangnya, 3M : Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang Kecil-kecil, dan Mulai dari Sekarang. Nah, untuk membuat/ mewujudkan perubahan pada diri, ada yang menarik Ketika saya mengikuti kajian Neuro Linguistic Programming (NLP) yang difasilitasi oleh guru saya Coach Darmawan Aji, beliau katakan bahwa untuk membuat perubahan diri, penting sekali untuk membangun kebiasaan.

Maksudnya adalah diperlukan rutinitas yang  dibangun dengan memilih perilaku yang termudah dan berdampak dahulu.

Ingat, kata kuncinya adalah Paling Mudah dan Berdampak.

Paling mudah dan berdampak maksudnya ialah bagaimana kita bisa menentukan perilaku yang bisa mudah kita lakukan namun memberikan dampak yang besar pada pencapaian kita.

Agar mudah dipahami saya beri contohnya :

Contoh 1 :

Misalnya kita menginginkan bisa turun berat badan 10 kg dalam 5 bulan. Maka katakanlah kita ambil keputusan mau olahraga.. Kira-kira kalau membayangkan olahraga apa yang dibayangkan? Lalu apa rasanya? Berat? Keringetan? Capek? Agar bisa dibangun mau olahraga rutin, bisa dimulai dengan menggelar matras yoga di ruang keluarga (misalnya 😁). 

Kenapa?

Karena kalau suami/ anak-anak tanya, “kok ada matras di ruang tamu?” Kita jawab, “mau olahraga” 🤭. 

Nah, malu dong kalau ga mulai…

Aktivitas “Menggelar Matras” itu lebih mudah, daripada membayangkan olahraga bukan? 

Coba kalau aktivitas ini dilakukan setiap hari, hasilnya bagaimana? 👍🏻👍🏻👍🏻

Contoh kedua, 

Misalnya kita ingin meningkatkan omset, kita tahu bahwa harus riset market, lalu buat postingan setiap hari…

Kadang kita merasa berat..

“Kan ga ada ide”, “Duh, apalagi ya yang diposting?”, “Scrolling dulu deh”… Walhasil hilang deh waktunya untuk memposting. 😅

Bisa jadi untuk mengejar omset bisa dimulai dari membayangkan setiap hari. Ya sederhana, membayangkan aja.. Kalau omset tercapai, maka kita akan bahagia, kita bisa menafkahi keluarga/ membantu ekonomi keluarga, bisa banyak sedekah, bantu orang tua dsb…

Gimana rasanya?

Menyenangkan?

Semangat?

Semakin membara?

Lalu lanjutkan dengan membayangkan diri kita melakukan aktivitas posting dengan menyenangkan dan penuh semangat… Kira-kira jika aktivitas ini dilakukan Istiqomah berulang-ulang setiap hari, bagaimana hasilnya?

Ada juga orang yang hanya membayangkan orang tua, itu sudah menjadi energi baginya untuk membangun aktivitas yang diperlukan 

Sederhananya hanya dengan membayangkan saja di awal sebelum melakukan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Mudah, hanya membayangkan bisa menghasilkan..

Ya tentu setelah semangat, langsung dikerjakan ya…

Jangan lanjut scrolling… Malah lupa udah semangat tadi 😅

Pertanyaannya “Kenapa dari yang termudah?”

Jawabannya adalah karena cara kerja otak kita. Ketika otak mengenali adanya “sebuah perilaku yang bisa mengubah” kebiasaan yang sudah nyaman dan lama kita lakukan, apalagi perubahan perilaku yang ekstrim atau berat dilakukan, maka otak kita cenderung memblokade/ memblok perilaku baru tersebut, sehingga tidak pernah bisa dilakukan secara rutin. Ini yang orang-orang katakan sebagai Keluar Dari Zona Nyaman. Perubahan sulit dilakukan, karena otak kita mengenalinya sebagai hal yang “Tidak Nyaman !”. 

Nah, perubahan kecil dan termudah ini membuat otak kita menjadi lebih  tenang, nyaman, dan pada akhirnya bisa menandai perilaku rutin tersebut sebagai “kebiasaan yang bisa dilakukan terus menerus”. 

Bagaimana langkah-langkahnya agar kita bisa melakukan Micro Hijrah ini? Kurang lebih ada 9 tips untuk melakukannya:

1. Tetapkan tujuan besarnya. 

Cari tujuan tertingginya. Orang-orang menyebutnya sebagai Strong Why. Kita bisa gali dengan menanyakan beberapa kali “Kenapa?” kepada diri kita tentang tujuan kita, agar lapisan-lapisan ini terbuka. Ini perlu kita bedah, karena dengan ini akan muncul kesadaran penuh, akan alasan mengapa tujuan ini perlu dilakukan.

Misalnya,

Saya ingin langsing. 

Kenapa?

Karena ingin sehat.

Kenapa?

Karena kalau sehat, saya bisa bermanfaat lebih banyak. Bisa memberikan kebahagiaan untuk orang-orang yang saya sayangi.

Kenapa?

Karena ketika mereka bahagia, sayapun bahagia.

Kenapa?

Karena ini semuanya adalah wujud dari rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah menitipkan orang-orang yang saya sayangi di sekitar saya.. Ini adalah salah satu wujud dari tujuan hidup saya, beribadah kepada Allah SWT…

 

2. Pecah dalam tujuan-tujuan kecil.

Setelah mendapatkan tujuan besarnya maka kita perlu membaginya menjadi tujuan kecil, kita buat lebih detail, spesifik, dan bisa diukur. Maksudnya?

Kita ambil contoh tadi yah.. Saya ingin langsing… Tujuan spesifik/ kecilnya apa ?

Saya ingin langsing:

– Lingkar pinggang …. cm

– Dicapai pada bulan …. Tahun…….

Dst.. buat se-spesifik dan terukur mungkin..

Kenapa begitu?

Karena dengan spesifik, kita menjadi punya patokan yang jelas mengenai perubahan yang kita ingin wujudkan. Dengan terukur, kita bisa mengetahui perkembangan step by step dari perjuangan kita. 

Coba kita cuma bilang..

Ingin langsing… Dah…

Kira-kira bisa tercapai ?

 

3. Cari kebiasaan apa yang perlu dibangun untuk mencapai hal tersebut.

Ini penting sekali…

Perilaku yang dilakukan terus menerus akan menghasilkan kebiasaan. 

Kebiasaan yang tepat bisa menghasilkan pencapaian tujuan yang tepat. Juga kebiasaan apa saja yang perlu kita hindari.

Banyak youtuber yang berhasil karena punya kebiasaan sederhana, posting video setiap hari atau seminggu 3 kali. Sederhana posting video rutin. Lakukan sesederhana mungkin, semudah mungkin, perbaiki sedikit demi sedikit. Yang penting dilakukan dengan rutin.

Contoh lainnya, Ketika kita menginginkan omset tertentu, kita harus menetapkan Kira-kira kebiasaan apa yang perlu kita lakukan secara terus menerus agar tujuan kita tercapai. Dan juga kebiasaan apa saja yang “tidak boleh” kita lakukan, karena akan menjauhkan dari tujuan yang kita lakukan. 

Kedua kebiasaan ini perlu kita sadari terlebih dahulu…

Karena sering kali kita gagal membangun kebiasaan yang diperlukan, karena kita gagal menyadari kebiasaan yang menghambatnya.

Katakanlah kita ingin membangun kebiasaan memposting di media sosial, tapi kita lupa bahwa kebiasaan scrolling bisa menggagalkan kebiasaan untuk melakukan posting. 

Kebayangkan dampaknya kalau gagal menyadari kebiasaan yang menghambat ?

 

4. Pilih perilaku yang termudah dan berdampak yang perlu kita biasakan dalam mencapai tujuan tersebut.

Nah, ini tadi sudah dijelaskan di atas yah 😁👍🏻

 

5. Lakukan dipecah lebih kecil /micro/ bahkan nano.

Nah, setelah menentukan perilaku termudah dan berdampak tadi. Kita bisa memecahnya ke dalam aktivitas yang lebih kecil lagi (jika diperlukan ya). 

Misalnya: 

Membayangkan orang tua kita. 

Maka bisa saja dengan menempel foto orang tua kita di tempat kerja kita (tempat yang mudah terlihat).

Lebih mudah lagi dan berdampak.

Namun ingat, harus ada aktivitas yang dilakukan, setelah kita menempel foto orang tua kita.. apa kira? Ya membayangkan orang tua kita, bayangkan dampaknya ketika tujuan kita tercapai, bayangkan senyumannya, dengarkan apa yang mereka katakan ketika tujuan kita tercapai, rasakan emosinya, rasakan semangatnya..

Contoh lainnya ada yang memulai kegiatannya dengan melakukan hal yang mikro sekali, berhitung.. 

Ya, bener, berhitung..

Kita berhitung..

“Satu… Dua… Tiga! Mulai!!!” 

Ini sederhana tapi memudahkan kita untuk memulai perilaku yang perlu kita lakukan.

😁👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

 

6. Lakukan di waktu yang sama, tempat yang sama, kondisi yang sama.

Otak perlu mengenali waktu dan tempat kebiasaan yang perlu kita bangun. Maka lakukan di waktu dan tempat yang sama, diusahakan yah..

Lakukan setidaknya 62 hari (berdasarkan riset, kemampuan rata-rata orang dalam membangun kebiasaan)…

 

7. Jika gagal, pahamilah bahwa kegagalan adalah bagian dari menuju kesuksesan, lakukan terus sampai berhasil.

Jangan menyerah gaesss. Gass… 😅

Kadang kegagalan bisa menjadi bahan evaluasi untuk menemukan apa yang kurang dari aktivitas/ perilaku yang kita bangun sebagai kebiasaan. 

Ingat, gagal itu bukan saat kita jatuh atau tidak berhasil.. Gagal itu adalah saat kita “Berhenti” karena kita “Menyerah”.

 

8. Lalu tingkatkan setahap demi setahap sekecil mungkin.

Jika kita melakukan perubahan atau meningkatkan setidak -tidaknya 1% saja perhari. Maka hasilnya adalah dalam setahun kita akan lebih baik/ meningkat hasilnya sebanyak 37 kali lebih banyak/ tinggi.

 

9. Berilah kepada diri kita reward jika sudah berhasil melakukan kebiasaan tersebut.

Cari apa yang kita sukai, jadikan itu reward, tentunya cari yang mudah diakses ya, sesederhana mungkin / mudah diwujudkan. Misalnya minum teh, kopi, secuil coklat, segelas susu, scrolling 15 menit, dsb 

Misalnya, kita menyukai minum teh. Maka kita hanya bisa minum teh  setelah kita melakukan kebiasaan yang kita tetapkan. 

Contoh, kita memberikan reward minum teh kepada diri kita, ketika kita berhasil menulis 1 status perharinya. Sederhana kan? Yuk Lakukan rutin setiap hari dan lihat hasilnya dalam 6 bulan. 

Sampai jumpa di artikel selanjutnya !

 

 

 

Artikel Pertumbuhan Pribadi dan Bisnis Lainnya…

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu

Fase Pertumbuhan Bisnis Kamu Oleh Khairil Amin Rasyid Hari ini kita akan membahas tentang Fase Pertumbuhan Bisnis ya. Materi ini mengutip dari Buku It’s Easy

Read More »